“Jadi, sudah berapa lama kau berada di sana melihatku?” tanya Hanako ketika dia sudah duduk di dalam Limusin mewah Ryoma tepat di sebelah pria itu.
“Aku melihat dan mendengar semuanya,” sahut Ryoma. “Aku juga melihat saat kau bersikap seperti seorang pelacur murahan ketika kau minta dicium si bodoh itu,” sambungnya sinis. Dia melirik Hanako sekilas lalu tersenyum mengejek. “Aku hanya mengatakan apa yang kau katakan. Anggapanmu.”“Ralat. Itu bukan pendapatku. Itu pendapat ibu dan kakak perempuan mantan kekasihku,” sahut Hanako cepat-cepat. “Tapi, jika menurutmu aku begitu, berarti kau harus menerima jika kau punya istri yang mirip pelacur.”Kali ini Ryoma benar-benar tertawa sampai terpingkal-pingkal. “Hanya pria bodoh yang punya pikiran sempit seperti,” dia berkata. “Kau cukup cantik, seksi, dan modis. Kau lebih mirip peraga busana daripada pelacur. Aku bahkan sedikit terkejut saat melihatmu untuk yang pertama kalinya. Kupikir kau tidak lebih cantik dari mantanku. Ternyata aku salah.”Sekarang Hanakolah yang tertawa terbahak-bahak, “Kukira kau bahkan tak punya kekasih.”“Yang benar saja. Yang mengantre untuk jadi kekasihku di luar sana banyak. Bahkan tak terhitung jumlahnya. Bintang film, penyanyi top, model, dan masih banyak yang lainnya,” sembur Ryoma. “Majide? Serius?” Ejek Hanako dengan sebuah seringai. “Kau tentu tahu jika itu benar.”“Lalu, kenapa kau tidak mengambil salah satu dari gadis-gadis itu untuk kau jadikan kekasihmu?”Ryoma menghela napas dalam-dalam. “Mereka semua bukan seleraku. Mereka tidak benar-benar menyukaiku. Yang mereka inginkan hanya popularitas dan kekayaanku.”“Dan mantan pacarmu?”“Sama saja. Karena itu aku minta putus dengannya. Tapi, sial sekali. Ibuku ingin aku membawa calon istriku pada pesta perayaan hari Natal besok siang.”“Apa katamu?” teriak Hanako yang kaget luar biasa. “Jadi, kau akan membawaku menemui orang tuamu besok siang?”“Tidak, tapi malam ini. Sekarang.”“Apa?”Untuk pertama kalinya Ryoma tersenyum senang. “Kita pergi ke rumah orang tuaku sekarang. Memang sudah sangat terlambat. Tetapi, aku bisa membuat alasan.”Hanako menelan ludah dengan susah payah. Dia merasa dijebak oleh pria yang duduk di sampingnya memegang kemudi. “Tapi, pakaianku....”“Kau tidak perlu cemas dengan pakaianmu. Orang tuaku sudah modern. Tidak seperti orang tua mantan kekasihmu itu.”“Masalahnya aku sama sekali belum siap, Ryoma,” sahut Hanako berusaha bertahan. “Aku ... pakaianku terlalu—”“Tak ada yang salah dengan pakaianmu atau penampilanmu. Kau cukup cantik dan itu sudah cukup. Sekarang, kau harus menghafalkan ini. Skenario yang harus kau mainkan. Kita akan sampai ke rumah orang tuaku dalam empat puluh lima menit.” Ryoma menyerahkan selembar kertas yang ditulis tangan ke pangkuan Hanako. “Ingat, kau harus tampak meyakinkan. Aku tidak mau sampai orang tuaku menaruh curiga jika kau dan aku baru kenal dan sedang melakukan sandiwara. Kau mengerti, Hana?”Hanako mengangguk sekilas. “Sekarang biarkan aku berkonsentrasi memelajari peranku. Karena kau tidak memberiku sedikit lebih banyak waktu.”Ryoma menyunggingkan senyum kemenangan. “Anak pintar. Selamat belajar untukmu.”Hanako menggertakkan rahang, tapi, dia tidak mengatakan apa pun juga tidak mau menanggapi pria berkemeja linen putih dengan jas hitam berpotongan sempurna itu. Sebab dia tahu semakin dia marah, Ryoma akan semakin merasa senang.Ryoma Otsuka lahir di Hokaido dan merupakan anak seorang taipan. Ryoma adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarga Ryuchi Minato Otsuka. Seorang pengusaha sukses yang mendirikan Shiseido Company. Sebuah perusahaan kosmetik multinasional di Jepang. Ryoma memiliki satu orang kakak perempuan dan satu adik perempuan. Kakak perempuannya, Ayumi Otsuka, merupakan seorang model terkenal. Sedangkan adik perempuannya, yang baru berusia lima belas tahun, merupakan juara nasional dalam sebuah Olimpiade matematika. Ryoma menjadi penerus bisnis keluarga karena hanya dialah anak lelaki di keluarga itu. Tapi, saat usia Ryoma menginjak tiga puluh tahun dan dia belum menunjukkan tanda-tanda jika dia sudah memiliki kekasih, Ryuchi Otsuka mulai merasa cemas. Dia mulai memiliki prasangka buruk terhadap anak lelakinya. Dia takut jika Ryoma penyuka sesama jenis atau bahkan memiliki kelainan. Karena itulah, Ryuchi pernah berkali-kali menyinggung soal kekasih Ryoma. Akan tetapi, dengan dingin anaknya menjawab jika dia tidak mau membuang waktu untuk menjalin hubungan. Dia ingin fokus mengembangkan Shiseido Company agar bisa menembus pasar internasional. Mendengar jawaban Ryoma, membuat Ryuchi menjadi semakin khawatir. Begitu juga dengan Natsumi istrinya.
“Demi Tuhan, jangan sampai benar Ryoma penyuka sesama jenis. Oh, tidak. Aku tidak akan memaafkan anak itu jika dia tidak membawakan aku menantu seorang wanita tulen,” teriak Natsumi saat Ryuchi membicarakan ketakutannya pada suatu malam. “Aku akan pergi ke gereja besok pagi dan akan meminta pak pendeta untuk mendoakan jodoh bagi Ryoma.”“Aku akan meminta Ayumi mengenalkan teman-teman modelnya kepada Ryoma. Siapa tahu ada salah satu dari gadis-gadis itu yang menarik hati Ryoma,” sahut Ryuchi. “Selain itu, aku juga akan menyuruh Ayumi untuk menasihati adiknya agar mulai memikirkan masalah pasangan hidup karena dia sudah cukup dewasa dan mapan sekarang.”Natsumi mengangguk setuju. “Semua ini adalah salahmu, Ryuchi. Kau terlalu menekan Ryoma agar menjadi seperti dirimu dan meneruskan perusahaan. Sekarang anak lelaki kita satu-satunya menjadi seorang maniak kerja yang tidak menyukai wanita. Oh, semua ini salahmu. Jika kau tidak terlalu menumbuhkan minat bisnisnya sejak kecil, Ryoma kuta pasti tidak akan seperti ini. Bagaimana jika dia benar-benar penyuka sesama jenis, Ryuchi. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan.”“Tunggu dulu, Natsumi. Aku punya ide cemerlang. Aku tahu bagaimana caranya untuk mendesak Ryoma agar segera menikah,” kata Ryuchi sambil menjentikkan jarinya dan berseru senang. “Kita beritahu kondisi kesehatanku, dan hal yang paling aku inginkan di sisa hidupku ini. Yaitu melihat Ryoma menikah. Aku yakin sekali Ryoma akan luluh hatinya. Itu pasti. Ya. Bagaimana menurutmu, Natsumi?”“Menurutku itu agak sedikit kejam. Pemaksaan yang halus dan kejam. Tapi, karena kita tidak punya pilihan lain mau tidak mau aku harus setuju. Lagipula ini semua kita lakukan demi kebaikan Ryoma. Sepenuhnya demi kebaikan Ryoma,” sahut Natsumi sambil mendesah. “Baiklah. Jika kau setuju, maka, saat Ryoma pulang akhir minggu nanti, aku akan membicarakan semuanya dengan anak itu. Dan aku akan memberinya waktu sampai hari Natal.”“Aku setuju.”Segala sesuatunya persis yang telah diperhitungkan oleh Ryuchi. Setelah dia mengatakan penyakit jantungnya yang sudah semakin parah dan ketakutannya jika Ryoma penyuka sesama jenis, reaksi Ryoma tentu saja marah. Akan tetapi, saat dia ditantang ayahnya atau lebih tepatnya ditekan agar dia membuktikan dirinya bukan sesama jenis dengan mengenalkan kekasihnya di malam Natal nanti, Ryoma seketika tampak syok.
“Jangan bercanda, Ayah. Aku tidak mungkin untuk mencari... maksudku, membawa kekasihku malam Natal nanti. Aku tak bisa. Dia punya acara sendiri dengan keluarganya,” sahut Ryoma mencoba mencari alasan yang sesuai. “Aku berjanji akan mengenalkan ayah dan semuanya dalam waktu dekat. Ya, dalam waktu dekat ini. Tapi tidak di malam Natal nanti. Aku belum siap. Maksudku, itu terlalu mendadak. Aku tidak enak hati untuk membicarakannya.”Ryuchi menatap anaknya dengan kecewa. “Aku tahu kau bahkan tak punya kekasih, Ryoma. Tak ada gunanya berbohong.”“Tentu saja aku punya, Ayah. Tapi ....”“Jika kau memang punya seorang kekasih, coba kau katakan siapa nama kekasihmu itu padaku. Buat aku yakin dengan perkataanmu,” desak Ryuchi.Ryoma benar-benar bingung. Dia baru saja mendapati Kazuha, kekasihnya, jalan bergandengan tangan dengan pria lain yang jauh lebih muda dengannya. Dia tidak mungkin mengajak Kazuha menghadiri pesta malam Natal satu minggu lagi. Selain itu, Ryoma juga sudah tidak sudi lagi bertemu atau melihat wajah Kazuha. “Hana, dia bernama Hana,” jawab Ryoma. Hanya nama itu yang dia ingat. Nama yang sering disebut-sebut oleh teman baiknya, Tomohiro Yamashita Sudo. Nama adik perempuannya yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Universitas Tokyo. Ryoma pun kemudian menemukan pemecahan dari masalah peliknya. Dia tersenyum dan dengan penuh percaya diri berkata, “Jika ayah memang tidak percaya aku punya kekasih, dan ingin aku membuktikannya di malam Natal nanti, baiklah. Aku akan melamarnya tepat di hadapan ayah dan semuanya untuk membuktikan jika aku sepenuhnya normal dan bukan penyuka sesama jenis.”Ryoma Otsuka melirik sekilas dengan ekor matanya ke arah Hanako. Gadis muda yang penuh semangat itu sedang fokus mempelajari perannya. Diam-diam Ryoma tersenyum simpul. Dia akan berterima kasih seumur hidup pada Tomohiro untuk semua kebaikannya. Tidak hanya hutang Tomo yang akan dia anggap lunas, tapi, Ryoma juga akan memberinya modal yang cukup untuk membuka toko kosmetik yang lebih besar lagi. Meski baru beberapa puluh menit bersama Hanako, harus Ryoma akui jika dia cukup tertarik dengan gadis itu. Terutama mata hitam legam gadis itu yang berkilau lembut jika dia sedang dalam suasana hati baik, dan akan seketika berubah tajam menusuk saat dia tersinggung atau marah. Seperti yang Ryoma katakan langsung pada Hanako jika penampilan gadis itu seperti layaknya seorang model. Dia memang memiliki postur tubuh ideal, tinggi, ramping dan berlekuk sempurna. Wajahnya yang halus dan bibirnya yang tipis membuatnya tampak seksi sekali. Saat Ryoma melihat Yusuke menolak Hana yang meminta untuk me
Osaka.25 Desember, pukul 22:20 malam. Takuya Isahara baru saja selesai menyantap makan malam dan sedang menuang sake ke dalam gelasnya saat Haibara Takachi menghampirinya. “Ini belum jam dua belas malam dan kau sudah terlalu mabuk, Takuya. Sebaiknya kau tidak minum lagi. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir dan mengantarku pulang,” kata Haibara sambil mengambil paksa botol sake dari tangan Takuya. “Kau sudah berjanji kepada ibuku untuk mengantarku pulang dalam kondisi baik-baik saja.”“Kau tak perlu khawatir, Haibara. Aku pasti akan mengantarmu pulang dan memastikan kau baik-baik saja persis yang aku janjikan pada ibumu. Aku tidak semabuk yang kau pikirkan, Haibara. Berikan botol sakeku. Aku masih ingin minum. Sedikit lagi,” sahut Takuya. “Kau sudah cukup mabuk, Takuya. Aku tidak akan membiarkanmu lebih mabuk lagi dari ini sebelum kau mengantar aku pulang. Ya, sebaiknya kau mengantar aku pulang sekarang. Setelah itu kau bisa melanjutkan minum sake sampai kau puas. Jika kau tidak
Naomi Yushita memijit alisnya. Dia sama sekali tidak dapat berpikir. Segala sesuatunya tampak gelap dan berbahaya.“Kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu, Tomohiro. Kau menjual Hanako untuk melunasi hutang-hutangmu? Ya, Tuhan!”Tomohiro mendesah. “Naomi, jangan berkata kasar begitu. Aku tidak menjual Hanako. Sebaliknya, semua ini aku lakukan demi kebaikan Hanako dan untuk menolong Ryoma. Naomi, kau dan aku sama-sama tidak setuju dengan hubungan Hana dengan Yusuke. Ini adalah jalan untuk memisahkan mereka berdua sebelum terlambat,” sahut Tomohiro. Pria bertubuh jangkung dan memiliki wajah oval yang cukup tampan dan kulit putih pucat yang halus. “Tapi, Tomo, aku ragu apakah Ryoma akan berhasil. Hana sangat keras kepala dan dia gadis yang berpegang teguh pada pendiriannya. Aku khawatir jika Ryoma justru mendapat masalah dengan Hanako dan dipermalukan di depan keluarga Sakazaki,” kata Naomi. Gadis berusia dua puluh tiga tahun yang berpenampilan sederhana dan berpotongan rambut pen
“Jadi kau sudah memutuskan hubunganmu dengan gadis nakal itu?”“Benar, Bu. Dan sekarang dia pergi dengan laki-lak lain,” sahut Yusuke murung. Saat Yusuke Sakazaki kembali ke beranda untuk menjemput Hanaku, dengan tidak sengaja dia melihat Hanako sedang berbicara pada seorang laki-laki tampan lalu pergi naik Limosin mewah. Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati terdalam Yusuke, dia masih sangat mencintai Hanako Sudo. Hanya saja dia diancam oleh ibu dan kakak perempuannya untuk meninggalkan Hanako karena jika dia menolak, yang menjadi taruhannya adalah karier dan masa depan Yusuke. Tentu saja, Yusuke tidak berani mengambil risiko dengan bertaruh sangat tinggi. Dia menyetujui kesepakatan itu dan memutuskan Hanako meski berat. Akan tetapi, segala sesuatunya berubah dalam beberapa detik saja saat Yusuke melihat Hanako ternyata sudah memiliki penggantinya begitu cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit berselang Yusuke memutuskannya.“Baguslah jika kau sudah memutuskan gadis itu. Dia sama seka
Kyoto. Pukul 23:00 tengah malam. Takaki Yusihada Seino mondar-mandir di kamar kerjanya dengan tangan terlipat di dada dan mata nyalang menatap lantai. Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, sesuatu yang mengancam Shiseido Company. Suami dari Ayumi Otsuka itu mengerutkan dahi dalam-dalam untuk mengingat kembali segala sesuatunya selama ini. Dua hari yang lalu dia mendapat laporan telah terjadi pencurian digudang pabrik mereka yang di Kyoto. Sekitar tiga puluh kardus besar parfum yang siap dijual hilang tanpa jejak. Yang membuat Takaki kebingungan adalah semua parfum yang dicuri itu adalah yang edisi terbatas hasil kolaborasi dengan seorang ahli parfum Paris. Jumlah totalnya hanya sekitar tiga ribu botol produksi. Tidak hanya itu, hal janggal lainnya adalah petugas penjaga yang bertugas malam itu mengatakan jika mereka berani bersumpah bahwa malam itu semuanya tampak normal, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Pintu gudang pabrik pun tampak utuh, tidak terdapat tanda-tanda pembon
Kediaman keluarga Otsuka benar-benar sebuah istana modern. Rumah itu sangat besar, mewah, bergaya minimalis. Begitu turun dari mobil, Hanako langsung terpukau dan tanpa sadar membelalakkan matanya yang bulat dan indah. Terpesona dengan kediaman keluarga Otsuka yang luar biasa di hadapannya. Selama dua sampai tiga detik dia bahkan bergeming dan tak berkedip. Sampai Ryoma meraih lengan Hanako dan dengan lembut menggandengnya. “Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan, Hana?” tanya Ryoma tanpa menolehkan wajahnya. Hanako menelan ludahnya dengan susah payah. Dengan tergagap dia kemudian menjawab, “Tentu saja. Aku tahu sudah hafal semua skenarionya. Aku hanya ... apakah di dalam ramai orang?” dengan takut Hanako bertanya. “Tidak, tak ada selain keluargaku. Bahkan kakak iparku pun masih berada di Kyoto. Dia baru akan kembali besok pagi. Selain ayah dan ibuku, hanya ada Ayumi, kakak perempuanku. Bukankah aku sudah mengatakan semua itu dengan sangat jelas sekali padamu?” sahut Ryoma
“Aku tidak tahu apa kau sudah kehilangan akal sehatmu atau bagaimana, tapi, benar-benar tidak menyangka jika kau akan membawa gadis miskin itu dan memperkenalkannya sebagai calon istrimu,” kata Ayumi. “Aku akui dia memang cantik, tapi, kau juga harus ingat, Hanako tidak sederajat dengan keluarga kita. Apa yang akan dikatakan semua orang, Ryoma, jika kau menikahi Hanako?”Mereka sedang berada di dapur dan Ayumi langsung pada tujuannya. Ryoma dengan tenang menjawab, “Aku yakin kau tentu tahu jika tidak bersungguh-sungguh menyukai Hanako. Aku hanya memanfaatkan gadis lugu itu untuk satu kepentingan pribadiku.” Ryoma tersenyum misterius.Ayumi menatap marah Ryoma. “Apa maksudmu? Jangan katakan jika kau berencana untuk menjadikan Hanako ....” Ayumi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menelan ludah yang tiba-tiba saja terasa pahit di tenggorokannya sambil menatap Ryoma dengan tatapan yang menyiratkan keresahan hatinya. “Ryoma, aku mohon. Jangan lakukan hal itu. Aku tidak ingin terjadi sesua
Jika bukan karena Nyonya Otsuka, Hanako Rin Sudo ingin angkat kaki secepatnya dari rumah keluarga konglomerat itu. Sejak pertama dia bertemu dengan keluarga Ryoma, dia memang sudah dapat merasakan jika semua orang tidak menyukainya. Apalagi, Ryoma, begitu dia duduk, pria itu dengan seenaknya pergi dengan kakak perempuannya meninggalkan Hanako seorang diri. Dia benar-benar merasa seperti terdampar di sebuah antah berantah di planet lain. Untung saja setelah Hanako berusaha keras membangun komunikasi dengan Nyonya Otsuka, wanita itu meresponsnya dengan sangat baik sekali meski pada awalnya dia cukup dingin. “Oh, jadi Anda baru saja menyelesaikan pendidikan, Nona Hanako?”“Benar sekali, Nyonya. Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di universitas Tokyo,” sahut Hanako dengan rendah hati. “Dari cara berpenampilan Anda, sepertinya Anda sangat menyukai mode. Bukan begitu, Nona Hanako?” sambung Nyonya Otsuka. “Dan kau juga sepertinya tahu banyak soal itu. Maksud saya soal mode yang sedang