Share

Chapter 6

Author: Iamyourhappy
last update Last Updated: 2023-06-07 20:24:09

“Jangan bermimpi! Sampai kapanpun aku tidak akan menjadi istrimu!” teriak Karina.

“Tidak usah sombong!” Tanto mencengram rahang Karina. Ia tertawa pelan. “Aku beri waktu satu minggu untuk melunasi hutang ibumu. Jika tidak, akan berbunga dua kali lipat.”

“Kau tidak akan bisa melarikan diri dariku. Aku akan selalu bisa menangkapmu.” Tanto bersama anak buahnya tertawa. “Jangan jual mahal. Pikirkan sekali lagi. Aku akan melupakan hutang ibumu jika kau mau menjadi istriku yang ke-5. Hidupmu juga akan terjamin.”

Rentenir itu pergi. Tubuh Karina merosot di depan pintu. Dari mana ia mendapatkan uang 300 juta dalam waktu dua minggu.

~~

“Karina.”

Saka menggeram marah menatap Karina yang seperti patung. Saat rapat—Karina malah sibuk melamun.

“KARINA!” teriaknya marah karena tidak mendapat jawaban.

Karina seketika menoleh. Ia merapikan kertas-kertas catatannya. “Maaf, pak.” Karina menunduk sambil menghela nafas.

“Kenapa kau tidak bekerja dengan benar?” heran Saka. Ia berjalan mendekati Karina. “Aku tidak menggajimu untuk melamun,” sarkasnya.

Karina menunduk. “Maaf,” lirihnya.

“Kau ingin berhenti bekerja?” Saka menaikkan salah satu alisnya.

Karina menggeleng. Sungguh ia tidak bermaksud terus melamun saat bekerja. Ia berusaha fokus. Namun, pikirannya terus melayang.

Otaknya terus berusaha bekerja mencari jalan keluar. Selama ini ia sudah berusaha mencari pinjaman di mana-mana.

Semua temannya menolak.

Amel maupun Susan yang bisa dibilang hidup mereka sangat mewah, tidak bisa mempercayai Karina begitu saja.

Karina juga sudah berusaha mencari pinjaman di Bank. Namun, pihak Bank tidak bisa meminjaminya karena ia tidak mempunyai jaminan apapun.

Saka tiba-tiba mengurung Karina.

Kedua tangannya memegang pinggirang meja untuk memperangkap tubuh Karina. “Aku ini bukan orang baik. Aku tidak bisa menerima kesalahan dua kali.”

Karina memeluk kertas-kertasnya. Ia tidak berani menatap Saka yang kini terlihat marah.

“Kau tahu apa yang terjadi jika aku memecatmu?” tanya Saka. Karina menggeleng pelan. “Aku akan membuat seluruh perusahaan lain tidak ada yang menerimamu bekerja. Namamu akan dimasukkan ke dalam daftar blacklist.”

“Itu keterlaluan, Sir.” Karina memejamkan mata. “Itu terlalu kejam.” Karina menghela nafas.

Saka tertawa pelan. “Memang kejam. Jika aku ingin melakukannya, tidak ada yang bisa mencegahku.” Mengusap pelan pipi Karina. Setelah itu menepuk pelan puncak kepala wanita itu. “Bekerjalah dengan baik. Jangan mencari masalah denganku.”

~~

Dua minggu terlewat. Karina hanya mempunyai uang 20 juta. Itu adalah hasil tabungannya dan pinjaman di Koperasi. Ia akan memberikan uang itu lebih dahulu dan meminta keringanan untuk menyicil.

Karina membuka pintu. “Aku hanya punya 20 juta ini.” Karina memberikan uangnya.

“Kau main-main!” teriak Tanto tepat di depan wajah Karina. “300 juta! Bukan 20 juta. Kau berani denganku?!”

“Aku mohon. Aku tidak punya uang. Aku minta sedikit waktu lagi untuk melunasinya.” Karina menyatukan kedua tangannya memohon.

Tiba-tiba rambutnya ditarik begitu kuat oleh Tanto. Sehingga membuat Karina terpaksa mendongak. “Aku sudah cukup sabar selama ini. Kalau kau mau jadi istriku, kau tidak akan repot-repot kesusahan mencari uang. Namun sayang aku tidak menawari dua kali.”

Karina memegang rambutnya. Sungguh sakit—pasti rambutnya rontok banyak. “Lepaskan aku.” Karina menginjak kaki Tanto.

“Awh.” Tanto melepaskan rambut Karina. Namun sebagai gantinya ia menampar Karina beberapa kali. “Dasar tidak tahu diri! Ibumu jalang itu memohon padaku untuk dipinjami uang tapi malah kabur. Kau anaknya juga tidak tahu diri. Dasar sama-sama jalang!”

PLAK!

Tamparan terakhir membuat Karina tersungkur. Sudut bibir Karina juga robek hingga mengeluarkan sedikit darah. “Aku beri waktu dua hari. Jika kau tidak membawa uang 300 juta padaku. Aku akan menjualmu di tempat bordil.”

~~~

Malam ini, angin berhembus begitu kencang.

Karina membawa mie instan beserta soda di pinggir sungai. Ia mendongak—menatap jembatan besar yang digunakan untuk melintasi Sungai yang cukup besar. Ia tersenyum—jembatan yang indah. Dihiasi oleh beberapa lampu warna-warni. Sepanjang jalan tidak pernah sepi. Banyak mobil yang melintasi.

Karina heran. “Hidup apa yang dijalankan mereka? Mereka mempunyai mobil yang bagus. Pasti juga mempunyai pekerjaan yang bagus juga.” Tertawa pelan. mentertawai kesedihannya sendiri.

Ia mengambil mienya. Memakannya perlahan. “Aku malah terdampar di sini dengan penderitaan yang tidak ada habisnya.” Setelah mienya habis. Karina mengambil sodanya. Menghabiskannya dengan sekali teguk.

Karina bangkit. “Aku tidak sanggup lagi. “Aku harus pergi. Aku tidak kuat lagi hidup di dalam neraka ini.” Ia mendongak. Menatap langit yang begitu cerah. “Berubahlah jadi mendung.”

Karina berjalan. Melewati pembatas antara jalan dengan Sungai. Malam begitu pekat. Tidak ada orang lain di sini selain dirinya sendiri. Karina akan mengakhiri hidupnya dengan cepat.

Ia melangkah. Kakinya sudah menapaki pinggiran sungai. Ia berjalan semakin mendekat. Dingin, setengah tubuhnya sudah masuk ke dalam air. “Maaf, Pa. Aku pingen nyusul Papa. Karina gak kuat. Karina cengeng. Karina lemah tanpa Papa.”

Karina sepenuhnya masuk ke dalam air. Tubuhnya terjatuh ke dalam sungai. Karina memejamkan mata. Pernafasannya sesak. Ia kesusahan bernafas. Hingga semuanya gelap.

~~

“Pulang,” perintah Saka pada supirnya. Ia duduk tenang sambil menatap jendela.

Malam ini ia baru saja meeting dengan klien. Ia sangat kesal karena Karina yang tidak menjawab panggilannya. Padahal sudah menjadi tugas wanita itu untuk menyiapkan keperluannya dan mendampinginya pergi Rapat.

Jangankan mendampinginya, seharian ini Karina tidak ada kabar. Dalam perjanjian, meskipun hari libur Karina harus tetap bekerja saat Saka membutuhkannya.

“Sialan,” desis Saka. Ia akan memarahi Karina besok.

“Tunggu. Berhenti.” Saka melihat seorang wanita yang duduk di pinggir sungai. “Itu Karina.” Saka berdecih. “Jadi dia piknik malam-malam di pinggir jembatan dan mengabaikan panggilan bosnya.”

“Pergi ke sana.” Saka menunjuk di mana Karina berada. “Aku akan memberinya pelajaran karena berani mengabaikanku.”

Mobil sudah berjalan. Kemudian berhenti di sebuah taman yang sudah sepi. Saka berjalan—ia mencari keberadaan Karina. Berjalan ke paling ujung di mana menjadi perbatasan jalan dan Sungai.

“Apa yang dia lakukan?” Saka menatap Karina yang masuk ke dalam sungai.

“KARINA!” teriaknya.

Byur!

Terlambat. Karina sudah sepenuhnya masuk.

“KARINA AKU TIDAK MENGIJINKANMU MATI!” teriak Saka.

Seketika, ia pun langsung terjun ke sungai. Tubuhnya masuk ke dalam air sepenuhnya. Namun, ia melihat Karina yang sudah memejamkan mata di dalam air.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 539

    “Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari perusahaan kontruksi yang baru saja mendapatkan pemutusan kerja sama. Mereka ingin bertanya secara langsung kenapa anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin sejak lama.” Itu ucapan dari asistennya, Jack. Rafa mengangguk. “Pertemukan aku dengan mereka. Akan aku beritahu alasanku.” Tidak menunggu waktu yang lama. Berada di sebuah restoran berbintang. Rafa masuk dengan langkah yang begitu tajam. Ia menatap sekitarnya dan melihat seorang pria. “Selamat datang, Sir.” Pria itu mengulurkan tangan namun terang-terangan tidak dijabat oleh Rafa. “Saya ingin menanyakan kenapa tiba-tiba anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin dengan begitu lama, Sir? Saya berharap anda bisa berpikir lagi tentang pemutusan tersebut. Apalagi ada proyek yang akan kami jalankan.” Rafa menghela nafas. “Aku hanya sedang bersih-bersih. Kerja sama ini tidak terlalu menguntungkan. Tapi sebenarnya aku bisa saja mempertahankan kerja sama ini, tapi kau m

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 538

    “Di rumah Dad lebih seru, Mom. Ada banyak mainan dan kamarnya besar.” Yoshi mengeluh saat sampai di rumah. Bocah itu terlihat lebih senang berada di rumah itu daripada rumahnya sendiri. Sana menghela nafas. Baru bertemu sudah memanggil Dad. Sana menggeleng pelan. “Diam saja dan tidurlah lagi.” “Besok beli mainan,” ucap bocah itu sebelum pergi ke kamar sendiri. Sana menghela panjang sebelum masuk ke dalam kamarnya sendiri. Merebahkan diri di atas ranjangnya. Tanpa bisa dicegah, air matanya kembali turun. Bersama Rafa terlihat menggiurkan dan menyenangkan, namun Sana juga masih teringat hal-hal menyakitkan bersama pria itu. Lalu, jika ia memilih untuk bersama Rafa dan hal menyakitkan itu kembali terulang apakah ia sanggup menghadapinya? Sana menggeleng pelan. “Hidupku lebih tenang seperti ini. Aku tidak akan bisa bernafas jika kembali bersamanya. Ada banyak hal yang membuatku ragu bersamanya kembali. Lebih baik memang kita berpisah.” Keesokan harinya. Seperti biasa, Sana mengantar

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 537

    Sana bergegas pergi setelah selesai melukis. Ia tidak akan ingat waktu ketika terlalu larut melukis. Sampai akhirnya ia melihat jendela yang menampilkan langit berubah menjadi mendung. Ia segera pergi untuk menjemput Yoshi yang seharusnya sudah pulang 1 jam yang lalu. “Dia pasti marah.” Sana keluar dari bus dengan membawa payung. Ia segera berlari masuk ke dalam sekolah. Bertanya pada Satpam yang ternyata seluruh siswa sudah pulang, tidak ada siswa yang masih berada di kelas. “Dia ke mana?” Sana merogoh ponselnya untuk memesan taksi. Ponselnya masih mati semenjak ia mengisi daya. Ia segera menghidupkannya dan mendapat sebuah pesan dari seseorang 30 menit yang lalu. [Yoshi bersamaku]Sana langsung menelepon orang itu. “Kau siapa? kenapa anakku bersamamu?!” tanayanya. “Datanglah ke rumahku jika ingin tahu siapa aku.” Sana menghela nafas. Kemungkinan besar ia tahu siapa yang meneleponnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya sampai juga di sebuah rumah yang nampak begitu mega

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 536

    “Mom akan mengantar kamu ke kelas.” Sana mengambil tangan Yoshi. Namun putranya itu menolaknya. Yoshi menggeleng. “Aku akan pergi sendiri. Mom pulang saja.” Hari ini adalah pertama kalinya masuk ke sekolah baru. Sana berharap ini menjadi langkah awal untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Ia juga berharap sekali tidak ada yang membuli Yoshi di sini. “Hm.” Sana mengangguk dan tersenyum. “Hati-hati.” Setelah mengantar Yoshi ke sekolah, Sana langsung pulang. Rencananya ia akan menguru perceraiannya dengan Rafa. Ia akan mulai mencari pengacara handal yang bisa membuatnya berpisah dengan Rafa. Dengan hak asuh jatuh kepadanya. Sana menghela nafas dan masuk ke dalam subway. Ia tidak menyadari jika ada orang yang membuntutinya. Orang yang membawa kamera dan membidik setiap pergerakannya. Kemudian orang itu akan melaporkan pada seseorang. [Dia baru saja pulang mengantar anaknya]Pesan itu langsung masuk ke sebuah ponsel milik seseorang. Rafa menatap ponselnya. Baru saja ia membaca seb

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 535

    Sana terdiam di tempat. Pikirannya kacau, antara memastikan putranya tetap berada di tempat dan segera pergi dari hadapan pria ini. Sana mengepalkan kedua tangannya. Rafa melangkah mendekat dan otomatis membuat Sana melangkah mundur dengan was-was. “Aku merindukanmu,” ucap Rafa. Terdengar rendah namun penuh penekanan dan juga tersirat sebuah rasa putus asa. Rafa mengepalkan tangannya ketika melihat Sana seperti menahan takut. “Aku akan segera mengurus perpisahan kita.” Sana menatap putranya yang telah menyadari keberadaannya. Yoshi melambaikan tangannya. Sana mengangguk pelan. “Aku harap kita bisa berpisah dengan baik-baik.” Sana melangkah melewati Rafa begitu saja. kemudian menggandeng tangan Yoshi agar ikut berjalan dengannya. Mereka terus berjalan sampai keluar dari gedung. Sana mencegah Yoshi yang setiap kali ingin menoleh ke belakang. “Mom tadi itu siapa?” tanya Yoshi. Sana tidak menjawab. Ia sedang memutar otak bagaimana harus segera pergi sedangkan dia tidak mempunyai ken

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 534

    Sana keluar bersama putranya. Merapikan penampilannya sebentar sebelum masuk. Tidak lupa berterima kasih pada sahabatnya yang mau repot-repot mengantarnya. Setelah masuk—Sana bisa melihat kemegahan di dalam gedung. Tidak salah lagi, orang tua Ren memang sangatlah kaya. Perusahaan orang tua Ren menguasai pasar Jepang dan internasional. Meskipun bisa dibilang, Ren adalah anak gelap, namun keberadaannya tidak pernah ditutupi. Untungnya di antara banyaknya konglomerat yang datang, Sana tidak mengenal mereka. Memang lebih baik seperti itu. Apalagi di depan tadi, ada red karpet dan para wartawan yang siap memotret selebriti maupun konglomerat. Sana melihat Mina yang tengah berbincang dengan beberapa orang. Untuk sebentar, Sana tidak mau mengganggunya. Ia menunggu mereka selesai berbicara barulah mendekati sang saudara. “Selamat.” Sana memeluk Mina. “Maaf aku tidak bisa menemanimu tadi.” Mina mengangguk. “Tidak masalah. Yang terpenting kau bisa datang ke sini.” Mina menatap Yoshi, kemud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status