Mag-log inTanisa kemudian menenggelamkan dirinya ke dalam air lalu menyelam sesaat ke danau untuk menenangkan hatinya. Ketika dirinya merasa tenang, dia muncul dari dalam air dan berenang ke pinggir danau. Setelah memakai pakaiannya, dia menatap danau tersebut dengan tatapan kosong. “Maafkan aku, Cooper. Aku berharap kita tidak pernah bertemu lagi dan kamu telah menemukan wanita yang bisa membahagiakanmu,” gumam Tanisa yang kemudian menjauh dari danau, kembali ke vila milik Aaron yang menjadi tempat tinggalnya kini. Sebuah pesta panen raya di gelar di pinggir hutan pinus yang tidak jauh dari tempat tinggal Tanisa. Pesta tersebut di gelar malam hari dengan api unggun yang membumbung tinggi. Tanisa keluar dari villa dan langsung mengeratkan pakaian hangatnya ketika ingin bergabung ke pesta tersebut. Udara dingin menyambut dan menyapu tubuhnya di luar villa. Setelah sekian tahun, akhirnya dia bisa bergabung dalam acara panen raya yang menjadi perayaan tahunan yang digelar oleh penduduk desa. Du
Tanisa merasa senang karena apa yang dia kerjakan berjalan lancar, pengiriman sapi pertama mereka ke kota berjalan lancar. Mereka menghasilkan sapi dengan kualitas yang tidak kalah dengan sapi impor yang tadinya ingin diolah oleh Aaron. Produksi pengolahan daging mulai berjalan. Tanisa mendapat pujian dari Aaron atas usahanya tersebut. Ide Catelyn dengan menggandeng peternak lokal melalui Tanisa berhasil menjadi ide yang jitu. Bahkan perusahaannya bisa menekan biaya bahan baku lebih dari tiga puluh persen. Gaji pertama Tanisa telah diterima. Dia terkejut dengan nilainya yang fantastis, setara dengan keuntungan tokonya selama enam bulan. Hal itu membuat Tanisa yakin, bisa membeli tanah milik Papanya lagi. “Kamu sangat berbakat dalam hal ini, Tanisa. Papamu pasti bangga melihatmu saat ini. Dia selalu bercerita jika dia ingin memiliki peternakan bersamamu di masa tuanya nanti,” ujar teman baik Papa Tanisa yang sedang bekerja bersama Tanisa di kandang. “Jika aku sudah punya cukup uang
Seminggu setelah tanda tangan kontrak dengan Aaron, Tanisa pergi ke desa kelahirannya. Dia mempercayakan toko dagingnya pada Tina, karyawan yang selalu membantunya selama ini. Selain itu, dia mengambil resiko mengangkat satu karyawan lagi untuk mengelola tokonya. Karena Tanisa telah menjual rumahnya dan tidak mempunyai tempat tinggal lagi, Aaron meminjamkan villa yang dia miliki sebagai tempat tinggal wanita itu selama Tanisa terikat kontrak. Tugas Tanisa adalah menemui para peternak di desanya dan menjadi perantara untuk menghubungkan dirinya dengan Aaron. Tanisa harus membujuk mereka untuk mau menjual sapinya pada perusahaan Aaron. Menandatangani kontrak dengan perusahaan pria itu dan mau dibimbing dan dilatih untuk menghasilkan daging sapi sesuai dengan apa yang perusahaan Aaron minta. Sesampainya di sana Tanisa berkeliling desa, mengingat kembali kehidupannya dulu ketika dirinya masih kecil. Saat melintasi rumah yang dulu ditinggalinya, dia berdiri di seberang jalan menatap rum
“Maaf jika kita harus pulang lebih awal,” ucap Aaron sambil menggendong Hailey, sedangkan Catelyn merapikan pakaian mereka dan memasukkannya ke koper besar. “Tidak masalah. Yang terpenting sekarang adalah masalah di perusahaanmu bisa diurus lebih cepat. Aku tidak mengira jika Ricky tega dan mampu melakukannya. Maaf, aku tahu semua ini terjadi karena diriku,” balas Catelyn penuh penyesalan. Mendengar perkataan istrinya, Aaron mendekati Catelyn kemudian merangkulnya dengan satu tangan yang terbebas dan mengecup puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. “Semua yang terjadi bukan kesalahanmu, tapi pilihan yang Ricky ambil. Dia mempunyai pilihan untuk mengambil hal yang positif, tapi dia memutuskan untuk mengambil hal negatif. Ricky lupa jika setiap pilihan yang dia ambil memiliki konsekuensi,” ucap Aaron bijak. “Jangan membalas perbuatan Ricky. Aku tidak mau kalian saling melukai karena aku. Meskipun saat ini dia sedang berusaha menjatuhkanmu, tapi dia pernah menolongku. Ingat
“Brengsek sekali temanmu itu, siapa dia? Kelihatannya dia bukan orang sembarangan sehingga bisa menikahi wanita Hilton.” Rasa penasaran menyeret Karina semakin dalam. “Aaron Jones,” jawab Ricky datar menunggu reaksi Karina. Tubuh Karina menegang untuk sejenak, lalu tanpa curiga dia berkata, “Bukankah ini suatu kebetulan, aku bekerja di perusahaan Aaron Jones.” “Apa ...? Benarkah ...?” Ricky pura-pura terkejut mendengar penjelasan Karina. Karina mengangguk menyakinkan Ricky. “Bahkan saat ini aku sedang menangani pekerjaan yang seharusnya Tuan Aaron pegang karena dia sedang berbulan madu dengan istrinya,” jelasnya. Tangan Ricky terulur dan menggenggam tangan Karina. “Mungkinkah Tuhan mengirimmu padaku agar aku bisa membalaskan pengkhianatan temanku itu?” Mata Karina menatap tangan Ricky yang menggenggam tangannya, rasanya begitu hangat dan nyaman. Seakan Ricky adalah pria yang Tuhan kirimkan khusus untuknya karena baru kali ini dia merasa nyaman ketika berhubungan dengan seorang p
“Apakah aku tidak bisa tinggal bersamamu sampai kamu menikah nanti? Memastikan jika kamu menemukan pria yang tepat untuk hidup bersamamu? Memastikan jika kamu mendapatkan pria yang bertanggung jawab yang bisa membahagiakanmu?” Tanisa berusaha membujuk adiknya. “Selama Kakak masih tinggal di sini, aku tidak akan bisa menemukan pria yang bisa aku nikahi karena kamu selalu ikut campur dalam urusan pribadiku. Bahkan sampai saat ini aku masih perawan di saat teman-temanku sudah mempunyai banyak teman pria. Aku mohon padamu, izinkan aku tinggal sendiri dan mengambil keputusan sendiri atas hidupku,” pinta Karina. Tanisa menurunkan tatapannya lemah dan mendorong tangan Karina, menolak uang yang adiknya berikan. “Aku masih punya sedikit uang untuk hidupku sendiri. Pakailah uang itu untuk kebutuhanmu. Aku tahu, kamu masih membutuhkannya untuk membayar angsuran rumah ini dan kamu pun harus mencari makan sendiri jika aku tidak tinggal bersamamu lagi,” kata Tanisa lalu mengambil koper yang ada d







