Share

Bab 5. Aku tidak bisa ikut dengan mama

Tuju hari telah berlalu, di desa Bukit Kehidupan, Ayrin sedang menyiapkan semua keperluan untuk acara doa sore nanti dan di bantu oleh Eribka dan para tetangga. Dia juga sudah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa pindah ke kota. Sesungguhnya dia tidak ingin meninggalkan desa itu.

Eribka yang sedari tadi memperlihatkan wajah Ayrin yang penuh dengan keraguan, lalu ia berusaha menyakinkannya."Apa yang kamu pikirkan Ay ?" Tanya Eribka. Dia selalu memanggil Eribka dengan panggilan *Ay*

"Saya merasa ragu untuk ikut bersama Nona Pamela, kitakan baru mengenalnya."

"Tidak ada yang perlu di ragukan, aku percaya Nona Pamela adalah orang yang baik, aku bisa melihat ketulusan hatinya untuk menjadikan kamu sebagai anaknya. Percayalah kepadaku" ucap Eribka sambil membantu Ayrin memasukkan pakaiannya ke dalam tas.

"Aku takut Rib, bagaimana jika keluarganya yang lain tidak setuju aku tinggal di sana?"

"Jangan berpikir sejauh itu, tidak baik menduga-duga. Jika kamu sudah di kota, aku akan membujuk orang tuaku, supaya mengizinkan aku untuk kuliah di sana."

Ayrin merasa senang dengan kata-kata Eribka."Kamu janji yah " sambil mengangkat jari kelingkingnya ke hadapan Eribka.

Eribka tersenyum lalu menyambut jari Ayrin dengan jarinya.

******

Sementara di kediaman Barata, Pamela sedang mencari Briyan di setiap ruangan yang ada di dalam rumah itu, namun dia tidak menemukannya."Bibi Mira" suara keras Pamela dari lantai 3 rumah itu.

Mira yang sedang bersiap-siap di kamarnya, sontak kaget dengan suara keras Pamela. Lalu ia dengan cepat berlari menaiki anak tangga menuju arah suara Pamela."Iya Nyonya. Ada apa Nyonya ?" Ucap Mira dengan dada yang naik turun.

"Apa kamu melihat Briyan?" Ucap Pamela dengan nada yang tinggi dan wajah yang kesal.

"Iya Nyonya. Tadi pagi-pagi sekali Tuan muda sudah pergi meninggalkan rumah"

"Kenapa tidak memberitahu?" Lalu ia bergegas menuruni anak tangga menuju teras di mana Hendrik sedang menyusun barang yang akan mereka bawa ke desa Bukit Kehidupan. "Hendrik apa kamu melihat Briyan meninggalkan rumah"

Hendrik kaget karena Pamela tiba-tiba saja berbicara dari arah punggungnya."Tidak Nyonya."

Pamela semakin kesal "Dia pasti sengaja pergi sebelum aku bangun, agar dia tidak ikut bersama kita" 

"Mungkin Tuan muda lupa Nyonya, kalau kita pergi hari ini" 

"Dia tidak lupa, tadi malam aku sudah mengingatkannya. Tetapi dia tidak menjawab ia atau tidak." Lalu ia menekan layar ponselnya dan menghubungi nomor Briyan.

Tidak lama teleponnya terhubung."Iya mama" ucap Briyan dengan lembut.

"Kamu dimana ? Mama tahu kamu pergi sebelum mama bangun, agar kamu tidak ikut dengan mama." 

"Bukan seperti itu mama, pagi ini aku benar-benar ada pertemuan dengan klien, untuk membicarakan tentang proyek pembangunan hotel yang di Riau. Tadi malam aku lupa mengatakannya pada mama."

"Jam berapa kamu akan pulang ?"

"Aku belum tahu mama, sampai sekarang kliennya belum tiba. Aku rasa hari ini aku tidak bisa ikut dengan mama. Sebaiknya mama pergi saja."

"Ini pasti alasan kamu saja, agar tidak ikut. Iya kan ? Jangan berbohong pada mama."

"Tidak mama, percayalah kepada anakmu yang tampan ini" goda Briyan sambil tertawa.

"Baiklah, mama akan pergi bersama beberapa pelayan dan pengawal, kamu jangan lama pulang. Saat mama sudah kembali kamu harus sudah ada di rumah. Oke ?"

"Oke....oke....oke... Mama sayang" 

"Ingat itu, jangan sampai lupa," ucap Pamela dengan tegas.

*****

Setelah 3 jam mereka menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya mereka tiba di desa Bukit Kehidupan. Saat tiba di rumah Ayrin, orang sudah ramai disana untuk mengikuti acara Doa.

Pamela langsung masuk kedalam dan memeluk Ayrin lalu duduk di sampingnya."Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Pamela 

"Saya baik-baik saja Nona. Nona apa kabar ?"

"Saya baik juga sayang, jangan panggil aku Nona, panggil aku mama atau ibu" ucap Pamela sambil menatap mata biru Ayrin dengan wajah yang sedih dan memohon.

Ayrin hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Tiba-tiba Eribka datang bergabung dengan mereka." Apa kabar Tante?" Sapa Eribka dengan senyum.

"Baik sayang, terima kasih kamu sudah menemani putriku"

Mata Eribka membulat saat mendengar kata *putriku* begitu juga dengan Ayrin. "Tidak perlu berterima kasih Tante, Ayrin kan, Sahabatku dari kecil."

"Kelian memang anak-anak yang baik, sungguh beruntung orang tua yang telah melahirkan kelian."

*******

Setelah 2 jam berlalu, acara Doa pun telah selesai dan berjalan dengan lancar. Namun para warga belum pulang, karena Pamela melarangnya. Tiba-tiba Pamela berdiri."Maaf ibu-ibu, bapak-bapak, aku ingin mengatakan sesuatu tentang tujuan saya. Waktu itu Ayrin sudah setuju ikut bersama saya ke kota. Jadi hari ini aku akan membawa Ayrin. Tetapi ada satu hal lagi yang harus aku katakan, kalau Ayrin tidak hanya ikut bersama saya, tetapi dia akan menikah dengan putra saya dan menjadi menantu di keluarga Barata."

*

*

*

*

*

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
penulis apa g bisa membedakan antara nona dan nyonya
goodnovel comment avatar
Rini Susi
ternyata berbayar
goodnovel comment avatar
Rini Susi
y Tuhan kok dipaksa2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status