Kyoto. Pukul 23:00 tengah malam. Takaki Yusihada Seino mondar-mandir di kamar kerjanya dengan tangan terlipat di dada dan mata nyalang menatap lantai. Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, sesuatu yang mengancam Shiseido Company. Suami dari Ayumi Otsuka itu mengerutkan dahi dalam-dalam untuk mengingat kembali segala sesuatunya selama ini. Dua hari yang lalu dia mendapat laporan telah terjadi pencurian digudang pabrik mereka yang di Kyoto. Sekitar tiga puluh kardus besar parfum yang siap dijual hilang tanpa jejak. Yang membuat Takaki kebingungan adalah semua parfum yang dicuri itu adalah yang edisi terbatas hasil kolaborasi dengan seorang ahli parfum Paris. Jumlah totalnya hanya sekitar tiga ribu botol produksi. Tidak hanya itu, hal janggal lainnya adalah petugas penjaga yang bertugas malam itu mengatakan jika mereka berani bersumpah bahwa malam itu semuanya tampak normal, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Pintu gudang pabrik pun tampak utuh, tidak terdapat tanda-tanda pembon
Kediaman keluarga Otsuka benar-benar sebuah istana modern. Rumah itu sangat besar, mewah, bergaya minimalis. Begitu turun dari mobil, Hanako langsung terpukau dan tanpa sadar membelalakkan matanya yang bulat dan indah. Terpesona dengan kediaman keluarga Otsuka yang luar biasa di hadapannya. Selama dua sampai tiga detik dia bahkan bergeming dan tak berkedip. Sampai Ryoma meraih lengan Hanako dan dengan lembut menggandengnya. “Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan, Hana?” tanya Ryoma tanpa menolehkan wajahnya. Hanako menelan ludahnya dengan susah payah. Dengan tergagap dia kemudian menjawab, “Tentu saja. Aku tahu sudah hafal semua skenarionya. Aku hanya ... apakah di dalam ramai orang?” dengan takut Hanako bertanya. “Tidak, tak ada selain keluargaku. Bahkan kakak iparku pun masih berada di Kyoto. Dia baru akan kembali besok pagi. Selain ayah dan ibuku, hanya ada Ayumi, kakak perempuanku. Bukankah aku sudah mengatakan semua itu dengan sangat jelas sekali padamu?” sahut Ryoma
“Aku tidak tahu apa kau sudah kehilangan akal sehatmu atau bagaimana, tapi, benar-benar tidak menyangka jika kau akan membawa gadis miskin itu dan memperkenalkannya sebagai calon istrimu,” kata Ayumi. “Aku akui dia memang cantik, tapi, kau juga harus ingat, Hanako tidak sederajat dengan keluarga kita. Apa yang akan dikatakan semua orang, Ryoma, jika kau menikahi Hanako?”Mereka sedang berada di dapur dan Ayumi langsung pada tujuannya. Ryoma dengan tenang menjawab, “Aku yakin kau tentu tahu jika tidak bersungguh-sungguh menyukai Hanako. Aku hanya memanfaatkan gadis lugu itu untuk satu kepentingan pribadiku.” Ryoma tersenyum misterius.Ayumi menatap marah Ryoma. “Apa maksudmu? Jangan katakan jika kau berencana untuk menjadikan Hanako ....” Ayumi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menelan ludah yang tiba-tiba saja terasa pahit di tenggorokannya sambil menatap Ryoma dengan tatapan yang menyiratkan keresahan hatinya. “Ryoma, aku mohon. Jangan lakukan hal itu. Aku tidak ingin terjadi sesua
Jika bukan karena Nyonya Otsuka, Hanako Rin Sudo ingin angkat kaki secepatnya dari rumah keluarga konglomerat itu. Sejak pertama dia bertemu dengan keluarga Ryoma, dia memang sudah dapat merasakan jika semua orang tidak menyukainya. Apalagi, Ryoma, begitu dia duduk, pria itu dengan seenaknya pergi dengan kakak perempuannya meninggalkan Hanako seorang diri. Dia benar-benar merasa seperti terdampar di sebuah antah berantah di planet lain. Untung saja setelah Hanako berusaha keras membangun komunikasi dengan Nyonya Otsuka, wanita itu meresponsnya dengan sangat baik sekali meski pada awalnya dia cukup dingin. “Oh, jadi Anda baru saja menyelesaikan pendidikan, Nona Hanako?”“Benar sekali, Nyonya. Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di universitas Tokyo,” sahut Hanako dengan rendah hati. “Dari cara berpenampilan Anda, sepertinya Anda sangat menyukai mode. Bukan begitu, Nona Hanako?” sambung Nyonya Otsuka. “Dan kau juga sepertinya tahu banyak soal itu. Maksud saya soal mode yang sedang
Ryoma Otsuka sama sekali tidak menyangka jika Ayumi kakaknya akan menyembunyikan hal sepenting itu dari dirinya hanya karena malam ini adalah malam Natal. Padahal, baik Ayumi maupun Ryoma tahu persis jika tak ada yang benar-benar peduli dengan perayaan Natal di keluarganya. Keharmonisan keluarga Otsuka sebenarnya sudah lama mati. Tidak ada lagi keceriaan Natal, kedamaian dan kebahagiaan Natal, perayaan malam Natal tidak lebih dari sekadar formalitas. Kadang, Ryoma merasa sangat miris sekali dengan keluarganya yang di dalam benar-benar sangat berantakan. Bahkan, yang lebih parah dari itu semua adalah hubungan di dalam keluarganya itu semuanya adalah palsu, semuanya adalah demi kepentingan pribadi, dan di atas segalanya demi kepentingan bisnis keluarga. Namun begitu, mereka tetap tersenyum dan menunjukkan sikap yang baik juga kekompakan saat berada di depan semua orang. Untuk memberikan kesan jika keluarga Otsuka begitu sempurna. Harmonis, sukses, dan kompak. “Aku sama sekali tidak meng
Yusuke Sakazaki duduk termenung sambil menatap langit malam yang begitu meriah dengan kerlap kerlip bintang. Kata-kata dari Takuya terkait Hanako Rin Sudo yang memang tidak bersalah sama sekali terus menerus terngiang-ngiang di telinga Yusuke. Dia kembali mengingat-ingat segala sesuatunya. Berapa kali pun dia mencari pembenaran untuk dirinya sendiri tetap saja dia tidak dapat lari dari kebenaran yang ada bahwa di sini memang dia yang bersalah terhadap Hanako. Akan tetapi, Yusuke tidak berani mengakui kesalahannya bahkan pada dirinya sendiri. “Hanako memang tidak cocok denganku,” kata Yusuke pada dirinya sendiri. “Dia terlalu modern dan bebas. Dia tidak baik untukku bahkan dalam segala hal.” “Kau masih saja memikirkan gadis yang tidak baik itu? Siapa namanya, oh, ya, Hanako. Dengar, Yusuke. Hanako itu tidak cocok denganmu. Dia terlalu bebas dan dia gadis yang tidak baik. Apa kau tidak lihat bagaimana cara dia berpakaian? Oh, betapa mengerikannya hal itu. Dia sengaja mengundang para pr
Ayumi Otsuka sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Ryoma benar-benar pria yang sangat keras kepala. Sekeras apa pun dia berusaha untuk meyakinkan Ryoma agar dia menghentikan niatnya untuk balas dendam sama sekali tidak berguna. Ryoma tidak akan mendengarkan dirinya dan dia juga tidak akan peduli sekalipun Ayumi berlutut di kaki Ryoma. Jika dia sudah berkata tidak, atau ya, maka sampai mati pun dia tidak akan mengubah keputusannya itu. Bahkan meski yang memintanya adalah ayah mereka. Sifat keras kepala Ryoma Otsuka inilah yang terkadang membuat takut serta khawatir Ayumi serta ibunya. “Ryoma Otsuka benar-benar tidak dapat disentuh,” sahut Yukio Otsuka, ibu Ayumi seminggu yang lalu saat mereka sedang makan siang waktu itu. “Ayumi, jika Ryoma seperti ini terus, tidak mau membuka dirinya dan tidak mau mendengar pendapat orang lain, aku khawatir di masa depan dia akan mendapat masalah. Tidak hanya masalah dalam pekerjaan, terutama sekali adalah terkait pasangan hidup. Sifat keras kepal
“Jadi, apa Ibu sudah selesai mengobrol dengan Hanako?” tanya Ryoma Otsuka yang entah sejak kapan telah berdiri di dekat pohon Natal.Nyonya Otsuka dan Hanako seketika menoleh ke arah Ryoma. “Kau mengagetkan saja, Ryoma. Duduklah, kau tidak berencana untuk mengantar Nona Hanako pulang sekarang, bukan?” ujar Nyonya Otsuka.Dengan enggan Ryoma duduk di sebelah Hanako. “Sebenarnya aku memang ingin mengantarkan Hanako pulang. Karena itulah aku bertanya apa Ibu sudah selesai mengobrol dengan Hanako atau belum,” sahut Ryoma dingin.Hanako mengerutkan dahi. Dia merasa telah terjadi sesuatu dengan Ryoma. Dia menduga ini ada kaitannya dengan Ayumi dan Tuan Ryuchi yang sejak pertama tampak tidak senang sama sekali dengan Hanako. Takut salah bicara dan membuat keruh suasana yang sedang tidak baik itu, maka Hanako memutuskan untuk diam saja. “Ryoma, ini malam Natal. Lagi pula, malam sudah terlalu larut. Sebaiknya Nona Hanako tinggal di rumah untuk menginap satu malam ini. Kau juga pasti sangat lel