“Anda akan tinggal di apartemen Pak Danish selama menunggu pernikahan. Anda tidak boleh bertemu dan melakukan apa pun tanpa pengawasan Pak Danish selama masa tunggu pernikahan.” Dino menjelaskan pada Isha ke mana dia akan membawa Isha.
‘Belum apa-apa dia sudah memenjarakan aku.’
Isha mengembuskan napasnya kasar. Dia merasa Danish benar-benar keterlaluan dan berlebihan. Lagi pula apa yang akan dilakukannya. Tentu saja dia tidak akan melakukan apa pun.
“Tapi, aku tidak membawa baju.” Isha tidak membawa apa-apa karena tadi niatnya memanglah hanya untuk melakukan tes kesehatan dan ke butik.
“Pak Danish sudah menyiapkan baju untuk Anda di apartemen. Jadi Anda tidak perlu pulang.”
Isha tidak habis pikir. Padahal baru kemarin mereka bertemu, tetapi Danish begitu cepat sekali mempersiapkan segala hal. Akhirnya Isha pasrah saja ketika akan dibawa ke apartemen milik Danish.
Isha sampai di apartemen. Saat sampai dia dikejutkan dengan apartemen yang cukup besar. Ukurannya berlipat-lipat dari ukuran kos miliknya.
“Saya tinggal sendiri, Pak?” tanya Isha menatap Dino.
“Iya, Anda tinggal sendiri.”
Mendapati jawaban itu seketika bulu kudu Isha berdiri. Dia merasa takut sekali berada di apartemen sebesar ini sendirian. Namun, mau bagaimana lagi. Dia harus menuruti apa yang diminta Danish.
“Ada makanan di dalam lemari pendingin. Beberapa bahan masakan juga ada di dapur. Anda bisa membuat makanan yang Anda mau. Jika butuh apa-apa. Anda bisa hubungi saya.” Dino memberikan kartu namanya pada Isha.
Isha menerima kartu nama yang diberikan oleh Dino.
“Kalau begitu saya permisi dulu.” Dino segera meninggalkan Isha.
Kini tinggallah Isha sendiri. Isha langsung melihat-lihat isi apartemen. Apartemen benar-benar mewah sekali. Hingga membuatnya terkagum-kagum. Isha mengecek ke dapur. Benar saja di dapur banyak sekali makanan.
“Apa dia mau buka restoran?” Isha hanya bisa menggeleng. Semua bahan masakan ada. Ada buah, sayur, dan juga daging segar. Seperti supermarket yang dipindahkan ke dapur.
Isha yang penasaran dengan apartemen milik Danish kembali berkeliling. Kali ini yang dituju adalah kamar. Kamar apartemen benar-benar besar sekali. Mungkin ukurannya empat kali dari kamarnya. Isha yang teringat dengan ucapan Dino, segera membuka lemari. Mengecek baju seperti apa yang diberikan oleh Danish.
Kedua bola mata indah Isha seketika membulat sempurna ketika melihat baju yang berada di lemari. Baju-baju itu adalah baju-baju mahal.
“Apa ini definisi penjara mewah?” Isha terkagum saat melihat apa yang didapatkannya. “Aku tidak boleh senang dulu.” Isha langsung menggelengkan kepalanya. Tak mau memuji apa yang diberikan Danish. Di dunia ini pastinya tidak ada yang cuma-cuma.
***
Sudah hampir tujuh bulan lebih lamanya Isha tinggal di apartemen Danish. Perceraian Isha sudah selesai sejak lama. Kini Isha hanya tinggal menunggu masa iddah untuk menikah dengan Danish saja.
Selama tinggal di apartemen Danish, Isha selalu berangkat bekerja ke toko baju miliknya dari apartemen Danish. Selama bekerja, dia selalu dalam pengawasan orang-orang dari Danish. Danish ingin memastikan jika Isha tidak kabur. Walaupun tidak nyaman, tetapi Isha hanya pasrah saja.
Selama tinggal di apartemen, Danish tidak pernah datang. Hanya Dino yang datang untuk mengecek bahan makanan. Pernah sekali Dino datang untuk mengukur jarinya. Isha menebak jika itu pasti untuk cincin pernikahan.
Selama menunggu pernikahan, Isha tidak pernah ke penjara lagi. Dia hanya mengirimi Abra makanan melalui kurir karena merasa khawatir pada Abra.
Pagi ini, Dino mengirim pesan pada Isha untuk bersiap karena akan dijemput untuk ke hotel. Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Kini Isha akan menikah dengan Danish.
“Apa Anda sudah siap?” tanya Dino yang bau saja datang.
“Sudah.” Isha mengangguk.
Mereka berdua pun segera pergi ke hotel tempat diadakan pesta. Isha benar-benar tidak tahu seperti apa pesta pernikahannya dengan Danish, karena dia tidak sama sekali terlibat dalam persiapan pernikahan.
Dino mengantarkan Isha ke kamar hotel sesampainya di hotel. Penata rias sudah menunggu Isha di sana. Dengan segera Isha dirias untuk acara pernikahan. Hanya akan ada akad pernikahan yang akan dihadiri keluarga. Jadi ini memang bukan pesta mewah.
Dua jam Isha dirias. Penata rias mengubah wajah cantik Isha untuk acara pernikahan. Melihat wajahnya sendiri, Isha hanya bisa terperangah. Dulu saat menikah dengan Abra, pernikahannya diadakan sederhana. Dia merias dirinya sendiri untuk menghemat uang. Jadi tentu saja berbeda dengan sekarang.
Isha langsung diantarkan untuk ke acara akad pernikahan yang diadakan di taman hotel. Ada banyak tamu di sana. Namun, Isha tidak tahu siapa saja yang datang. Danish tidak pernah memperkenalkan siapa saja orang-orang yang datang itu.
Di depan penghulu, Isha melihat Danish dengan setelan jas warna hitam. Tampak gagah sekali. Isha akui, Danish adalah duda tampan.
Danish mengulurkan tangan saat Isha sampai di depannya. Membawa Isha untuk duduk di sampingnya. Duduk berada di depan penghulu membuat Isha benar-benar berdebar-debar. Walaupun bukan kali pertama, tetapi tetap membuatnya berdebar-debar.
Saat pengantin sudah siap, Danish segera menjabat tangan penghulu. Mengucapkan ijab kabul di hadapan saksi. “Saya terima nikah dan kawinnya Nikeisha Kaula binti Dimas Kaula dengan mas kawin tersebut tunai.” Danish mengucapkan kalimat sakral dalam satu tarikan napas.
“Apa sah?” tanya penghulu pada saksi.
“Sah.”
“Sah,”
Penghulu langsung mengangguk. Kemudian mengucapkan doa. Kini Danish dan Isha resmi menjadi sepasang suami istri. Sah di mata agama dan sah di mata hukum.
Satu per satu tamu undangan yang merupakan keluarga memberikan ucapan selamat. Isha baru tahu siapa-siapa saja yang datang setelah dikenalkan oleh Danish. Isha juga bertemu dengan Dathan Fabrizio dan Marsya Kineta, orang tua Danish. Mereka menyambut Isha dengan baik. Tak hanya mereka, Nessia dan Loveta, saudara Danish juga menyambut Isha dengan ramah. Mereka senang kedatangan anggota keluarga baru.
Saat acara sudah selesai Danish segera mengajak Isha untuk ke kamar hotel. Berada di dekat Danish membuat jantung Isha berdebar-debar sekali. Apalagi mereka sedang akan pergi ke kamar pengantin. Setelah akad tentu saja akan ada malam pertama. Itu membuat Isha takut.
‘Apa aku akan langsung membuat anak nanti saat sampai di kamar pengantin?’
Danish dan Isha sampai di depan kamar. Danish membuka pintu kamar hotel dengan access card. Saat pintu terbuka, dia melebarkan pintu untuk memberikan ruang pada Isha untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu.Segera Isha mengayunkan langkahnya masuk ke kamar pengantin. Jantungnya berdegup kencang ketika sampai di kamar pengantin. Apalagi saat baru masuk aroma semerbak bunga mawar tercium. Isha yakin jika kamar pengantin pasti didekorasi dengan bunga-bunga untuk menyambut pengantin baru. Tentu saja itu membuatnya semakin berdebar-debar.Danish yang berada di belakang Isha menyalakan lampu dengan access card yang dibawanya. Saat lampu menyala, terlihat jelas pemandangan di dalam kamar pengantin. Tempat tidur yang dihiasi bunga mawar berbentuk love tampak indah menyambut mereka. Apalagi ditambah dua angsa yang saling berciuman yang terbuat dari handuk di dalam bunga berbentuk love. Tampak romantis sekali.Isha menatap Danish sejenak ketika pemandangan itu terlihat. Namun, pria itu tampak din
Danish mengangkat cangkir berisi kopi miliknya. Dia masih santai menikmati kopi miliknya. Tidak buru-buru menjawab pertanyaan Isha.Isha gemas sekali dengan Danish yang tidak kunjung menjawabnya. Namun, dia harus bersabar. Tidak mau membuat keributan di tempat umum. Tidak lucu bukan jika pengantin baru sudah ribut.“Kamu yang membuat aku tidak kembali ke kamar.” Dengan enteng Danish menjawab.Dahi Isha berkerut dalam. Dia memikirkan apa salahnya hingga membuat Danish tidak bisa kembali ke kamar.“Aku sudah mengetuk berkali-kali, tetapi kamu tidak membuka pintu kamar. Hingga aku terpaksa membuka satu kamar lagi untuk tidur.”Akhirnya Isha tahu alasan Danish. Isha merasa malu sekali ketika ternyata dirinya yang salah. Jadi yang membuat Danish tidak kembali ke kamar adalah dirinya sendiri. Jadi tidak seharusnya dia marah pada Danish.“Saya lelah, jadi tidak dengar.” Isha malu-malu menjawab.Danish menatap sinis. Benar dugaannya jika Isha tidur. “Cepatlah sarapan. Setelah ini kita pulang.
Danish menarik senyum tipis. Nyaris tidak terlihat. Merasa tergelitik dengan pertanyaan Isha. Merasa lucu dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Isha.“Aku akan ke kamarmu untuk melakukannya. Jadi tenanglah. Sekali pun kita tidak tinggal satu kamar, kita masih bisa melakukannya.” Dia mencoba menjelaskan.Isha akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaannya itu.“Apa kamu begitu ingin tidur di kamarku?” tanya Danish menyeringai.“Bukan begitu hanya saja ….” Isha mengantung ucapannya. Memilah kalimat yang pas untuk diberikan pada Danish. Isha seketika pucat ketika mendapat pertanyaan itu. Bukan itu yang diinginkan Isha. Dia hanya ingin segera memiliki anak. Jadi dia pikir jika tidur bersama akan membuatnya sering melakukan hubungan intim dengan Danish.Melihat wajah pucat dari Isha, membuat Danish ingin tertawa. Danish senang mengerjai Isha. Karena wajahnya selalu panik ketika dirinya bicara.“Aku akan pergi dulu. Ada urusan. Aku akan pulang sebelum malam.” Sayangnya, Danish tidak punya
Dino begitu terkejut ketika mendengar ucapan Isha. Tidak menyangka jika istri atasannya itu meminta hal itu.“Tapi, Pak Danish di luar kota, Bu.”“Iya, aku tahu. Makanya aku mau menyusulnya.” Suara Isha yang kekeh ingin pergi terdengar dari sambungan telepon. Terdengar keinginan Isha sudah bulat.“Saya hubungi Pak Danish dulu. Jika Pak Danish mengizinkan saya akan atur keberangkatan Bu Isha.”“Baiklah.” Dino segera mematikan sambungan telepon dengan Isha. Kemudian mencari kontak Danish di ponselnya. Dia haru menghubungi Danish lebih dulu untuk mengkonfirmasi. Sayangnya, teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Danish. Dino yakin Danish sedang sibuk dengan pembukaan toko.“Kenapa?” Dina, istri Dino bertanya ketika melihat suaminya sedikit panik.“Istri Danish mau menyusul Danish.” Dino memberitahu istrinya.“Lalu apa masalahnya?”“Danish tidak mengangkat teleponku. Aku harus tanya dulu, apakah boleh istrinya menyusul.” Dino terus berusaha menghubungi Danish.“Wanita itu istrinya. Biarka
“Pak-Pak. Tolong jelaskan siapa saya.” Isha langsung berusaha untuk meminta tolong pada karyawan yang menjemputnya itu. Petugas keamanan yang begitu galak membuat otaknya seketika tidak bisa berpikir untuk menjelaskan siapa dirinya.“Iya, saya mengenal wanita ini.” Karyawan IZIO itu pun langsung menjawab pertanyaan petugas keamanan.“Siapa dia? Kenapa bisa berada di ruangan karyawan?” Petugas keamanan menatap karyawan tersebut.“Beliau istri Pak Danish.” Karyawan IZIO itu memberitahu.Petugas keamanan langsung terkejut ketika mengetahui siapa wanita yang hendak dibawanya ke ruang keamanan itu. Dengan segera dia menyingkirkan tangannya yang berada di lengan Isha.“Kamu yakin?” Petugas keamanan masih memastikan lagi.“Iya, saya yakin. Karena saya sendiri yang menjemput ke bandara.”Mendengar penjelasan itu membuat petugas keamanan begitu takut sekali. Dia tidak menyangka jika yang hendak ditariknya ke kantor keamanan adalah istri CEO IZIO Grup. “Maafkan saya, Bu. Maafkan saya. Saya bena
Isha menikmati lagu yang sedang ditunjukkan anak kecil di sebelahnya. Karena mendengarkan dengan airphone, suara lagu tersebut terdengar begitu nikmat sekali.“Wah … suara kamu bagus sekali.” Isha melepaskan airphone dan memberikan pada anak kecil.“Aku mau audisi. Jadi aku sedang banyak belajar.” Dengan percaya diri anak kecil itu bercerita.“Semoga kamu menang.” Isha membelai lembut rambut anak kecil itu.Di saat Isha sedang menikmati waktu bersama seorang anak kecil yang ditemui di kursi tunggu, Danish sedang sibuk mencari Isha. Danish mencari di setiap sudut toko sampai ke depan toko.Beruntung akhirnya dia mendapatkan Isha di kursi ruang tunggu. Tampak dia bersama anak kecil, tetapi anak kecil itu segera pergi. Meninggalkan Isha sendiri.Danish yang gemas dengan sang istri segera menghampiri. Dia langsung menarik tangan Isha. Membuat wanita itu cukup terkejut.“Pak Danish.” Isha mengulas senyum ketika akhirnya melihat Danish di depannya.“Apa kamu tidak dengar jika ada panggilan
Mendapati pertanyaan itu Isha jadi ragu untuk menjawab. Namun, tentu saja dia harus menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.“Kita belum malam pertama. Jadi aku ke mencarimu untuk mengajakmu malam pertama.” Ragu-ragu Isha menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.Danish menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. Ternyata istrinya itu mencarinya jauh-jauh untuk meminta malam pertama.“Apa kamu sudah tidak sabar untuk malam pertama denganku?” Danish mengikis jarak di antara mereka.Melihat Danish yang semakin dekat membuat Isha benar-benar berdebar. Aroma parfum maskulin perpaduan aroma woody dan manisnya vanila. Tercium lembut dan menggoda.“Aku bukan tidak sabar. Aku ingin suamiku cepat keluar dari penjara.”Seketika tawa Danish terdengar. Tawa itu terdengar meledek sekali. “Apa kamu lupa jika dia adalah mantan suamimu?” tanyanya meledek. Dia merasa geli mendengar Isha memanggil pria berengsek yang sudah mengambil uang perusahaan itu dengan sebutan ‘suamiku’.
Isha membuka pintu kamar dengan segera. Tak mau sampai Danish lama menunggu. Tak mau kejadian di malam pertama kala itu terulang.Isha hanya membuka pintu sedikit saja, mengingat memakai bathrobe saja. Saat pintu terbuka, tampak Danish berada di balik pintu tersebut. Untuk sejenak Isha terpesona dengan Danish. Pria itu memakai baju santai dan tampak berbeda sekali. Tubuh Danish yang dibalut dengan kaos memperlihatkan bentuk tubuhnya.“Apa kamu akan diam saja dan tidak membuka lebar pintunya?” Danish melemparkan pertanyaan bernada sindiran.Buru-buru Isha membuka pintu kamarnya agar Danish dapat masuk. Tak mau membuat Danish kesal dan berujung membatalkan acara malam ini.Danish segera masuk ke kamar setelah Isha melebarkan pintunya. Aroma manis dari sabun tercium begitu enak ketika masuk. Danish menduga jika sepertinya Isha mandi dengan bersih seperti yang dia minta.“Sepertinya kamu benar-benar sudah bersiap.” Danish menyindir Isha.“Bukankah bagus jika aku cepat bersiap. Jika kita