"Mama sudah pulang?" Sapa Briyan saat melihat Pamela menaiki anak tangga.
"Iya sayang, mama tunggu kamu di kamar, ada yang harus mama bicarakan kepadamu, ini sangat penting."
"Apa harus sekarang mama" Lalu Briyan melirik Sarah dan menaikkan ke dua alis matanya.
"Ya.... Mama tunggu kamu" jawab Pamela lalu ia melanjutkan langkah kakinya, sebelum ia masuk kedalam kamar, dia melihat Sarah dengan tatapan dingi.
"Honey, kamu tunggu disi, aku menemui mama dulu, aku tidak akan lama" ucap Briyan sambil mencubit manja hidung Sarah.
"Sayang aku pulang saja, aku tidak mau di tinggal sendiri, lagi pula ini sudah malam, besok aku ada pemotretan. Gak apa-apa kan sayang ?" Bujuk Sarah sambil memeluk pinggul Briyan.
"Baik lah, tapi maaf Honey aku tidak bisa mengantar kamu pulang, kamu di antar sama Hendrik gak apa-apa kan Honey"
"Tidak usah sayang, aku sudah memesan Taxi, gak enak sama Hendrik dia kan baru tiba, mungkin dia sekarang lagi capai. Kamu antar aku kedepan yah ?" Ucap Sarah dengan manja.
*Sejak kapan dia menjadi wanita yang punya perasaan ? Bukankah selama ini dia seperti serigal* gumu Mina saat tanpa sengaja mendengar pembicaraan Sarah dan dan Briyan lalu ia masuk kedalam kamar khusus pelayanan yang terletak di sebelah ruang keluarga.
Setelah Taxi yang Sarah tumpangi tidak terlihat lagi dari kediaman Barata. Baru Briyan memutar tubuhnya untuk masuk kedalam, saat ia masuk, dia sudah melihat Pamela duduk di atas sova."Mama sudah disini?"
"Mama pikir lebih baik kita bicara disini saja sambil minum teh, itu akan terasa lebih santai" ucap Pamela sambil mennyasap teh yang telah di buat Mina.
Lalu Briyan duduk di atas sova yang berada di hadapan Pamela "Mama mau bicara apa ?"
"Begini sayang, mungkin ini sedikit akan membuat kamu terkejud. Tetapi mama percaya kalau kamu akan setuju dengan keputusan mama. Mama tahu kamu itu anak yang berbakti."
"Iya.... Apa mama " jawab Briyan dengan penasaran.
"Begini sayang, kamu tahu kan kejadian 2 hari yang lalu. Mama sudah bilang sama kamu, kalau mama akan membawa putrinya tinggal bersama kita. Tetapi setelah mama pikir-pikir lebih baik jika mama menikahkan kamu denganya, lagipula kamu sudah menginjak usia 30 tahun, sudah sepantasnya kamu menikah seperti sahabatmu Raymon."
Hal itu sontak membuat Briyan kaget dan membulatkan matanya melihat Pamela." Apa yang mama katakan, mama jangan bercanda, aku tidak mungkin menikah dengan wanita yang tidak aku kenal, itu sungguh tidak masuk akal, lagi pula saya sudah memiliki pacar, kami sudah berencana untuk menikah."
"Tidak kamu tidak bisa menikah dengan wanita lain. Kamu harus menikah dengan wanita pilihan mama, ini sudah jadi keputusan mama dan tidak bisa di ganggu gugat."
"Aku tidak mungkin menikah dengan gadis desa itu mama, dia tidak pantas untuk menjadi pendamping hidupku. Bahkan aku belum mengenalnya. Itu tidak akan mungkin. Aku tidak menantang mama untuk membawa dia tinggal bersama kita, tetapi jangan paksa aku untuk menikahinya mama" bantah Briyan dengan wajah yang merah karena sudah kesal, namun nadanya tetap lembut.
"Dia wanita yang baik, polos, sopan, cantik, dewasa, dan berhati malaikat. Dia jauh berbeda dengan wanita-wanita yang selama ini kamu pacari. Kamu harus menikah denganya, akhiri hubunganmu dengan Sarah, mama sama sekali tidak suka dengan wanita itu, dan jangan bawa dia masuk kedalam rumah ini lagi."
Briyan hanya diam, dia bingung dengan sikap Pamela yang tiba-tiba ingin menikahkannya dengan wanita desa yang baru ia kenal 2 hari yang lalu. Lalu ia berdiri ingin pergi, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara Pamela. "Apa kamu tidak mau?"
"Terserah mama saja" lalu ia pergi menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar dia meraih ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.
Tidak lama teleponnya terhubung." Hallo Sahabatku, kenapa kamu menghubungiku, apa kamu sudah rindu padaku ? Tapi perasaan tadi kita baru bertemu saat makan siang." Suara serak sahabatnya Raymon dari dalam ponsel genggamnya.
"Jangan bercanda, hidupku sekarang dalam bahaya" Ucap Briyan dengan tegas, yang membuat Raymon terpaku di balik ponselnya.
"Ha.... Kamu di mana ? aku akan kesana bersama pengawalku, kirim alamatnya, apa perlu saya menghubungi police ?"
"Tidak usah bodoh ! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
Di balik ponselnya, Raymon menghela napasnya dengan perlahan."kamu mengatakan hidupmu dalam bahaya, di mana letak bahayanya ? Kamu bikin aku panik saja." Ucap Raymon dengan kesal.
"Gimana tidak bahaya Bro ? Mama menyuruh aku menikah dengan gadis desa itu. Coba kamu bayangkan sialnya hidupku harus menikah dengan gadis desa, apa kata dunia seorang CEO tampan Briyan Barata harus menikah dengan gadis desa. Itu kan tidak lucu."
"Kamukan belum melihat gadis itu, mana tahu dia jauh lebih cantik dari wanita-wanita koleksimu ?" Goda Raymon dari balik ponselnya sambil tersenyum.
"Jangan bercanda, itu tidak mungkin. Aku sudah bisa membayangkannya saat ini, kalau dia itu...... ! Ya sudalah" Dia tidak melanjutkan kata-katanya.
"Aku rasa Tante Pamela tidak akan salah memili wanita yang akan menjadi istrimu."
"Bicara dengan kamu, semakin membuat kepalaku pusing. Sampai bertemu besok siang Bro" Lalu Briyan memutuskan sambungan teleponnya.
*
*
*
*
*
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a