Terima kasih. Maaf ya tidak bisa update karena kesibukan di sekolah dan kuliah. Tunggu juga novel baru Akak yang akan segera terbit di GoodNovel. Simpan judulnya dulu ya karena belum muncul di aplikasi, masih menunggu kontrak turun. Judul : "Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir"
Keluarga Wijaya pergi ke lokasi perlombaan dengan mobil. Wiliam dan Wilona ikut serta. Dua anak itu tidak sulit untuk diurus. Bibi pun selalu bersama. Leon dan tim mengawas dari jarak aman.Kursi untuk keluarga peserta dan penonton telah disiapkan. Mereka harus membayar mahal untuk bisa menyaksikan langsung kompetisi Tingkat dunia itu. Devano dan Keano telah berada di tempat mereka. Bersiap untuk bertanding dengan tema penemuan terbaru di dunia teknologi canggih dan bermanfaat bagi dunia.“Hadirin. Ini adalah sepuluh peserta terpilih dari seluruh dunia. Mereka akan memamerkan hasil kerja keras kepada kita semua,” ucap pembawa acara.“Tahun ini pertama kalinya negara Indonesia mengirim peserta dan langsung dua anak. Luar biasanya mereka berdua ini adalah saudara kembar. Kami perkenalkan Keano dan Devano yang datang dari Indonesia.” Tepuk tangan meriah menyambut Keano dan Devano.Tirai terbuka memperlihatkan dua anak remaja yang tampan. Mereka duduk tenang di kursi masing-masing. “Wah
Pesawat pribadi milik Wijaya Kusuma telah berada di langit menuju belahan bumi lain yaitu Amerika. Mengantarkan putra kesayangan untuk bertanding dalam dunia teknologi. Mereka benar-benar sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan pesawat terbang. Tidur nyenyak dengan tenang.Keluarga Wijaya Kusuma telah tiba di sebuah vila mewah. Bibi selalu ikut untuk membantu Amira mengurus bayi kembar.“Selamat datang, Tuan.” Para pelayan villa menyambut kedatangan Wijaya dan keluarga.“Terima kasih.” Amira masuk bersama anak-anaknya. Mereka memilih kamar masing-masing.Villa yang luas dan mewah telah disiapkan oleh Wijaya untuk kenyamanan keluarganya. Datang ke Amerika untuk menemani Keano dan Devano mengikuti perlombaan sekaligus liburan.Keano dan Devano berada di dalam kamar mereka masing-masing. Dua remaja itu mempersiapkan diri untuk kompetisi. Tidak ada yang mengganggu.“Hm.” Keano menemukan Luna yang juga datang ke Amerika. Dia selalu mencurigai wanita itu karena sering terlihat diseki
Amira merapikan pakaian kedua anaknya ke dalam koper. Wanita itu tidak ingin dibantu pelayan.“Ma, kenapa harus repot?” tanya Devano.“Mama mau memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal.” Amira tersenyum. Dia dengan senang hati mempersiapkan segala kebutuhan kedua putranya yang akan pergi ke Amerika.“Apa Mama ikut?” tanya Keano menatap Amira.“Keano maunya Mama ikut atau tidak?” Amira mendekati Keano yang duduk di tepi kasur.“Aku mau Mama ikut, tetapi pasti tidak dibolehkan papa,” ucap Keano merebahkan kepalanya di pangkuan Amira.“Kita akan pergi semua.” Wijaya berdiri di depan pintu. Dia melihat Devano merapikan koper sedangkan Keano berbaring di pangkuan Amira.“Anak ini.” Wijaya menggelengkan kepalanya. Keano benar-benar lebih manja kepada Amira dari pada Devano. Sang kakak beda beberapa hari itu memang terlihat lebih mandiri dan dewasa. Dia juga pengertian.“Semua sudah beres,” ucap Devano menarik dua koper ke samping lemari.“Benarkah?” Keano segera duduk. Dia melihat Wijaya.
Laura dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Wanita itu datang bersama Luciana. Mereka duduk di ruang tamu.“Maaf, Bu Laura,” ucap kepala sekolah duduk di depan Laura dan Luciana.“Ada apa, Bu?” tanya Laura. “Kami akan memindahkan Luciana ke kelas lain. Dia harus menjauh dari putra-putra Wijaya. Jika masih mendekat, maka anak Ibu akan dikeluarkan dari sekolah ini,” jelas kepala sekolah.“Apa?” Laura terkejut.“Ini perintah langsung dari Devano sedangkan Keano ingin Luciana langsung masuk daftar hitam. Jadi, putri Anda masih memiliki kesempatan di sekolah ini, tetapi harus menjauh dari Devano dan Keano,” jelas kepala sekolah lagi.“Kami tidak berani melawan Wijaya Kusuma. Anda pasti mengenal keluarga mereka yang sangat berkuasa di negara ini,” lanjut kepala Sekolah.“Hm.” Laura meremas jari-jarinya. Wanita itu tidak menyangka bahwa Keano sangat terganggu dengan kehadiran Luciana.“Putri Anda sering mengambil foto dan video Keano. Itu sangat mengganggu. Anda pasti tahu bahwa Pak Wijaya sa
Wijaya duduk di kursi depan rumah. Pria itu menunggu sang istri yang menjemput dua putra mereka. Dia benar-benar gelisah. Apalagi melihat penampilan sang Amira yang selalu segar.“Tidak akan ada yang berani mendekati istriku, tetapi mata mereka tidak bohong. Amira memang selalu menjadi pusat perhatian. Padahal dia sudah memiliki empat anak.” Wijaya gelisah sendiri menunggu Amira.“Istriku masih seperti gadis muda yang bergairah dan penuh semangat.” Wijaya melihat video yang dikirimkan anak buahnya.“Di rumah dengan gaun cantik dan di luar mengenakan celana jeans. Benar-benar penampilan yang berbeda.” Wijaya menggelengkan istrinya yang berpakaian cukup tertutup ketika berada di luar rumah.“Papa, mana mama?” William menepuk paha Wijaya. Pria itu segera menyimpan ponsel dan mengangkat tubuh putranya ke atas pangkuannya.“Mama pergi menjemput kakak,” ucap Wijaya.“Kenapa menjemput kakak? Kan ada sopir,” tegas Wilona yang juga naik ke pangkuan Wijaya.“Biar Kakak senang.” Wijaya tersenyum
Amira tampil rapi. Dia mengenakan celana jeans berwarna biru dan kemeja putih. Rambut panjangnya dikuncir tinggi. Wajah cantik mendapatkan makeup tipis. Wanita itu terlihat seperti gadis muda yang sangat segar.“Nyonya, Anda mau kemana?” tanya Leon di depan pintu melihat Amira yang bersiap pergi ke garasi mobil.“Saya akan ke sekolah Devano dan Keano untuk menjemput mereka,” jawab Amira bersemangat.“Tuan muda akan dijemput sopir,” ucap Leon.“Selama mereka sekolah dasar pun aku sesekali menjemput mereka. Jadi, hari ini aku meluangkan waktu untuk anak-anak.” Amira tersenyum bahagia.“Apa Anda sudah meminta izin kepada Tuan Wijaya?” tanya Leon yang tidak dengan mudah mengizinkan Amira meninggalkan rumah.“Sudah. Aku sudah ada jadwal.” Amira memperlihatkan pesan dari Wijaya.“Baiklah. Saya akan menjadi sopir Anda,” ucap Leon. “Aku akan mengendarai mobil sendiri. Apa gunanya hadiah mobil yang diberikan Wijaya jika tidak bisa aku gunakan?” tanya Amira.“Hm.” Leon tampak berpikir. Dia akan