Share

BAB 34

Author: Atdriani12
last update Huling Na-update: 2025-07-29 01:00:47

Udara di dalam mobil terasa tebal. Sunyi, hanya ada deru lembut AC dan suara napas mereka yang masih tidak stabil. Callista duduk di kursi penumpang, mengenakan kemeja putih Adrian yang terlalu besar di tubuhnya, rambutnya masih berantakan sejak mereka meninggalkan ruang arsip.

Adrian menyalakan mesin. Tapi ia tidak langsung melaju.

Tangannya masih menggenggam setir, tapi tatapannya tak lepas dari Callista.

“Masih gemetar?” bisiknya.

Callista mengangguk pelan. “Sedikit… tapi bukan karena takut.”

Tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang tak terucap, tetapi mendesak di antara mereka—tegang, basah, panas.

Adrian mematikan mesin lagi.

Ia melepas sabuknya perlahan, lalu memiringkan tubuh, menyentuh wajah Callista, ibu jarinya menyapu lembut garis rahang gadis itu. “Sini,” gumamnya rendah, penuh gravitasi.

Callista bergerak mendekat. Tak ada lagi pertanyaan.

Mulut mereka bertemu di tengah, mendesak, mencari. Ciumannya dalam, intens, penuh rasa tak tersalurkan yang sejak tadi tertahan di dad
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 90

    Adrian menekan tombol play sekali lagi, memastikan potongan rekaman yang mereka pilih terdengar jelas. Suara Amelia di speaker laptop memenuhi ruangan, tegas dan tanpa celah untuk disalahartikan.“…buat mereka hancur sebelum mereka bisa nyentuh aku. Nggak peduli caranya.”Callista menatap layar, matanya tidak berkedip. “Lima detik terakhir itu… udah cukup buat orang ngerti konteksnya.”“Makanya kita pakai ini dulu,” jawab Adrian. “Nggak semua orang kuat nahan rasa penasaran. Begitu mereka mulai nyari kelanjutannya, kita punya pegangan buat kendaliin narasi.”Ia memindahkan file itu ke ponselnya, lalu menyambungkannya ke sebuah akun anonim yang baru ia buat beberapa jam lalu. Semua disiapkan dengan hati-hati—VPN berlapis, server asing, bahkan perangkat yang bukan milik mereka berdua.Callista duduk di sebelahnya, memperhatikan langkah-langkah itu tanpa menyela. Hanya suara napas mereka yang terdengar, dan ketukan jari Adrian di layar ponse

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 89

    Ketika ketukan itu terdengar, Callista sudah berdiri di dekat pintu. Ia menatap Adrian sekilas—tatapan singkat yang mengandung pesan siap dan waspada—sebelum membuka.Seorang pria berjaket gelap berdiri di ambang, wajahnya tegang. Bukan ekspresi orang yang santai datang untuk sekadar ngobrol. Callista mempersilakannya masuk, tapi tetap menjaga jarak. Adrian duduk di sofa, posisinya menghadap langsung ke pintu, seperti sengaja ingin memastikan pandangannya tak terhalang.Pria itu melangkah pelan, duduk di kursi seberang. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan amplop tipis. “Aku nggak punya banyak waktu,” katanya tanpa basa-basi. “Apa yang ada di sini… kalau jatuh ke tangan yang salah, bisa bikin banyak orang kehabisan napas.”Callista menatap amplop itu, lalu memindahkan pandangannya ke Adrian. “Kenapa kamu kasih ini ke kami?”Pria itu menghela napas, pandangannya beralih ke jendela seolah takut ada mata yang mengawasi. “Karena aku udah lihat sendiri

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 88

    Suara notifikasi di laptop memecah kesunyian ruang itu. Adrian melirik layar, lalu menggeser kursinya mendekat. “Mulai,” gumamnya.Callista ikut mencondongkan tubuh, melihat deretan pesan yang masuk hampir bersamaan. Beberapa dari orang yang namanya baru saja mereka lingkari di papan tulis.“Aku rasa jebakan kita bekerja lebih cepat dari yang kita kira,” ucap Callista pelan.Adrian mengklik salah satu pesan. Isinya berupa percakapan tangkapan layar dari grup internal kampus. Tiga nama yang mereka targetkan ada di sana, saling menuduh siapa yang menyebarkan informasi sensitif.Kalimat-kalimatnya tajam, penuh sindiran. Ada yang terang-terangan menuduh, ada yang berpura-pura membela sambil menyelipkan keraguan.“Lihat ini,” kata Adrian, menunjuk satu baris. “Dia bilang ‘gue cuma nyampein ke orang yang gue percaya’. Itu sama persis kayak alasan yang kita perkirakan bakal keluar.”Callista membaca cepat, lalu mengangguk. “Mereka mulai

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 87

    “Aku udah siapin tiga versi cerita,” ucap Callista sambil menutup laptop. “Tiap versi punya detail berbeda. Kalau sampai ada yang bocor ke Amelia, kita bakal tahu jalurnya dari detail itu.”Adrian duduk di tepi sofa, memerhatikan daftar yang baru saja ia tulis di buku catatan. “Versi pertama kamu kasih ke siapa?”“Orang keuangan di kampus. Dia punya akses ke jadwal dan dana lembaga.” Callista menunjuk nama di daftar. “Versi kedua, aku lempar ke salah satu dosen senior yang dekat sama Amelia. Versi ketiga… lewat seseorang yang kelihatannya netral tapi aku nggak pernah benar-benar percaya.”Adrian mengangguk pelan. “Bagus. Kita main cepat. Begitu info itu keluar, kita tunggu lihat siapa yang bereaksi duluan.”Callista menatapnya. “Kamu yakin mereka akan makan umpan ini?”“Kamu terlalu meremehkan rasa ingin tahu orang. Apalagi kalau itu menyangkut jatuhin kita.”**Mereka berdua beranjak dari sofa, bergerak seperti tim yang

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 86

    Suara notifikasi masuk bertubi-tubi di ponsel Adrian. Ia meraihnya, membuka layar, dan wajahnya mengeras. “Amelia mulai nyentuh kampus.”Callista yang tadinya masih duduk di sofa, menegakkan punggung. “Maksudnya?”Adrian meletakkan ponselnya di meja, layarnya menampilkan beberapa screenshot pesan dari dosen dan staf yang ia kenal. Semua berisi potongan kalimat yang mirip: ada rapat mendadak soal reputasi lembaga dan hubungan personal dosen.“Dia nyerang dari dalam,” ujar Adrian datar. “Pake orang-orang yang masih punya pengaruh di sana.”Callista mengambil ponsel itu, membacanya cepat. Beberapa pesan bahkan menyebut namanya secara langsung, menuduhnya sebagai pemicu ‘masalah moral’ yang merusak citra kampus. “Cepet banget dia ngelempar ini ke jalur resmi…”“Karena dia tahu, kalau kampus ikut turun tangan, kita harus main di ranah yang lebih sempit.”Gadis itu mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya. “Kita

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 85

    Adrian memindahkan map yang tadi mereka bawa dari meja ke laci, lalu menguncinya. “Kita simpan ini. Nggak semua kartu harus dibuka sekarang.”Callista masih duduk di kursinya, memutar bolpoin di jari. “Tapi beberapa harus kita sodorin sedikit… biar dia tau kita nggak kosong.”Adrian berjalan mendekat, bersandar di sisi meja. “Kita kasih umpan. Biar dia pikir itu semua yang kita punya.”“Dan yang sebenarnya?”“Disimpan sampai waktunya,” jawabnya singkat.Callista mengangguk pelan. “Kalau gitu, kita butuh satu orang yang bisa jadi jembatan informasi—nggak terlalu dekat sama kita, tapi cukup kenal kita.”Adrian memandangnya dengan tatapan ‘aku sudah punya nama’. “Ada. Dan dia utang budi besar sama aku.”Gadis itu membalas tatapan itu, separuh penasaran, separuh waspada. “Kamu yakin dia nggak akan bocorin semua ke Amelia?”“Kalau dia mau, dia udah lakukan dari dulu.” Adrian mencondongkan tubuh sedikit. “Percayalah,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status