Share

Chapter 5

Karina menoleh. Ia mengerjapkan mata. “Ada yang Anda butuhkan?” tanyanya di ambang batas kesadaran.

Saka pun menarik pinggang Karina lagi.

Ia mengangkat tubuh wanita itu dengan mudah dan berakhir di pangkuannya.

Karina hendak memberontak, namun Saka memeluk pinggangnya terlalu erat. 

Lama menunggu, Saka hanya memperhatikan Karina.

Namun perlahan, jemarinya terangkat mengusap helaian rambut Karina yang sedikit berantakan. “Kenapa kau menguncir rambutmu? Kau ingin memamerkan lehermu ini hah?”

Dengan tidak sabar, Saka menarik tali rambut Karina, hingga helaian rambut wanita itu terjatuh.

Rambut Karina yang sebatas bahu itu terurai dengan indah. Hanya saja, ada banyak rambut Karina yang juga ikut terlepas saat ia menarik kunciran itu.

“Rambutku….,” gumam Karina.

Saka tidak mengabaikan ucapan Karina. Ia segera menarik tenguk wanita itu dan langsung saja melumat bibir yang selalu menggodanya.

Mungkin, karena efek alkohol, membuat Karina pasrah. Ia membuka mulut secara tidak sadar, sehingga memudahkan aksi Saka.

Jemari Saka pun mengusap pipi Karina pelan. Ia berdiri dan mengangkat Karina lalu menggendong tubuhnya dan berjalan cepat.

Ia baru berhenti saat masuk ke dalam sebuah kamar.

Saka lalu mendudukkan Karina di atas sebuah meja, kemudian kembali mencium Karina.

Kali ini, lebih intens dari sebelumnya.

Karina bahkan merasakan mint bercampur dengan nikotin masuk ke dalam mulunya dan bagaimana jemari Saka mengusap punggungnya lembut.

“Pak…,” panggil Karina.

Karina sungguh tidak bisa menahan gejolak panas ini. Saka memberikan tanda yang begitu banyak di lehernya.

“Pak berhenti.” Karina membuka mata. Ia mulai sadar jika yang dilakukan mereka salah. Saka sudah mempunyai istri. Saka bukan lagi pria single yang bisa sembarangan berhubungan dengan wanita. Apalagi wanita sepertinya.

Saka pun berhenti sejenak sebelum ia tiba-tiba memeluk Karina erat.

Pria itu seolah kerasukan dan mencium leher Karina beberapa kali.

“Pak,” panggil Karina.

“Aku tahu.” Saka mengangkat tubuh Karina. Membaringkannya di atas ranjang.

“Saya harus pergi. Bukan hanya saya, tapi juga Anda.” Karina hendak bangkit. Namun, Saka justru segera menariknya.

Buk!

Tubuh karina pun jatuh di atas tubuh Saka.

“Tetap di sini.” Saka mememeluk Karina sepergi guling.

“Tapi—”

“Mau membantah?” Saka menggeram pelan. Ia sedikit meremas pinggang Karina karena wanita itu yang terus saja melawannya.

Karina memilih diam. Ia tidak berani memberontak lagi. Lama-kelamaan, ia juga mengantuk.

Tak lama, mereka pun jatuh tertidur tanpa melakukan apa-apa lagi. Hanya saja, Saka memeluk Karina sangat erat.

~~

"Shit!" erang Saka yang terbangun lebih awal.

Pertama kali ia membuka mata, didapatinya  wajah Karina yang begitu dekat.

Saka mencoba mengingat kegiatan mereka tadi malam.

Ia mencium Karina dan menggendongnya sampai ke sebuah kamar yang berada di klub.

Saka menggeleng pelan.

Wajah polos Karina mengundangnya untuk mencium wanita itu lagi. Namun, ia tahan.

Segera, Saka bangkit dari ranjang. Ia lebih dulu membersihkan diri di dalam kamar mandi.

Sedangkan Karina yang juga mulai terbangun. Ia menatap sekitar. Tadi malam, ia tidak sepenuhnya mabuk. Ia ingat terakhir kali bersama Saka.

Mendegar suara gemricik air di dalam kamar mandi, ia pun menoleh.

“Aku harus pergi sebelum dia keluar.” Karina buru-buru mengangkat selimut. Namun sialnya ia justru terjatuh.

Bugh!

“Awh,” ringis Karina. Bokongnya mendarat di lantai.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Saka ketika keluar dari kamar mandi.

Seperti biasa, tanpa sedikitpun malu. Saka seakan sengaja menampilkan tubuhnya yang sempurna di hadapan Karina. Saka hanya menggunakan bathroob.

“Tidak.” Karina menatap ke arah lain. Ia bangkit dan berjalan mendekati pintu.

“Tidak ada yang terjadi tadi malam,” ujar Saka. “Kau pergilah membersihkan diri di kamar lain. Aku tunggu dibawah dalam 10 menit.”

Karina menghela nafas. Ia mengangguk dan segera keluar.

Sepuluh menit adalah waktu yang sangat cepat. Ia harus selesai tepat waktu jika tidak mau dimarahi oleh bosnya itu.

~~

Setelah menempuh perjalanan belasan jam dari Hongkong kembali ke Indonesia, akhirnya Karina sampai di Apartemennya.

Seluruh badannya terasa hampir remuk. Ia berusaha mengikuti semua jadwal Saka sebaik mungkin meski sempat merasa canggung setelah kejadian itu.

Ditariknya koper pelan. Sama seperti malam kemarin-kemarin, apartemennya gelap.

Karina pun mencari saklar lampu dan menyalakannya.

“Kenapa rumah ini begitu bersih?” heran Karina. Ia melangkah masuk ke dalam kamarnya.

“Kamarku begitu rapi?”

Karina menghela nafas. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Karina menatap sebuah surat yang tergeletak di atas nakas.

[ Maaf, Mama pergi bekerja ke Arab Saudi. ]

“Apa?” Karina mencoba menghubungi nomor ibunya. Namun, nomornya sudah tidak aktif.

“Jawab, Ma,” lirih wanita itu mulai putus asa.

Tak selang lama, ada sebuah pesan masuk.

[ Kau adalah anak Rita. Dia punya utang padaku 300 juta. Dia kabur dan tidak membayar hutangnya. Sebagai anak, kau harus membayar hutangnya.]

[Dari rentenir paling kejam dari seluruh dunia, Tanto.]

Karina terjatuh. Apalagi sekarang? 300 juta? Bagaimana caranya ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

Karina menghela nafas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. 

Sembari menunduk, wanita itu menangis dalam sendirian.

“Aku selalu berpikir aku kuat. Aku bisa menghadapi semua hal sendirian.” Karina memegang dadanya yang terasa begitu sesak. “Tapi aku takut. Aku takut. Paa….” Karina mendongak. “Andai papa di sini. Karina kangen papa.”

~~

TING TING TING!

Karina membuka mata saat matahari sudah berada di atas langit. Siapa pagi-pagi begini bertamu di rumah orang?

Karina memejamkan mata lagi. Namun, suara bel kembali berbunyi. Dengan kesal, Karina pun turun dari ranjang.

Ia membuka pintu. Alangkah terkejutnya melihat tiga orang berbadan besar di depannya. “Permisi ada keperluan apa?”

“Bayar hutangmu.” Seorang pria muncul. Ia membela pria besar tadi sembari menatap Karina.

Tiba-tiba ia  menarik sudut bibirnya.

Melihat itu, Karina merasa marah. “Aku tidak berhutang denganmu. Yang berhutang ibuku. Aku tidak ada urusan dengannya. Kau bisa menagihnya, bukan menagihku.”

Pria yang dikenal sebagi rentenir paling kejam itu tertawa. “Ibumu kabur membawa uangku! Wanita sialan itu kabur setelah meminjam banyak uangku. Penjudi bodoh itu kabur, lalu kau menyuruhku menagih hutang padanya?”

“Kalau kau tahu dia penjudi bodoh kenapa kau meminjaminya uang? Kau sengaja menjebaknya. Kau sengaja meminjaminya uang lalu menaikkan bunga setiap kali dia tidak bisa bayar.” Karina menatap Tanto dengan tajam. “Aku tahu niat busukmu. Aku tahu kau memeras orang!”

Tanto melotot. Ia tidak terima dengan ucapan Karina. “Jangan banyak bicara. Lunasi saja hutang ibumu.”

Dua pria berbada kekar itu memegangi Karina di dua sisi. “Lepaskan aku!”

“Orang miskin sepertimu memang banyak bicara.” Tanto mencengkram dagu Karina. “Berikan aku uang atau tubuhmu.”

Tanto memandang tubuh Karina dari atas hingga bawah. Sorot matanya menunjukkan ketertarikan mengarah ke nafsu. “Kau bisa jadi istriku yang ke-5. Hutang ibumu lunas dan kau bisa hidup mudah menjadi istriku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status