Ke esokan harinya tepat pukul 05.30, Pamela telah berangkat dengan Hendrik sang sopir dan Riana sang pelayan, menuju desa Bukit Kehidupan. Jarak dari kota kedesa itu memakan waktu 3 jam.
Di perjalanan Pamela sudah membulatkan niatnya untuk membawa Ayrin ikut tinggal bersamanya. Tepat pukul 08.30 mereka telah tiba di rumah Ayrin.
Saat itu Ayrin dan Eribka sedang bersiap-siap untuk berangkat ke makam ibunya. Dia kaget saat melihat Pamela turun dari mobil. Walaupun hatinya sakit tetapi dia selalu berusaha untuk tersenyum.
"Mau kemana sayang" ucap Pamela saat tiba di pintu rumah dan melihat satu botol air di tangan Ayrin.
"Saya ingin ke makam ibuku Nona" ucap Ayrin sambil menundukkan kepalanya.
"Apa aku bisa ikut bersamamu ?"
Ayrin hanya menganggukkan kepalanya ke pada Pamela. Sekitar 10 menit mereka pun tiba di makam ibu Ayrin.
Ayrin tidak bisa menahan air matanya."Ibu kenapa kamu pergi meninggalkan aku sendiri ? Aku ingin ikut bersama ibu." Tangisan Ayrin sambil memeluk makam ibunya.
Hal itu membuat semua orang yang ikut bersama Ayrin, meneteskan air mata. Terutama Pamela, dia memeluk Ayrin dengan erat."mari kita pulang sayang, jangan menagis di makam ibumu, dia tidak akan tenang jika kamu bersedih" bujuk Pamela untuk menenangkan hati Ayrin.
*******
Setelah mereka pulang dari makam. Pamela berusaha membujuk Ayrin untuk ikut bersamanya pindah ke kota. Namun usahanya sia-sia. Ayrin tetap saja menolak dan ingin tinggal di desa.
Pamela meminta bantu kepada Eribka supaya ikut membujuk Ayrin." Ayrin aku rasa kamu lebih baik ikut bersama Nyonya Pamela ke kato, disana kamu bisa merubah nasib. Apa yang kamu harapkan tinggal di desa ini ? Aku saja ingin ke kota, tetapi orang tuaku tidak mengizinkan."
Beberapa menit Ayrin terdiam lalu ia berbicara."Jika menurutmu itu lebih baik, aku akan ikut bersama Nyonya Pamela, tetapi tunggu 7 hari ibuku berlalu"
Pamela sangat senang dengan ucapan Ayrin." Tidak apa-apa sayang, aku akan datang setiap hari. Dan di hari ke 7 kita akan membuat doa bersama untuk ibumu"
"Tidak usah datang setiap hari Nyonya, jarak dari kota ke desa ini sangat jauh. Cukup datang di hari ke 7 saja. Dan di hari itu aku akan ikut bersama Nyonya" ucap Ayrin dengan lembut.
"Baik sayang, tetapi di hari ke 7 tolong lah ikut bersamaku ke kota." Ucap Pamela dengan nada yang memahon dan wajah yang sedih.
"Baik Nyonya, aku tidak akan mengingkari apa yang aku janjikan."
Setelah satu harian penuh, Pamela berhasil mendapatkan tentang Ayrin. Dia sangat sedih dengan nasib anak itu. Bahkan dia sudah terpikir untuk menikahkan Ayrin dengan Briyan. Supaya Ayrin bisa menjadi bagian dari keluarga Barata untuk selamanya. Dia sudah jatuh hati kepada Ayrin, karena sipat Ayrin yang polos, baik, tulus, dewasa, dan cantik.
Setelah waktu menunjukkan pukul 05.00 wib. Pamela berpamita dengan Ayrin, Eribka dan semua yang ada di rumah itu. Ayrin mengantar mereka sampai ke mobil, saat Pamela akan masuk ke dalam mobil, dia memberikan amplop yang berisi uang ke tangan Ayrin.
Ayrin berusaha menolaknya."Tidak usah Nyonya uang yang kemaren Eribkan berikan kepadaku, belum terpakai sama sekali."
"Ambil lah sayang, jika kamu menolak aku tidak akan pergi."
Ayrin terpaksa mengambil amplop yang di berikan Pamela. Lalu ia menyerahkan uang itu kepada orang tua Eribkan."Bibi tolong berikan uang ini ke kantor desa, supaya di bagikan kepada keluarga yang tidak mampu."
******
Di perjalanan Pamela sudah membulatkan niatnya untuk menjadikan Ayrin menantunya. Dan dia sudah berencana untuk membicarakannya langsung kepada Briyan.
"Bagaimana menurut kalian, jika aku menikahkan Ayrin dengan Briyan ?" Ucap Pamela tiba-tiba.
Hendrik dan Riana sangat kaget." Apa tidak terlalu buru-buru Nyonya?" Ucap Riana.
"Menurut kamu apa Ayrin cocok dengan Briyan ?"
"Kalau menurut saya sangat cocok Nyonya, Tuan muda sangat tampan dan Nona Ayrin sangat cantik." Ucap Hendrik dari bangku depan.
"Iya, saya juga setuju dengan apa yang di katakan pak Hendrik Nyonya, mereka pasti pasangan yang serasi, di bandingkan Nona Sarah ? Dia sama sekali tidak pantas, dia tidak punya sopan santun, sangat jauh berbeda dengan Nona Ayrin" ucap Riana.
"Ya saya juga tidak suka dengan Nona Sarah." Jawab Hendrik
"Baik lah, nanti aku akan bicara dengan Briyan". Jawab Pamela dengan semangat dan percaya diri.
Setelah tiba di rumah, saat Pamela masuk ke dalam ! Dia melihat Briyan dengan Sarah duduk di atas sova di ruang keluarga. Wajahnya berubah menjadi muram.
*
*
*
*
*
"Mama sudah pulang?" Sapa Briyan saat melihat Pamela menaiki anak tangga."Iya sayang, mama tunggu kamu di kamar, ada yang harus mama bicarakan kepadamu, ini sangat penting.""Apa harus sekarang mama" Lalu Briyan melirik Sarah dan menaikkan ke dua alis matanya."Ya.... Mama tunggu kamu" jawab Pamela lalu ia melanjutkan langkah kakinya, sebelum ia masuk kedalam kamar, dia melihat Sarah dengan tatapan dingi."Honey, kamu tunggu disi, aku menemui mama dulu, aku tidak akan lama" ucap Briyan sambil mencubit manja hidung Sarah."Sayang aku pulang saja, aku tidak mau di tinggal sendiri, lagi pula ini sudah malam, besok aku ada pemotretan. Gak apa-apa kan sayang ?" Bujuk Sarah sambil memeluk pinggul Briyan."Baik lah, tapi maaf Honey aku tidak bisa mengantar kamu pulang, kamu di antar sama Hendrik gak apa-apa kan Honey""Tidak usah sayang, aku su
Tuju hari telah berlalu, di desa Bukit Kehidupan, Ayrin sedang menyiapkan semua keperluan untuk acara doa sore nanti dan di bantu oleh Eribka dan para tetangga. Dia juga sudah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa pindah ke kota. Sesungguhnya dia tidak ingin meninggalkan desa itu.Eribka yang sedari tadi memperlihatkan wajah Ayrin yang penuh dengan keraguan, lalu ia berusaha menyakinkannya."Apa yang kamu pikirkan Ay ?" Tanya Eribka. Dia selalu memanggil Eribka dengan panggilan *Ay*"Saya merasa ragu untuk ikut bersama Nona Pamela, kitakan baru mengenalnya.""Tidak ada yang perlu di ragukan, aku percaya Nona Pamela adalah orang yang baik, aku bisa melihat ketulusan hatinya untuk menjadikan kamu sebagai anaknya. Percayalah kepadaku" ucap Eribka sambil membantu Ayrin memasukkan pakaiannya ke dalam tas."Aku takut Rib, bagaimana jika keluarganya yang lain tidak setuju aku tinggal di sana?"&n
Ayrin langsung membulatkan matanya ke arah Pamela. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana. Mereka sangat kaget saat mendengar kata*Barata*. Karena keluarga Barata cukup terkenal, mereka adalah pemilik perusahaan Arsitektur dan Berlian terbesar di Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri juga mereka memiliki perusahaan seperti di Prancis, Singapore, dan Cina."Dia adalah Nyonya Barata ? aku tidak percaya ini." Ucap para warga."Putra dari keluarga barata sering muncul di televisi dan majalah, dia kan uda punya pacar yang berprofesi sebagai Model. Ucap salasatu wanita kepada wanita yang duduk di sampingnya"Iya....iya....saya tahu, kalau tidak salah nama model itu Sarah, yang selalu berpakaian seksi""Iya..iya itu benar sekali." Mereka tiba-tiba terdiam saat melihat Pamela sedang menatap ke arah mereka."Benar anak saya Briyan sering muncul di tele
Ayrin mengekor dari belakang Pamela untuk menaiki anak tangga menuju kamar yang berada di lantai dua. Saat Pamela membuka pintu kamar, Ayrin tidak berani untuk masuk, dia hanya berdiri di pintu. "Ayo masuk sayang, kenapa berdiri disana ? Ucap Pamela dengan lembut. Lalu Ayrin masuk ke dalam kamar dan mendekati Pamela yang berdiri di dekat tempat tidur. "Untuk sementara, kamu tinggal di kamar ini, nanti setelah kamu sudah menikah, baru pindah ke kamar Briyan. Gak apa-apa kan sayang." Ucap Pamela dengan senyum. "Ma...ma..maksudnya aku tinggal sendiri di kar ini ?" Tanya Ayrin dengan terbata-bata. "Iya sayang, untuk sementara saja. Ada apa ? Kamu takut tidur sendirian ?" Tanya Pamela saat melihat wajah Ayrin berubah menjadi tegang. "Tidak mama. Cuma ini kamar terlalu besar untuk aku sendiri, apa tidak ada kamar yang lebih kecil dari ini" jawab Ayrin dengan polosnya.
"Briyan hari ini tolong temani mamah ke mall yah" tanya Pamela setelah mereka selesai sarapan pagi."Oke mah, tapi mamah janji tidak akan lama yah ?" Ancam Briyan. Karena dia paham jika Pamela berbelanja, pasti butuh waktu lama. Padahal ia sangat malas menginjakkan kaki di mall"Mamah gak bisa janji, yang berbelanja bukan hanya mamah, tapi Ayrin juga ikut""Nah kalau mamah perginya dengan dia ? Kenapa aku harus ikut ? Kan mamah uda ada teman""Ow iya....mamah lupa kalau siang ini ada pertemuan dengan ibu-ibu arisan. Mamah minta tolong temani Ayrin ya sayang ?" Pamela sengaja membuat alasan, ia ingin mendekatkan Briyan dan Ayrin."Hm.. baiklah" Briyan terpaksa mengikuti permintaan Pamela."Sayang selesai ini, kamu siap-siap yah ? Biar Briyan yang menemani kamu, ambil saja mana yang kamu suka, nanti mamah kasi kamu kartu kredit." Ucap Pamela kepada Ayrin yang duduk di kursi tepat di sampingnya.Sudah satu jam Pamela dan Ayrin menunggu B
"Yan keluarga sudah sepakat, pernikahan kamu dan Ayrin di lakukan bulan depan" ucap Pamela saat ia dan Briyan sedang duduk santai di ruang keluarga."Apa tidak terlalu cepat ma ?" Tanya Briyan dengan wajah yang malas."Lebih cepat akan lebih baik sayang""Baiklah, kalau itu sudah keputusan mama. Tetapi sebelum pernikahan, aku akan tinggal di apartemen" ucap Briyan sambil bangkit dari sofa dan meninggalkan Pamela di ruang tamu................Satu bulan telah berlalu. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu, di mana Briyan dan Ayrin akan melangsungkan pernikahan di kantor agama atau KUA. Namun pernikahan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ayrin meminta pernikahannya hanya di laksanakan secara kekeluargaan dan tidak mengadakan resepsi. Ia masih sangat berduka atas kepergian ibunya 2 bulan yang lagi, apa lagi ini masih suasana covid 19. Jadi harus benar-benar menghindari kerumunan.Zeira yang mengenakan gaun berwarna putih deng
Ayrin kaget saat seorang temannya meminta ia ke ruang dosen. Ia menutup map birunya dan melangkah menuju ruang dosen."Mama" ucap Ayrin saat melihat Pamela yang duduk di atas bangku."Iya sayang, mama datang kemari untuk berpamitan sama kamu, hari ini mama akan berangkat ke Prancis untuk menggantikan Briyan. Kamu yang baik ya sayang, mama titip Briyan dan Deny" Pamela memeluk Ayrin dengan erat. Ia sangat sedih meninggalkan wanita itu, apalagi ia tahu kalau Briyan belum mencintainya.Ayrin melambangkan tangan ke arah mobil Pamela yang hampir hilang dari pagar kampusnya.Tepat pukul 5 sore Ayrin pulang ke kediaman Barata di antar oleh Deny sang adik ipar. Setiap hari mereka selalu pergi dan pulang bersama"Itukan mobil kak Sarah" ucap Deny saat mereka tiba di kediaman Barata"Siapa Sarah?" Tanya Ayrin dengan santai."Itu loh kak, mantan kak Briyan. Kakak gak tau yah?"Ayrin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Singgah du
"kak Ayrin" panggil Deny saat ia tiba di pintu utama kediaman Barata. Pagi ini ia sengaja lebih cepat datang menjemput Ayrin agar ia bisa menikmati sarapan buatan kakak iparnya itu."Aku disini" sahut Ayrin dari meja makan."Wah pas banget ini" ucap Deny saat tiba di meja makan dan melihat 2 porsi burger."Ini enak banget, kakak pesan dari mana ?" ucap Deny setelah ia menghabiskan 1 burger yang ada di atas meja."Gak pesan. Aku buat sendiri" jawab Ayrin."Kakak memang pintar masak, aku menyukai setiap masakan kakak" sambil Deny mengacungkan 2 jempolnya ke arah Ayrin."Biasa aja gak usah berlebihan" jawab Briyan sambil bangkit dari bangkunya dan pergi meninggalkan Ayrin dan Deny."Dia memang seperti itu, makanya gak laku-laku. Kalau mama gak jodohkan dia sama kakak, mungkin sampai sekarang dia belum nikah" cibir Deny dengan kesal."Sttt... Gak boleh gitu, mas Briyan kan kakak kamu" jawab Ayrin."Kita berangkat yuk?"