Home / Romansa / Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh / Bab 6. Beruntung Ada yang Menyelamatkan

Share

Bab 6. Beruntung Ada yang Menyelamatkan

Author: Dera Tresna
last update Last Updated: 2025-11-02 18:03:39

Bukannya merasa kasihan, Christ malah tertawa mendengarnya. “Suami? Bahkan kamu masih sangat kecil untuk menikah. Jika kita selamat dan bisa keluar dari ruangan ini, apakah kamu mau menikah denganku?” tanya Christ.

Kini ganti Amber yang tertawa mendengar perkataan anak kecil itu. “Aku sudah mempunyai suami jadi mungkin aku menikah lagi, nama suamiku Christhoper.”

“Hei ... itu namaku. Suamimu mengambil namaku,” protes Christ tidak terima.

“Mungkin nama kalian sama,” ujar Amber.

“Dia pasti sangat jahat hingga tega mengurungmu, seperti para penculik yang mengurungku.”

“Dulu dia sangat baik sepertimu, tapi kekasihnya sangat jahat dan wanita itu selalu mempengaruhi suamiku dengan hal yang jahat, sehingga suamiku sering salah paham padaku.”

“Apakah kamu mencintai suamimu?” tanya Christ dengan nada cemburu.

Amber mengangguk, mengiyakan. “Aku sangat mencintainya, dia pria bermata hijau yang sangat tampan,” jawab Amber dengan tersenyum.

“Mataku juga hijau. Suamimu sepertinya mirip denganku, tapi aku tidak akan pernah mengurungmu apalagi memiliki kekasih jika dewasa nanti. Aku akan menunggumu dan menikah denganmu. Tinggalkan saja dia dan menikahlah denganku!” tegas Christ.

“Kita harus keluar dulu dari sini jika ingin menikah,” ujar Amber agar anak itu tidak terus mengajaknya menikah.

“Aku punya cara, ikuti caraku. Buka matamu dan merangkaklah ke pintu. Terus gedor pintunya sampai seseorang membukakan pintu untukmu.”

“Aku sudah mencobanya tapi tidak berhasil,” bantah Amber.

“Cobalah sekali lagi, pasti bisa. Aku telah memanggil bantuan agar ada yang menolong kita.”

Mendengar hal tersebut, Amber membuka mata. Seakan mempunyai kekuatan baru, dia merangkak ke pintu.

“Christ ...?” panggilnya, tapi suaranya kembali menghilang.

Menghiraukan hal tersebut, tangannya terulur dan kembali menggedor pintu di depannya, dia terus dan terus menggedornya. Kehadiran Chris membuat semangatnya kembali menyala sehingga bisa menggedor pintu dengan keras.

Delia bergelayut manja di lengan Christhoper. Mereka berjalan menyusuri pantai sambil menikmati matahari terbenam. Suara ombak yang memecah karang, mengiringi langkah mereka.

“Bisakah malam ini kita menginap di sini? Aku butuh udara segar untuk melupakan kesedihan dan rasa kehilanganku. Suara bising di kota membuatku stress dan tidak bisa tidur,” bujuk Delia yang selalu menempatkan dirinya sebagai korban untuk mengambil hati Christhoper.

Christhoper memikirkan sejenak perkataan kekasihnya. Merasa hal itu baik untuk wanita itu, dia mengangguk setuju. Dia lupa jika meninggalkan Amber sendirian di gudang yang sempit dan gelap, tanpa makanan dan minuman serta meninggalkan istrinya begitu saja setelah melecehkannya.

Delia yang mempunyai misi membawa Christhoper menjauh dari istrinya, sengaja membuat pria itu melupakan Amber dengan terus membuatnya sibuk. Setelah seharian membuat Christhoper kelelahan menghabiskan waktu di pantai, malamnya dia merayu Christhoper untuk menghabiskan malam panjang bersamanya.

Matahari yang meninggi keesokan paginya membuat Christhoper membuka mata. Dia melihat Delia masih tidur pulas di sampingnya. Dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu turun dari ranjang. Dia berjalan ke lemari pendingin untuk mengambil minuman dan duduk di teras rumah, matanya menatap lurus ke ombak yang pecah setiap kali mencapai pantai.

“Kenapa aku merasa gelisah dan tidak nyaman? Percintaan semalam dengan Delia adalah percintaan terburuk sepanjang hidupku,” gumam Christhoper sambil menenggak minuman yang dipegangnya, tangannya mengusap wajahnya sendiri yang tampak frustasi dengan apa yang dirasakan.

“Apakah karena aku baru saja kehilangan anakku sehingga semua perasaan ini menggangguku?” batin Christhoper. Dia kemudian melirik ke kamar di mana Delia masih tertidur, entah kenapa gairahnya pada wanita itu tiba-tiba menghilang.

Tanpa Christhoper sadari jika perubahan pada dirinya terjadi setelah dia menyentuh Amber. Entah kenapa wanita itu membuat dirinya tidak menginginkan Delia seperti dulu lagi, tapi sebaliknya dia mendapatkan candu baru yaitu tubuh istrinya yang selalu bisa memuaskannya dan membuat dirinya meledak.

***

“Selamat siang Tuan Aaron,” sapa pelayan Christhoper ketika melihat teman Tuannya yang sudah lama tidak terlihat datang berkunjung.

“Siang. Di mana Christhoper? Tumben sekali rumah tampak sepi?” tanya Aaron pada pelayan yang menyapanya.

“Tuan Christhoper sedang pergi dari kemarin dan belum pulang. Apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan Christhoper dengan ramah.

“Apakah kamu pernah melihat kaset film action yang dulu sering aku tonton bersama dengan Christhoper? Sepupuku ingin melihat film itu,” kata Aaron.

“Ya saya ingat film itu karena Anda dan Tuan Christhoper berkali-kali melihatnya tanpa rasa bosan. Kalau tidak salah, Tuan Christhoper menaruhnya di gudang bawah karena sudah jarang dilihat lagi semenjak Anda pergi,” jelas pelayan tersebut.

“Aku akan mengambilnya kalau begitu,” ucap Aaron berlalu begitu saja dari hadapan pelayan tersebut. Pelayan itu pun mengangguk mengiyakan, tapi beberapa menit kemudian, tubuhnya membeku mengingat jika Amber berada di sana.

“Tuan tunggu! Biar saya yang mengambilkannya untuk Anda,” seru pelayan tersebut, tapi terlambat karena Aaron sudah tidak terlihat lagi. Pelayan itu langsung berlari menyusul Aaron ke gudang bawah.

Aaron yang sudah lama berteman dengan Christhoper dan sudah terbiasa keluar masuk rumah pria itu, tanpa canggung langsung berjalan ke gudang bawah. Dia menyalakan lampu dan mulai mengedarkan pandangannya, mencari kaset yang dia inginkan.

Awalnya tidak ada yang mencurigakan dengan gudang tersebut. Konsentrasi Aaron tertuju pada pencarian kasetnya. Namun dirinya terkejut ketika mendengar suara kuku seseorang seperti sedang mencakar pintu kayu hingga menimbulkan suara yang menakutkan. Aaron merasa dirinya seperti sedang berada di film horor, tapi dia bukan pria penakut yang lari karena suara tersebut.

Aaron malah merasa penasaran dan mencari sumber suara yang dia dengar. Dia menemukan jika suara itu berasal dari ruangan kecil yang terkunci yang terletak di ujung gudang. Dia pun segera mendekati ruangan tersebut dan mencoba membuka pintu itu tapi tidak berhasil.

“Apakah ada orang di dalam?” tanya Aaron sambil menempelkan telinganya di pintu, tapi tidak ada menjawab dari dalam ruangan tersebut.

Mengira hanya salah dengar, Aaron berniat meninggalkan tempat itu, tapi bunyi cakaran itu terdengar kembali. Hal itu membuatnya yakin jika ada seseorang yang terkunci di dalam kamar kecil tersebut.

“Siapa pun yang berada di dalam, menjauhlah dari pintu!” teriak Aaron untuk menghindari orang yang berada di dalam terkena pintu yang akan didobraknya. 

Setelah itu, Aaron mendobrak pintu tersebut dan menemukan seorang wanita tergeletak di lantai dengan kondisi memprihatinkan. 

Seorang wanita terbaring tak berdaya di atas lantai yang kotor dan keras. Bibir wanita itu tampak pucat dan mengeluarkan darah, pipi dan lengannya tampak lebam dan membiru. Tanpa pikir panjang, dia langsung mendekati wanita itu lalu membawanya ke dalam gendongan.

“Tu-tuan,” ucap pelayan yang tampak gugup dan ketakutan melihat Aaron menggendong istri Tuannya.

“Siapa dia? Kenapa dia tergeletak di lantai?” geram Aaron dengan nada dingin.

“Dia Nyonya Amber, istri Tuan Christhoper. Nyonya Amber melakukan kesalahan yang membuat Tuan Christhoper marah sehingga Tuan menghukumnya. Kami tidak boleh mengeluarkannya dari sana sampai Nyonya mengakui kesalahannya,” jawab pelayan itu sesuai dengan apa yang Christhoper katakan.

“Dengan membiarkan dia ketakutan, kelaparan dan kehausan seperti ini? Sangat keterlaluan, dia bisa mati,” geram Aaron marah. Dia tidak menyangka jika Christhoper bisa setega itu memperlakukan istrinya.

“Tuan, sebaiknya Anda membawa Nyonya ke kamar itu kembali. Saya takut Tuan Christhoper memecat saya jika tahu ada yang mengeluarkan Nyonya dari sana,” pinta sang pelayan.

Mata Aaron langsung menatap dingin pelayan tersebut. “Apakah kamu ingin membunuhnya? Lihat saja keadaannya. Dia bisa mati membeku di ruangan ini. Siapkan kamar yang layak untuknya! Aku yang bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan,” perintah Aaron tanpa bisa dibantah lagi.

Pelayan itu kemudian menunjukkan kamar yang biasa Amber pakai. Aaron membaringkannya di ranjang dengan hati-hati, matanya menatap tidak tega ke arah Amber dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.

Bibir wanita itu pecah-pecah, sangat terlihat jika Amber tidak minum dan dehidrasi. Keringat dingin membasahi tubuhnya, rambutnya kotor dan berantakan, yang lebih menyedihkan lagi ketika dia melihat kuku Amber, keadaannya rusak dan berdarah karena wanita itu menggunakan kukunya untuk terus mencakar pintu kayu yang terkunci.

“Siapkan air hangat dan handuk bersih! Ambilkan juga air minum hangat dan bubur yang sangat lembut sehingga tidak melukai perutnya yang kosong,” perintah Aaron kepada pelayan yang berdiri di belakangnya.

“Baik Tuan,” jawab pelayan itu dengan patuh lalu pergi meninggalkan kamar Amber.

“Kasihan sekali dirimu, kesalahan apa yang telah kamu perbuat hingga Christhoper tega memperlakukan kamu seperti ini?” gumam Aaron sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Amber.

Deg...

Tiba-tiba jantung Aaron seakan berhenti berdetak, menatap betapa cantik wanita yang sedang terbaring lemah di depannya tersebut. Namun kekaguman Aaron tidaklah lama karena ketika tangannya menyentuh kening Amber, kening itu terasa sangat panas. Dia kemudian memeriksa tubuh Amber dan keadaannya sama, suhu tubuh wanita itu sangat tinggi.

“Astaga, suhu tubuhmu tinggi sekali,” seru Aaron dengan nada khawatir.

Aaron langsung menyingkap selimut yang tadinya dia tutupkan ke tubuh Amber. Tangannya terulur untuk membuka kancing baju wanita itu agar suhu tubuh Amber bisa turun dan aliran oksigennya lebih lancar. Namun tangan Aaron tertahan ketika terdengar suara bariton yang berat dan dingin menegurnya.

“Apa yang sedang kamu lakukan pada istriku? Jauhkan tanganmu darinya!” tegur Christhoper dengan nada dingin.

Aaron menoleh ke sumber suara tersebut dan melihat Christhoper sedang menatapnya dengan tatapan dingin dan membunuh, tapi dia tidak merasa terintimidasi. Dia membalas tatapan Christhoper dengan tidak kalah dingin.

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu berada di kamar kami?” tanya Christhoper ketika Aaron masih tetap membisu di pinggir ranjang.

“Apakah kamu sudah gila Christhoper? Bagaimana bisa kamu begitu tega mengurung istrimu sendiri di gudang yang sempit dan gelap? Istrimu hampir mati jika aku tidak cepat menolongnya,” ucap Aaron dengan nada marah.

“Itu bukan urusanmu dan jangan pernah ikut campur dengan masalah rumah tanggaku. Kamu tidak mempunyai hak untuk itu,” geram Christhoper.

“Aku berhak melakukan apa pun jika hal itu sudah menyangkut nyawa seseorang. Tidak peduli dia istrimu atau pelayanmu atau siapa pun, keselamatan adalah hal utama yang perlu diperhatikan. Jika aku tahu ada seseorang yang memperlakukan sesamanya dengan tidak pantas, membuatnya kelaparan, kehausan dan ketakutan, aku bisa menuntut orang itu meskipun orang itu adalah temanku sendiri,” ancam Aaron.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 26. Awal dari Segala Kebencian

    Jantung Amber berdetak kencang, rasa cemas menghinggapi dirinya ketika sadar berada di ruangan sempit dengan beberapa orang yang tidak dikenal. Ketegangan terasa ketika lampu meredup dan pandangannya mulai tidak jelas. “Aku tidak boleh panik, aku tidak boleh panik,” rapal Amber dalam hati seperti sedang membaca sebuah mantra. Dia menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan, berusaha membuat dirinya merasa lebih tenang, melakukan apa yang diajarkan psikiaternya jika dirinya merasa cemas yang berlebihan dan tampaknya apa yang dia lakukan berhasil. Ketika dokter memeriksa detak jantungnya, keadaannya sudah normal kembali. Seorang perawat memiringkan tubuhnya lalu menyuntikkan sesuatu. Tidak lama kemudian, matanya menjadi berat dan mengantuk. Tak lama kemudian, dia merasa sangat tenang dan tidak mengingat apa pun lagi. “Tuan, Nona Amber sedang menjalani operasi pita suara hari ini. Apakah Anda akan datang ke rumah sakit,” kata seorang pria yang berdiri di depan Christhoper

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 25. Dendam Terbalaskan

    Tubuh Delia merosot ke lantai ketika sadar jika dirinya tidak mempunyai harapan lagi. Dia menangis terisak di sana dan memutar otak harus pergi ke mana. Tanpa uang atau pun ponsel yang bisa digunakan. Jalan satu-satunya yang terpikirkan olehnya adalah pergi ke rumah Glen. Delia terpaksa berjalan kaki ke rumah Glen, padahal tempat tinggal pria itu cukup jauh dari apartemennya. Hari telah larut malam dan jalanan cukup sepi, bahkan taksi sudah jarang yang lewat. Beberapa kali dia mencoba menghentikan mobil yang lewat tapi tidak ada satu pun yang bersedia memberikan tumpangan. Dengan keadaan lelah, Delia sampai di depan rumah Glen. Dia menggedor pintu rumah pria itu, tapi tidak ada yang membukanya. Dia berteriak sampai tenggorokannya sakit, tapi tetap saja Glen tidak membukakan pintu. Mencoba mencari jalan lain, dia memutari rumah Glen untuk mengetuk pintu samping rumah tersebut, tapi betapa terkejut dirinya ketika dari kaca jendela kamar Glen, dia melihat Glen sedang bercinta dengan s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 24. Hukum Tabur Tuai

    “Saya sudah menyelidiki tentang kecelakaan yang Delia alami. Memang benar tidak ada keterkaitan Tuan Jackob, tapi bukti yang saya dapatkan malah membawa saya pada kenyataan jika kecelakaan itu disengaja oleh Delia sendiri,” ujar detektif menjelaskan lebih rinci terkait kecelakaan yang Delia alami. Denyut menyakitkan di dada Christhoper kini merambat ke kepala ketika kejahatan Delia kembali terkuak. Tidak tahan dengan rasa sakit itu, Christhoper mengusir orang suruhannya. “Keluar dari ruanganku sekarang juga dan tinggalkan semua informasi yang telah kamu peroleh di mejaku,” perintah Christhoper. Orang itu mengangguk, lalu menaruh semua dokumen yang dia bawa ke hadapan Christhoper, lalu pergi keluar. Setelah orang suruhannya pergi, Christhoper langsung merosot dari kursi yang didudukinya. Dengan tangan gemetar dia membuka satu persatu laci meja, mencari obat yang akhir-akhir ini dia konsumsi. Jika Christhoper tidak meminum obat itu, dia akan dihantui teriakan minta tolong Amber d

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 23. Konsekuensi dari Kesalahan

    “Amber mengalami pendarahan dan hampir kehilangan nyawa. Malam itu Amber meminta bantuanku. Ketika aku sampai ke rumahmu dan membuka kamarnya, aku terkejut melihat Amber sedang kesakitan dan terduduk di atas kenangan darahnya sendiri di lantai. Keadaannya sangat menyedihkan. Dia harus merangkak ke lantai untuk mengambil ponsel yang kamu buang bersama tasnya. Dia ingin menjerit meminta bantuan, tapi tidak bisa. Bayangkan bagaimana perjuangan Amber meminta bantuan agar dia tetap hidup?” Nafas Aaron seperti banteng yang sedang marah ketika mengatakan semua itu di depan muka Christhoper. “Seandainya saja setelah kamu melakukan kesalahan, kamu bertanggung jawab atas kesalahanmu itu, Amber tidak akan sampai merangkak menahan sakit sendirian. Terlambat sebentar saja, Amber tidak akan selamat. Sampai di rumah sakit dia sudah tidak sadarkan diri dan harus mendapatkan transfusi darah berkantong-kantong. Di mana dirimu saat itu? Bersenang-senang di apartemen Delia. Kalian berdua memang sama-s

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 22. Satu Persatu Kebenaran Terbuka

    Amber sedang sibuk dengan tamannya ketika seorang pelayan membawakan ponsel miliknya yang berdering. “Nona, ada telepon untuk Anda?” ujar pelayan tersebut. Amber mengangguk mendengarnya, lalu pengambil ponsel dari tangan pelayan itu. Bibir Amber tersenyum melihat nama Aaron di layar ponsel. Dia dengan cepat menerima panggilan tersebut dan langsung mendengar suara Aaron yang bisa membuatnya terhibur. “Aku yakin kamu akan mengetuk layarnya satu kali karena kamu dalam keadaan baik-baik saja. Apalagi sekarang kamu sudah menjadi Tuan Putri dengan pengamanan yang ketat,” kata Aaron. “Ya, aku baik-baik saja dan aku bahagia sekarang,” jawab Amber menggunakan alat bantunya. “Kamu sudah bisa berbicara?!” teriak Aaron terkejut. Amber tersenyum merespon teriakan Aaron, meski tahu jika pria itu tidak bisa melihat dirinya tersenyum. “Masih dalam mimpi, tapi saat ini aku sedang dalam proses pengobatan dan masih harus bolak-balik ke psikiater untuk menyembuhkan traumaku,” jawab Amber. “Lalu su

  • Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh   Bab 21. Pengampunan Balas Dendam Terbaik

    “Dia memang benar ibu kandungku dan aku telah melihat semua buktinya bahkan bukti DNA kami. Aku datang tidak untuk mengejek Papa,” jawab Amber menggunakan suara dari alat bantu yang dia miliki. “Jika kamu tidak ingin mengejekku, lalu apa tujuanmu ke sini?” tanya Jackob. “Aku hanya ingin tahu hati Papa dan Mama yang sebenarnya padaku saat kalian mengadopsiku. Apakah kalian benar-benar menyayangiku? Terlepas dengan sikap kalian yang kadang menyakiti dan merendahkanku. Aku bisa menganggapnya sebagai kekesalan dan kekecewaan orang tua pada putrinya karena tumbuh tidak seperti yang diharapkan.” Amber meminta penjelasan Papanya. “Aku tidak pernah mengharapkanmu hadir di keluargaku. Mamamu yang memaksa agar kami mengadopsi seorang anak karena dia malu pada teman-teman yang semuanya sudah mempunyai anak tapi kami belum. Awal kami melihatmu di panti asuhan, kamu terlihat begitu menggemaskan. Aku dan Mamamu merawatmu dengan baik dan semua berjalan lancar. Semuanya berubah ketika terjadi pen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status