Home / Romansa / Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh / Bab 3. Pernikahan Seperti Neraka

Share

Bab 3. Pernikahan Seperti Neraka

Author: Dera Tresna
last update Last Updated: 2025-11-01 20:04:39

Penolakan Amber membuat Christhoper kembali mengangkat tangan ingin menampar wanita yang dia anggap sebagai penyebab kematian anaknya. Amber menundukkan kepala dan melindungi wajahnya dengan kedua tangan, bersiap menerima pukulan Christhoper.

“Christhoper, cukup! Jangan membuatku bertambah sedih dengan kekacauan yang kamu buat,” teriak Delia membuat Christhoper mengurungkan niatnya memukul Amber.

“Kamu dengar dia?! Bahkan Delia masih membelamu ketika keluargamu telah membunuh anak kami,” seru Christhoper sambil mendorong tubuh Amber sampai terjatuh di lantai rumah sakit yang keras.

Amber hanya bisa menangis terisak di sana tanpa berniat untuk bangun dari tempatnya terjatuh. Dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk menanggapi sikap kasar Christhoper.

“Ikut aku!” bentak Christhoper kepada wanita yang kini dibencinya itu. 

Amber menggeleng ketakutan, menolak ajakan suaminya, namun Christhoper memaksanya dengan menyeret tubuhnya.

“Kamu mau ke mana?” tanya Delia yang khawatir jika Christhoper meninggalkannya sendiri.

“Memberi wanita ini pelajaran. Aku akan pergi sebentar dan kembali untuk menemanimu,” ucap Christhoper yang membuat Delia merasa tenang sehingga mengizinkan kekasihnya pergi bersama Amber.

Senyuman lebar terkembang di bibir Delia ketika melihat Christhoper menarik paksa tangan istrinya dan menyakiti wanita itu.

“Mampus kamu, Amber. Aku tidak akan membiarkanmu merebut Christhoper dari tanganku. Boleh saja kamu menjadi istrinya, tapi tubuh dan hati Christhoper hanya milikku,” gumam Delia merasa puas dengan keberhasilan dramanya.

Dengan kecepatan tinggi, Christhoper mengendarai mobilnya menuju rumah. Dia melempar tubuh istrinya dengan kasar ke atas ranjang. 

“Katakan jika kamu bersedia melayani Delia dan menyediakan apa yang dia butuhkan sampai dia sembuh?” perintah Christhoper yang ditanggapi gelengan kepala oleh Amber sebagai tanda penolakan.

“Apakah kamu tidak mau mengakui kesalahan keluargamu yang tega membunuh janin tak bersalah? Dengar! Kesalahan keluargamu adalah kesalahanmu juga. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus memperbaiki kesalahan keluargamu,” geram Christhoper.

“Aku tahu keluargaku bersalah, tapi bukan begini cara menyelesaikannya,” tangan Amber bergerak mencoba berkomunikasi dengan suaminya, tapi setiap kali dia memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu, kemarahan Christhoper malah semakin memuncak. Hal itu membuatnya ketakutan dan putus asa. 

“Aku tidak tahu apa yang kamu katakan, dasar wanita bisu merepotkan!” bentak Christhoper yang kalap karena rasa marahnya. Perkataan kasar itu membuat Amber semakin kehilangan rasa percaya dirinya.

Air mata Amber langsung meleleh mendengar hal tersebut, anak kecil yang dulu sangat perhatian padanya dan berjanji akan menjadi pelindungnya kini telah berubah menjadi pria kasar yang terus menyakiti dirinya.

Amber beringsut ke pinggir ranjang ketika melihat Christhoper tiba-tiba membuka celananya. “Apa yang akan kamu lakukan?” tangan Amber bergerak gugup.

Seringai sinis terukir di bibir Christhoper. “Kamu akan merasakan bagaimana rasa sakit itu,” kata Christhoper dengan nada yang menakutkan bagi Amber.

Merasa terancam, Amber berusaha menghindar dengan segera turun dari ranjang dan berlari ke arah pintu. Selangkah lagi dia menggapai pegangan pintu, Christhoper berhasil menangkap tubuhnya dengan melingkarkan tangan ke perutnya lalu menariknya.

Dengan ringan pria itu menangkap dan membawa tubuhnya lalu kembali melemparkan tubuhnya dengan kasar ke ranjang. 

Amber berteriak merasakan sakit yang menyengat di punggungnya, tapi hanya mulutnya saja yang membuka tanpa suara apa pun yang keluar.

Dia ketakutan ketika Christhoper menyobek pakaiannya dan menggunakan pakaian itu untuk mengikat tangannya ke tiang ranjang sehingga dia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi. Dia berusaha berteriak minta tolong, tapi lagi-lagi tidak ada suara yang keluar.

Lelehan panas air mata mulai membasahi pipi dan wajah Amber, tapi Christhoper sama sekali tidak merasa kasihan. Kakinya menedang apa pun di depannya untuk menjauhkan Christhoper dari tubuhnya, tapi pria itu langsung menindih kakinya dan menekannya.

Amber kembali membuka mulut, menjerit tanpa suara ketika berat tubuh Christhoper melukai kakinya. Otot lututnya seakan tertarik karena beban berat Christhoper yang menimpanya, membuat kakinya terasa sangat sakit dan tak bisa digerakkan. Ketika dia tidak bisa melawan lagi, Christhoper dengan mudah menelanjanginya.

Pria itu membuka celana dan tanpa rasa kasihan menyatukan miliknya ke dalam miliknya, tanpa menunggu dirinya siap atau belum menerimanya. Rasa menyengat menyakitkan dirasakannya di inti miliknya. Hatinya hancur berkeping-keping, suaminya sendiri melecehkannya dan dia tidak mempunyai suara untuk meminta tolong ataupun membela diri.

Jika dia mempunyai suara, saat ini dia pasti sedang berteriak kesakitan. Namun tanpa suaranya, hanya ada raut wajah yang begitu menyedihkan dengan air mata yang menggenangi wajahnya. Betapa lemah dirinya, malam ini untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasa menjadi wanita paling lemah di dunia ini.

Amber menggigit bibir hingga berdarah ketika Christhoper mulai menghentakkan miliknya berkali-kali hingga akhirnya terdengar erangan puas dari bibir pria itu. Pria itu meledak dan memenuhi rahimnya dengan ledakan gairah.

Christhoper kemudian menyapukan tangan ke keningnya yang berkeringat karena aktifitas yang baru saja dia lakukan, lalu menjauh dari tubuh Amber. Dia menarik selimut lalu melemparkannya ke atas tubuh Amber untuk menutup ketertelanjangan wanita itu.

Seringai jahat terlihat di wajah pria itu. “Itulah yang namanya rasa sakit! Apa yang kamu rasakan belum seberapa dibanding dengan apa yang Delia rasakan. Mulai detik ini, lakukan apa yang aku perintahkan padamu atau aku akan menyakitimu lebih dalam lagi,” kata Christhoper sambil mengancingkan celana.

Pria itu meninggalkan Amber begitu saja di atas ranjang dengan tangan yang masih terikat di tiang ranjang. Dia kembali ke rumah sakit untuk menemani Delia.

Amber masih menangis terisak tanpa suara selama beberapa jam setelah apa yang dia alami, tapi setelah itu tidak ada lagi air mata yang bisa keluar dari matanya, selain hati yang hancur dan rasa jijik di tubuhnya kerena kehormatan yang telah terambil dengan cara yang sangat menyakitkan.

Hingga matahari terbit dan cahayanya masuk ke kamar, mata Amber tidak bisa terpejam. Dia hanya menatap kosong dinding kamar di depannya.

“Oh... astaga,” teriak seorang pelayan yang masuk ke kamar berniat membersihkan kamar tersebut, tapi malah menemukan majikannya dengan keadaan menyedihkan.

Pelayan itu segera berlari mendekati ranjang lalu melepas ikatan tangan Amber. Dia tidak tega melihat keadaan majikannya tersebut. Pipi Amber membiru dengan bekas tangan yang tampak jelas. Terlihat darah di pinggir bibirnya karena bekas gigitannya sendiri menahan rasa sakit ketika Christhoper melecehkannya.

Lengannya membiru bekas cengkeram Christhoper. Ketika pelayan itu ingin memindahkan tubuhnya, dia meringis kesakitan, pelayan itu tersentak melihat punggungnya yang membiru dan lututnya yang bengkak tak bisa digerakkan.

Tidak tahan melihat keadaan Amber, pelayan itu berkata, “Tunggu sebentar Nyonya, saya akan mengambil air hangat untuk membersihkan tubuh Anda.”

Pelayan itu pergi sambil meneteskan air mata tidak tega melihat majikannya diperlakukan dengan keji tapi dia tidak mampu melawan Tuannya.

Pelayan itu kembali dengan mata yang masih memerah sambil membawa handuk bersih dan air hangat. Tangisannya pecah kembali ketika melihat noda merah mengotori sprei putih di bawah tubuh Amber. Sedangkan Amber hanya menunjukkan ekspresi datar seolah-olah tidak terjadi apa pun dengan dirinya. Begitulah cara Amber mengatasi rasa sakit dan traumanya.

Dengan hati-hati pelayan itu memakaikan pakaian ke tubuh Amber dan mengganti seprai yang ternoda. Khawatir akan lutut Amber yang membengkak, pelayan itu memberanikan diri untuk menelepon Tuannya.

“Ada apa?” tanya Christhoper kesal karena tidak ingin diganggu jika sedang bersama Delia.

“Tuan, lutut Nyonya membengkak dan tidak bisa digerakkan, apakah saya boleh memanggil dokter?” tanya pelayan tersebut.

“Biarkan saja seperti itu, jangan sampai kamu berani memanggil dokter untuknya. Itulah hukumannya jika menjadi istri yang tidak mau menuruti perintah suami,” jawab Christhoper dengan sadis karena tega membiarkan istrinya kesakitan. Christhoper sendiri sebenarnya tidak tahu, luka seperti apa yang Amber alami, dia mengira Amber hanya bersikap manja.

Sadar jika dia tidak mampu melawan Tuannya, pelayan itu kemudian menjawab dengan pasrah. “Baik Tuan.”

Baru saja Christhoper menutup telepon, dokter datang ke kamar Delia dirawat. Dia mengabarkan jika keadaan Delia sudah cukup membaik. Besok Delia sudah bisa dibawa pulang, dengan catatan Delia harus cukup istirahat dan tidak melakukan kegiatan berat terlebih dahulu.

“Aku tidak bisa cukup istirahat jika di apartemen sendiri. Tidak ada yang membantu dan mengurusku,” ucap Delia ketika dokter tersebut telah pergi.

“Tenanglah, untuk sementara kamu akan tinggal bersamaku,” kata Christhoper menenangkan.

Senyum Delia terkembang di bibirnya mendengar hal tersebut. Itu artinya dia bisa membuat Amber menjauh dari Christhoper.

Saat Amber melihat Christhoper membawa Delia pulang, dia menolak hal tersebut.

“Kamu tidak bisa membawa Delia ke rumah ini. Aku istrimu, Christhoper. Seharusnya kamu menghargaiku sebagai istrimu.” Amber menggerakkan tangan mencoba memberi pengertian pada suaminya.

“Minggir, wanita bisu! Aku tidak tahu apa yang kamu katakan,” kata Christhoper sambil menyingkirkan tubuh Amber yang menghalangi pintu masuk rumahnya dan merangkul Delia membawanya masuk ke rumah.

Amber mengejar mereka dengan kaki terpincang karena baru saja sembuh dari perlakuan kasar suaminya.

“Kamu tidak bisa berbuat seperti ini padaku. Jika keluarga kita melihat apa yang kamu lakukan, mereka akan marah dan kecewa padamu.” Amber berusaha menjelaskan dengan bahasa bibir sambil menggerakan tangan berharap suaminya mengerti apa yang dia katakan.

Christhoper yang sama sekali tidak mengerti apa yang Amber katakan, mendorong tubuh istrinya hingga terjatuh. “Ingat Amber, hubungan kita sebagai suami istri hanyalah status di atas kertas semata, agar Papaku tidak berhutang budi lagi pada Papamu, sekarang urusan mereka sudah impas. Hutang itu sekarang berpindah di pundakmu. Berhubung keluargamu telah mencelakai Delia, maka kamu harus melayaninya sampai Delia sembuh,” geram Christhoper yang kemudian meninggalkan Amber terjatuh di lantai begitu saja tanpa rasa kasihan.

Delia hanya pura-pura diam mendengar pertengkaran suami istri tersebut, tapi dalam hati dia bersorak senang. Dia merasa yakin telah memenangkan persaingan dirinya dengan Amber. 

Ketika Amber menatap mereka dengan tatapan terluka, Delia sengaja meletakkan kepala di dada Christhoper sehingga pria itu memelukkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 26. Awal dari Segala Kebencian

    Jantung Amber berdetak kencang, rasa cemas menghinggapi dirinya ketika sadar berada di ruangan sempit dengan beberapa orang yang tidak dikenal. Ketegangan terasa ketika lampu meredup dan pandangannya mulai tidak jelas. “Aku tidak boleh panik, aku tidak boleh panik,” rapal Amber dalam hati seperti sedang membaca sebuah mantra. Dia menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan, berusaha membuat dirinya merasa lebih tenang, melakukan apa yang diajarkan psikiaternya jika dirinya merasa cemas yang berlebihan dan tampaknya apa yang dia lakukan berhasil. Ketika dokter memeriksa detak jantungnya, keadaannya sudah normal kembali. Seorang perawat memiringkan tubuhnya lalu menyuntikkan sesuatu. Tidak lama kemudian, matanya menjadi berat dan mengantuk. Tak lama kemudian, dia merasa sangat tenang dan tidak mengingat apa pun lagi. “Tuan, Nona Amber sedang menjalani operasi pita suara hari ini. Apakah Anda akan datang ke rumah sakit,” kata seorang pria yang berdiri di depan Christhoper

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 25. Dendam Terbalaskan

    Tubuh Delia merosot ke lantai ketika sadar jika dirinya tidak mempunyai harapan lagi. Dia menangis terisak di sana dan memutar otak harus pergi ke mana. Tanpa uang atau pun ponsel yang bisa digunakan. Jalan satu-satunya yang terpikirkan olehnya adalah pergi ke rumah Glen. Delia terpaksa berjalan kaki ke rumah Glen, padahal tempat tinggal pria itu cukup jauh dari apartemennya. Hari telah larut malam dan jalanan cukup sepi, bahkan taksi sudah jarang yang lewat. Beberapa kali dia mencoba menghentikan mobil yang lewat tapi tidak ada satu pun yang bersedia memberikan tumpangan. Dengan keadaan lelah, Delia sampai di depan rumah Glen. Dia menggedor pintu rumah pria itu, tapi tidak ada yang membukanya. Dia berteriak sampai tenggorokannya sakit, tapi tetap saja Glen tidak membukakan pintu. Mencoba mencari jalan lain, dia memutari rumah Glen untuk mengetuk pintu samping rumah tersebut, tapi betapa terkejut dirinya ketika dari kaca jendela kamar Glen, dia melihat Glen sedang bercinta dengan s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 24. Hukum Tabur Tuai

    “Saya sudah menyelidiki tentang kecelakaan yang Delia alami. Memang benar tidak ada keterkaitan Tuan Jackob, tapi bukti yang saya dapatkan malah membawa saya pada kenyataan jika kecelakaan itu disengaja oleh Delia sendiri,” ujar detektif menjelaskan lebih rinci terkait kecelakaan yang Delia alami. Denyut menyakitkan di dada Christhoper kini merambat ke kepala ketika kejahatan Delia kembali terkuak. Tidak tahan dengan rasa sakit itu, Christhoper mengusir orang suruhannya. “Keluar dari ruanganku sekarang juga dan tinggalkan semua informasi yang telah kamu peroleh di mejaku,” perintah Christhoper. Orang itu mengangguk, lalu menaruh semua dokumen yang dia bawa ke hadapan Christhoper, lalu pergi keluar. Setelah orang suruhannya pergi, Christhoper langsung merosot dari kursi yang didudukinya. Dengan tangan gemetar dia membuka satu persatu laci meja, mencari obat yang akhir-akhir ini dia konsumsi. Jika Christhoper tidak meminum obat itu, dia akan dihantui teriakan minta tolong Amber d

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 23. Konsekuensi dari Kesalahan

    “Amber mengalami pendarahan dan hampir kehilangan nyawa. Malam itu Amber meminta bantuanku. Ketika aku sampai ke rumahmu dan membuka kamarnya, aku terkejut melihat Amber sedang kesakitan dan terduduk di atas kenangan darahnya sendiri di lantai. Keadaannya sangat menyedihkan. Dia harus merangkak ke lantai untuk mengambil ponsel yang kamu buang bersama tasnya. Dia ingin menjerit meminta bantuan, tapi tidak bisa. Bayangkan bagaimana perjuangan Amber meminta bantuan agar dia tetap hidup?” Nafas Aaron seperti banteng yang sedang marah ketika mengatakan semua itu di depan muka Christhoper. “Seandainya saja setelah kamu melakukan kesalahan, kamu bertanggung jawab atas kesalahanmu itu, Amber tidak akan sampai merangkak menahan sakit sendirian. Terlambat sebentar saja, Amber tidak akan selamat. Sampai di rumah sakit dia sudah tidak sadarkan diri dan harus mendapatkan transfusi darah berkantong-kantong. Di mana dirimu saat itu? Bersenang-senang di apartemen Delia. Kalian berdua memang sama-s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 22. Satu Persatu Kebenaran Terbuka

    Amber sedang sibuk dengan tamannya ketika seorang pelayan membawakan ponsel miliknya yang berdering. “Nona, ada telepon untuk Anda?” ujar pelayan tersebut. Amber mengangguk mendengarnya, lalu pengambil ponsel dari tangan pelayan itu. Bibir Amber tersenyum melihat nama Aaron di layar ponsel. Dia dengan cepat menerima panggilan tersebut dan langsung mendengar suara Aaron yang bisa membuatnya terhibur. “Aku yakin kamu akan mengetuk layarnya satu kali karena kamu dalam keadaan baik-baik saja. Apalagi sekarang kamu sudah menjadi Tuan Putri dengan pengamanan yang ketat,” kata Aaron. “Ya, aku baik-baik saja dan aku bahagia sekarang,” jawab Amber menggunakan alat bantunya. “Kamu sudah bisa berbicara?!” teriak Aaron terkejut. Amber tersenyum merespon teriakan Aaron, meski tahu jika pria itu tidak bisa melihat dirinya tersenyum. “Masih dalam mimpi, tapi saat ini aku sedang dalam proses pengobatan dan masih harus bolak-balik ke psikiater untuk menyembuhkan traumaku,” jawab Amber. “Lalu su

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 21. Pengampunan Balas Dendam Terbaik

    “Dia memang benar ibu kandungku dan aku telah melihat semua buktinya bahkan bukti DNA kami. Aku datang tidak untuk mengejek Papa,” jawab Amber menggunakan suara dari alat bantu yang dia miliki. “Jika kamu tidak ingin mengejekku, lalu apa tujuanmu ke sini?” tanya Jackob. “Aku hanya ingin tahu hati Papa dan Mama yang sebenarnya padaku saat kalian mengadopsiku. Apakah kalian benar-benar menyayangiku? Terlepas dengan sikap kalian yang kadang menyakiti dan merendahkanku. Aku bisa menganggapnya sebagai kekesalan dan kekecewaan orang tua pada putrinya karena tumbuh tidak seperti yang diharapkan.” Amber meminta penjelasan Papanya. “Aku tidak pernah mengharapkanmu hadir di keluargaku. Mamamu yang memaksa agar kami mengadopsi seorang anak karena dia malu pada teman-teman yang semuanya sudah mempunyai anak tapi kami belum. Awal kami melihatmu di panti asuhan, kamu terlihat begitu menggemaskan. Aku dan Mamamu merawatmu dengan baik dan semua berjalan lancar. Semuanya berubah ketika terjadi pen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status