Home / Romansa / Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh / Bab 5. Membawanya ke Trauma Masa Kecil

Share

Bab 5. Membawanya ke Trauma Masa Kecil

Author: Dera Tresna
last update Last Updated: 2025-11-02 18:02:52

“Mau ke mana kamu anak nakal? Apakah kamu tahu jika ada anak nakal yang berbuat salah dan tak mau mengakui kesalahan, orang tuanya akan menguncinya di ruangan yang sempit sampai dia mau mengakui kesalahannya,” ucap Christhoper yang membuat Amber semakin ketakutan.

Amber menggelengkan kepala sambil menyatukan kedua tangan di depan dada, memohon agar Christhoper tidak melakukan hal tersebut. Namun pria itu tak menghiraukan permohonannya. Christhoper tidak tahu jika dia memiliki trauma dan takut pada ruangan sempit dan gelap.

Tanpa rasa kasihan, Christhoper menyeret dan memasukkannya ke ruangan sempit tersebut. Pria itu melemparkan tubuhnya ke atas ranjang bekas yang ada di sana.

Amber mengira, Christhoper akan langsung meninggalkannya, tapi pria itu mendekatinya sambil membuka ikat pinggangnya. Melihat hal tersebut seketika dia merasa takut lalu beringsut ke ujung ranjang, menjauh dari jangkauan suaminya.

“Karena kamu bukan anak kecil lagi dan kamu adalah istriku, jadi ada hukuman tambahan untukmu,” ucap Christhoper dengan seringai menakutkan. 

Amber menggelengkan menolak apa yang akan Christhoper lakukan padanya. Dia terus beringsut menjauh ketika pria itu mendekatinya, tapi terhenti ketika punggungnya tertahan dinding ruangan. Tanpa belas kasihan dan diliputi rasa marah, Christhoper menarik kakinya yang membuatnya jatuh terlentang di atas ranjang.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Christhoper, dia langsung menindih tubuh Amber. Tangannya menahan tangan Amber agar tidak bisa memberontak. Tahu jika tidak bisa berbuat apa-apa, air mata Amber mengalir deras membasahi pipi.

Ketika Christhoper mendekatkan bibirnya, Amber sengaja memalingkan wajah sehingga Christhoper hanya bisa mengecup pipinya. Pemberontakannya membuat kemarahan pria itu semakin memuncak.

Plaakkk

Christhoper kembali menampar Amber hingga bibirnya berdarah. Isak tangisnya semakin keras, tapi tidak ada suara apa pun yang keluar dari mulutnya. Dengan kuat Christhoper mencengkeram dagunya, lalu mendekatkan wajahnya serta menggigit bibirnya hingga dia mengernyit kesakitan, tubuhnya semakin gemetar ketakutan menahan rasa sakit. 

“Buka mulutmu!” geram Christhoper karena dia terus mengatupkan mulutnya. 

Dengan patuh, Amber melakukan apa yang Christhoper perintahkan. Pria itu pun langsung melumat dan menjelajahi mulutnya serta menyapu semua yang ada di sana. Sadar jika pemberontakannya sia-sia dan hanya akan menyakiti dirinya, dia lagi-lagi hanya bisa diam ketika suaminya menyingkap rok yang dia pakai, lalu menurunkan paksa celana pelindungnya.

Dengan air mata yang semakin deras mengalir, Amber langsung memejamkan mata melihat Christhoper membuka celana. Dia menggigit bibirnya sampai berdarah ketika sesuatu menekan miliknya. Rasanya sangat menyakitkan ketika pria itu menyatukan miliknya.

“Cukup Christhoper! Hentikan!” perkataan itu hanya bisa Amber teriakkan dalam hati. Anak laki-laki yang dulu berjanji akan melindunginya, kini kembali melecehkannya.

Rasa perih itu semakin menyengat ketika Christhoper menghentakkan dan menghujamkan miliknya ke dalam miliknya. Tubuhnya terus terlonjak dan bergerak seirama dengan gerakan pinggul suaminya.

Gigitan Amber pada bibirnya semakin kuat ketika tubuhnya sendiri mengkhianatinya. Denyutan perih dan menyakitkan itu perlahan menghilang dan berganti menjadi denyutan nikmat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan tidak dia rasakan ketika Christhoper melakukannya pertama kali.

“Menikmatinya hmm ...?” sindir Christhoper sambil terus bergerak.

Denyutan milik Amber pun datang dan meremas milik Christhoper, membuat pria itu mengerang merasakannya. Tetesan air matanya yang mulai mengering, menetes untuk terakhir kalinya ketika mendengar Christhoper mengerang keras dan meledak di dalamnya. Bahkan dia bisa merasakan ledakan Christhoper memenuhi dan menghangatkan rahimnya.

Tubuh Christhoper ambruk di atas tubuh Amber dengan dengus nafas kasar dan terengah setelah mendapatkan kepuasan. Amber memalingkan wajah menghindari wajah suaminya tapi hal itu malah membuat wajah pria itu terbenam di ceruk lehernya.

Dada Amber bergerak naik turun terisak dalam tangis, tapi dia hanya bisa menangis dalam kesunyian. Tubuh Christhoper mulai bergerak setelah tenaganya pulih kembali. Pria itu melepaskan penyatuannya lalu menjauh dari tubuhnya. Christhoper segera memakai celana sambil menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Tanpa berkata apa pun, pria itu berjalan keluar meninggalkannya.

Jantung Amber seakan berhenti berdetak ketika Christhoper mengunci ruangan tersebut dan mematikan lampunya. Dia langsung bangun dari ranjang dan berlari tertatih ke arah pintu, menggedor pintu tersebut dengan ketakutan. Kini dia harus menghadapi ketakutan terbesar dalam hidupnya yaitu terkurung dalam ruangan yang sempit dan gelap.

“Kamu akan tetap terkurung di sini sampai mau mengakui kesalahanmu,” terdengar suara Christhoper dari luar ruangan tersebut.

“Lepaskan aku!” Amber terus menggedor pintu gudang, meskipun suaranya tak terdengar.

“Christhoper, aku mohon lepaskan aku, aku takut!” mohon Amber yang tidak mungkin di dengar oleh siapapun.

Untuk kesekian kalinya, Amber marah dengan kebisuan, marah dengan kekurangannya karena dia tidak pernah bisa meminta tolong pada siapapun. Suaranya yang hilang membuat semua orang tak pernah mengerti masalahnya. Bukan sekali ini saja, selama hidupnya ketika dia sangat membutuhkan pertolongan, banyak orang hanya menatapnya tak mengerti.

Tubuh Amber terus gemetar, dia mulai sulit bernafas karena ruang sempit dan kegelapan yang menghimpitnya. Dengan sisa tenaga, dia terus menggedor pintu di depannya, berharap ada yang membukakan pintu dan menolongnya.

Pelayan yang mendengar gedoran pintu menyedihkan itu, berdiri termangu dengan mata berkaca-kaca. Christhoper yang mengetahui pikiran pelayan itu, berjalan mendekatinya.

“Jangan pernah berpikir untuk melepaskan Amber dari ruangan tersebut! Jika kamu berani melepaskannya, aku akan memecatmu dan seluruh keluargamu yang bekerja di rumah ini. Jangan juga memberi Amber makan dan minum sampai dia mengaku bersalah. Setiap kesalahan yang dilakukan setiap orang di rumah ini, harus menerima konsekuensinya,” perintah Christhoper yang tak berani dibantah oleh pelayan itu.

“Baik Tuan,” ucap pelayan tersebut dengan patuh.

“Christhoper...!” seru Delia ketika melihat pria itu masuk ke kamarnya. “Kamu dari mana saja? Kenapa kamu lama sekali meninggalkanku?” tanya Delia tampak curiga.

“Aku baru saja memberi pelajaran pada wanita itu,” jawab Christhoper singkat tanpa menjelaskan secara detail tentang apa yang dia lakukan pada istrinya.

“Aku tidak menyangka istrimu sanggup meracuniku, selama ini aku melihatnya sebagai wanita yang tulus dan polos. Tak tahunya dia wanita yang menakutkan seperti seorang psikopat,” Delia kembali memanasi hati Christhoper agar pria itu semakin membenci Amber.

“Sudahlah, jangan membicarakan wanita itu lagi. Dia hanya membuat suasana hatiku menjadi buruk,” ujar Christhoper.

“Sama, suasana hatiku juga buruk. Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan untuk menghilangkan suasana buruk ini? Aku butuh suasana baru,” ajak Delia.

Christhoper mendekati Delia dan mengusap wajah wanita itu dengan lembut. “Apakah kamu sudah merasa sehat untuk jalan-jalan?” tanya Christhoper yang mengkhawatirkan kesehatan Delia.

“Tentu saja, aku telah merasa sehat saat ini. Obat yang diberikan oleh dokter keluargamu sangat manjur,” jawab Delia yang sebenarnya dari awal sudah baik-baik saja.

Mendengar jawaban tersebut, Christhoper mengiyakan ajakan Delia. Mereka kemudian meninggalkan rumah untuk pergi bersenang-senang.

“Kamu mau ke mana?” tanya Christhoper sambil mengendarai mobilnya.

“Bagaimana jika kita ke pantai,” jawab Delia.

“Itu terlalu jauh, kita bisa pulang kemalaman,” tolak Christhoper.

“Please, sebentar saja. Aku rindu aroma pantai dan debur ombaknya. Sudah lama kita tidak ke pantai. Dulu aku selalu bermimpi kita bertiga, aku, kamu dan anak kita bisa bermain di pantai sambil melihat matahari tenggelam. Namun semua itu kini tinggal mimpi,” kata Delia mempengaruhi Christhoper dengan raut wajah sedih dan mulai mengungkap kematian bayi mereka yang sebenarnya tidak pernah ada.

“Baiklah kalau begitu, kita ke pantai sekarang,” ucap Christhoper yang di sambut sorak gembira oleh Delia.

Entah berapa lama Amber terus menggedor pintu ruang sempit tempat dirinya di kurung. Ketakutan membuat dirinya bertindak di luar batas kesadaran. Ketika tenaganya habis, dia berusaha mencakar pintu tersebut sampai kukunya rusak dan berdarah.

Air mata terus mengalir, tubuhnya gemetar ketika dirinya membalikkan tubuh menatap dinding yang gelap di depannya. Seakan-akan ada bayangan hitam yang mendatanginya dan ingin menangkapnya.

“Pergi kamu! Dasar penculik jahat! Kamu telah mati, polisi telah menembakmu. Pergi kamu dariku!” teriak Amber tanpa ada suara yang keluar, rasanya tampak bodoh dan menyedihkan.

Tangannya memukul ruang kosong yang gelap gulita, memastikan jika bayangan hitam itu tidak mendekatinya. Namun di pikiran Amber, bayangan yang sebenarnya tidak ada itu terus mendekat dan menekannya.

“Aaaahhh ...” teriak Amber sambil memalingkan mukanya ketika bayangan itu menyerangnya. Rasa takut Amber membuat dirinya pingsan dan tergeletak di lantai gudang yang dingin.

Entah berapa lama dia pingsan karena di dalam gudang itu dia tidak bisa melihat sinar matahari sehingga tidak bisa memperkirakan waktunya. Ketika matanya terbuka, dia seperti orang buta yang tidak melihat apa pun. Keadaan masih tetap gelap dan tidak berubah sama sekali.

Tubuhnya terasa pegal dan sakit karena terlalu lama tergeletak di lantai yang keras dan dingin, tenggorokannya terasa kering dan haus.

“Haus ...” bibirnya bergerak tanpa suara.

“Aku butuh air,” ucap Amber yang pasti tidak ada yang mendengar.

Dia berusaha untuk bangun dari tempatnya tergeletak, tapi kepalanya berputar dan berdenyut sakit. Seharian dia belum makan sama sekali, setetes air pun belum dia minum. Dehidrasi akut mulai melanda, suhu tubuhnya meningkat drastis dan dia menggigil karena demam.

Kondisi tubuhnya membuat Amber mulai berhalusinasi. Ketika matanya terpejam, terasa tangan kecil yang hangat menyentuhnya.

“Namamu siapa? Kamu tidak boleh tertidur, tetaplah sadar agar kamu tidak mati.” Seorang anak laki-laki menanyai Amber.

“Amber,” ucapnya terkejut ketika dia mendengar suaranya sendiri. Apakah kini dia sudah bisa berbicara?

“Namaku Christ, tetaplah buka matamu dan teruslah mengobrol denganku,” kata anak kecil itu memperkenalkan dirinya.

“Christ, aku takut dan kedinginan,” kata Amber.

“Kemarilah! Aku akan memeluk agar kamu merasa hangat dan tidak takut lagi,” ucap Christ yang kemudian menarik tubuh Amber dan mendekapnya.

“Apakah aku tidak berat?” tanya Amber yang merasa dirinya telah dewasa sedangkan Christ masih anak kecil.

“Tentu saja tidak, tubuhmu sangat ringan. Kamu tidak perlu takut dengan para penculik itu, aku akan melindungimu,” ujar Christ.

“Diculik? Aku tidak sedang diculik, aku dikurung oleh suamiku sendiri karena dituduh meracuni kekasihnya,” terang Amber.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 26. Awal dari Segala Kebencian

    Jantung Amber berdetak kencang, rasa cemas menghinggapi dirinya ketika sadar berada di ruangan sempit dengan beberapa orang yang tidak dikenal. Ketegangan terasa ketika lampu meredup dan pandangannya mulai tidak jelas. “Aku tidak boleh panik, aku tidak boleh panik,” rapal Amber dalam hati seperti sedang membaca sebuah mantra. Dia menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan, berusaha membuat dirinya merasa lebih tenang, melakukan apa yang diajarkan psikiaternya jika dirinya merasa cemas yang berlebihan dan tampaknya apa yang dia lakukan berhasil. Ketika dokter memeriksa detak jantungnya, keadaannya sudah normal kembali. Seorang perawat memiringkan tubuhnya lalu menyuntikkan sesuatu. Tidak lama kemudian, matanya menjadi berat dan mengantuk. Tak lama kemudian, dia merasa sangat tenang dan tidak mengingat apa pun lagi. “Tuan, Nona Amber sedang menjalani operasi pita suara hari ini. Apakah Anda akan datang ke rumah sakit,” kata seorang pria yang berdiri di depan Christhoper

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 25. Dendam Terbalaskan

    Tubuh Delia merosot ke lantai ketika sadar jika dirinya tidak mempunyai harapan lagi. Dia menangis terisak di sana dan memutar otak harus pergi ke mana. Tanpa uang atau pun ponsel yang bisa digunakan. Jalan satu-satunya yang terpikirkan olehnya adalah pergi ke rumah Glen. Delia terpaksa berjalan kaki ke rumah Glen, padahal tempat tinggal pria itu cukup jauh dari apartemennya. Hari telah larut malam dan jalanan cukup sepi, bahkan taksi sudah jarang yang lewat. Beberapa kali dia mencoba menghentikan mobil yang lewat tapi tidak ada satu pun yang bersedia memberikan tumpangan. Dengan keadaan lelah, Delia sampai di depan rumah Glen. Dia menggedor pintu rumah pria itu, tapi tidak ada yang membukanya. Dia berteriak sampai tenggorokannya sakit, tapi tetap saja Glen tidak membukakan pintu. Mencoba mencari jalan lain, dia memutari rumah Glen untuk mengetuk pintu samping rumah tersebut, tapi betapa terkejut dirinya ketika dari kaca jendela kamar Glen, dia melihat Glen sedang bercinta dengan s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 24. Hukum Tabur Tuai

    “Saya sudah menyelidiki tentang kecelakaan yang Delia alami. Memang benar tidak ada keterkaitan Tuan Jackob, tapi bukti yang saya dapatkan malah membawa saya pada kenyataan jika kecelakaan itu disengaja oleh Delia sendiri,” ujar detektif menjelaskan lebih rinci terkait kecelakaan yang Delia alami. Denyut menyakitkan di dada Christhoper kini merambat ke kepala ketika kejahatan Delia kembali terkuak. Tidak tahan dengan rasa sakit itu, Christhoper mengusir orang suruhannya. “Keluar dari ruanganku sekarang juga dan tinggalkan semua informasi yang telah kamu peroleh di mejaku,” perintah Christhoper. Orang itu mengangguk, lalu menaruh semua dokumen yang dia bawa ke hadapan Christhoper, lalu pergi keluar. Setelah orang suruhannya pergi, Christhoper langsung merosot dari kursi yang didudukinya. Dengan tangan gemetar dia membuka satu persatu laci meja, mencari obat yang akhir-akhir ini dia konsumsi. Jika Christhoper tidak meminum obat itu, dia akan dihantui teriakan minta tolong Amber d

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 23. Konsekuensi dari Kesalahan

    “Amber mengalami pendarahan dan hampir kehilangan nyawa. Malam itu Amber meminta bantuanku. Ketika aku sampai ke rumahmu dan membuka kamarnya, aku terkejut melihat Amber sedang kesakitan dan terduduk di atas kenangan darahnya sendiri di lantai. Keadaannya sangat menyedihkan. Dia harus merangkak ke lantai untuk mengambil ponsel yang kamu buang bersama tasnya. Dia ingin menjerit meminta bantuan, tapi tidak bisa. Bayangkan bagaimana perjuangan Amber meminta bantuan agar dia tetap hidup?” Nafas Aaron seperti banteng yang sedang marah ketika mengatakan semua itu di depan muka Christhoper. “Seandainya saja setelah kamu melakukan kesalahan, kamu bertanggung jawab atas kesalahanmu itu, Amber tidak akan sampai merangkak menahan sakit sendirian. Terlambat sebentar saja, Amber tidak akan selamat. Sampai di rumah sakit dia sudah tidak sadarkan diri dan harus mendapatkan transfusi darah berkantong-kantong. Di mana dirimu saat itu? Bersenang-senang di apartemen Delia. Kalian berdua memang sama-s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 22. Satu Persatu Kebenaran Terbuka

    Amber sedang sibuk dengan tamannya ketika seorang pelayan membawakan ponsel miliknya yang berdering. “Nona, ada telepon untuk Anda?” ujar pelayan tersebut. Amber mengangguk mendengarnya, lalu pengambil ponsel dari tangan pelayan itu. Bibir Amber tersenyum melihat nama Aaron di layar ponsel. Dia dengan cepat menerima panggilan tersebut dan langsung mendengar suara Aaron yang bisa membuatnya terhibur. “Aku yakin kamu akan mengetuk layarnya satu kali karena kamu dalam keadaan baik-baik saja. Apalagi sekarang kamu sudah menjadi Tuan Putri dengan pengamanan yang ketat,” kata Aaron. “Ya, aku baik-baik saja dan aku bahagia sekarang,” jawab Amber menggunakan alat bantunya. “Kamu sudah bisa berbicara?!” teriak Aaron terkejut. Amber tersenyum merespon teriakan Aaron, meski tahu jika pria itu tidak bisa melihat dirinya tersenyum. “Masih dalam mimpi, tapi saat ini aku sedang dalam proses pengobatan dan masih harus bolak-balik ke psikiater untuk menyembuhkan traumaku,” jawab Amber. “Lalu su

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 21. Pengampunan Balas Dendam Terbaik

    “Dia memang benar ibu kandungku dan aku telah melihat semua buktinya bahkan bukti DNA kami. Aku datang tidak untuk mengejek Papa,” jawab Amber menggunakan suara dari alat bantu yang dia miliki. “Jika kamu tidak ingin mengejekku, lalu apa tujuanmu ke sini?” tanya Jackob. “Aku hanya ingin tahu hati Papa dan Mama yang sebenarnya padaku saat kalian mengadopsiku. Apakah kalian benar-benar menyayangiku? Terlepas dengan sikap kalian yang kadang menyakiti dan merendahkanku. Aku bisa menganggapnya sebagai kekesalan dan kekecewaan orang tua pada putrinya karena tumbuh tidak seperti yang diharapkan.” Amber meminta penjelasan Papanya. “Aku tidak pernah mengharapkanmu hadir di keluargaku. Mamamu yang memaksa agar kami mengadopsi seorang anak karena dia malu pada teman-teman yang semuanya sudah mempunyai anak tapi kami belum. Awal kami melihatmu di panti asuhan, kamu terlihat begitu menggemaskan. Aku dan Mamamu merawatmu dengan baik dan semua berjalan lancar. Semuanya berubah ketika terjadi pen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status