LOGIN“Tidak Tuan Muda, jangan ...!”
Deg! Ateera membuka matanya sekaligus, dia terdiam sesaat dengan napas yang terengah. Mimpi apa yang baru saja ia alami, mengapa terasa begitu nyata hingga sangat menakutkan. Ateera lantas menutup kedua matanya lagi seraya menarik napasnya dalam, dia ingin menenangkan diri sebentar, namun kemudian... Dadanya itu kembali berdebar keras, kala ia merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya. Kepala Ateera menyuruk, bola matanya langsung melebar sempurna saat melihat sebuah tangan kekar melingkar di sana. Dengan perasaan gelisah sekaligus takut, Ateera pun memberanikan diri untuk melihat ke samping kirinya. Rasa terkejutnya kembali, ketika seorang pria dengan tubuh telanjang terlihat olehnya dan tengah tertidur dengan begitu lelap. Kini, Ateera baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukanlah di dalam kamarnya, melainkan di kamar tuan mudanya yang dia masuki semalam. "Heuk!" Ateera tersentak, dengan satu tangannya yang menutupi bibir. Sekarang dia ingat, jika kejadian buruk yang dia alami itu bukan hanya sekedar mimpi buruk, tapi sebuah kenyataan. Kenyataan yang begitu menakutkan. “Aku harus keluar sekarang sebelum Tuan Muda bangun, atau semuanya akan menjadi lebih buruk.” Dengan perasaan panik, Ateera pun menyingkarkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, lalu turun dari atas ranjang dengan begitu saja. Namun, Ateera tak menyangka jika tubuhnya akan merasakan sakit yang luar biasa hingga membuatnya terjatuh dan tersungkur ke lantai. “Aw, sakit,” gumamnya meringis, seraya memegangi pinggangnya juga bagian perut bawahnya. “Eungghh.” Deg! Suara lenguhan dari Valiant berhasil membuat Ateera tersadar, dia lantas melihat pada pria itu. Helaan napas lega terdengar, karna rupanya Valiant sama sekali tak terbangun. "Syukurlah, aku harus abaikan rasa sakit ini dan secepatnya pergi dari sini.” Ateera memungut terlebih dulu pakaian pelayannya yang berserakan di lantai, memakainya dengan cepat sebelum akhirnya benar-benar pergi dari sana. Dia berlari melewati lorong lantai dua yang masih gelap itu dengan isak tangis yang mengiringi. Air matanya mengalir begitu deras, dia sungguh tak menyangka, jika kesuciannya akan terenggut oleh seseorang yang baru pertama kali dia temui. Dan yang lebih gilanya, pria itu adalah majikannya, pemilik mansion mewah tempat dirinya bekerja. Bruk! Ateera terjatuh dengan begitu keras di lantai, dia merasa kakinya begitu lemas saat ini. Dia merasa bingung, sekarang apa yang akan terjadi. “Haruskah aku berhenti dari sini?” “Tapi ....” Wajah adik laki-lakinya kembali terbayang di ingatan Ateera, dimana hal itu kembali membuatnya merasa bimbang. “Hanya di sini aku bisa mendapatkan banyak uang untuk pengobatan Arash ... baiklah, aku akan berpura-pura tidak terjadi apa pun.” “D-dan ... dan lagi pula sepertinya tuan muda melakukannya dengan tidak sadar. Wajahnya begitu merah, kemungkinan dia sedang mabuk. Ya, dia pasti tidak mengingatku.” Ateera terus berusaha menenangkan dirinya, dia berusaha melupakan apa yang dia lihat dan alami. Dia juga mencoba berpikir positif dengan meyakini jika semuanya akan baik-baik saja. Dia harus kuat dan menahan semuanya, karena ini semua demi adiknya. *** Di ufuk timur, matahari sudah benar-benar terbit saat ini. Memancarkan sinarnya yang terang, hingga menembus masuk ke dalam sebuah kamar yang tak lain adalah milik Valiant. Terlihat pria itu yang baru saja terbangun, alisnya mengerut kala ia tak mendapati seseorang yang dirinya ingat tertidur di sana. Sontak, kedua matanya pun terbuka. Dan benar saja, tidak ada siapa pun di sampingnya. Kecuali kepala pelayan yang rupanya sudah berdiri tak jauh dari posisi ranjang tempat tidurnya. “Selamat pagi Tuan Muda," sapanya sambil membungkuk di depan Valiant. “Saya sudah menyiapkan sarapan Anda, sekaligus dokumen yang Anda minta,” lanjutnya. “Hah.” Namun kali ini tidak ada jawaban dari Valiant, pria itu justru menghela napas penuh rasa tidak percaya seraya menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. “Apa ada masalah, Tuan?” Kembali, Valiant tidak menjawab. Dia malah bergerak turun dari atas ranjang dan memakai jubahnya. “Aku ingin bertemu dokter James hari ini, tolong atur pertemuanku dengannya.” “Baik Tuan Muda.” “Ah, dan satu lagi ....” “Ya, Tuan?” “Tidak jadi, itu nanti saja,” jawabnya. “Baiklah Tuan Muda, kalau begitu saya permisi.” Kepala pelayan itu membungkuk, lalu berjalan pergi dari sana. Sementara Valiant masih berdiri di tempatnya, memandangi tempat dirinya menghabiskan malam dengan wanita itu. Smirk terlihat jelas di bibirnya saat ini. “Kau pikir bisa lari dariku? Sayangnya itu hanya mimpi di siang bolong,” ucapnya.“Kalau begitu saya permisi Tuan Muda,” ucap dokter James, dia membungkuk terlebih dulu sebelum akhirnya pamit pergi dari sana.Dan kini, hanya tersisa Valiant dan kepala pelayan Robert di sana.“Saya juga permisi Tuan Muda...”“Robert,” panggil Valiant yang berhasil menghentikan gerakan dari pria paruh baya itu."Ya, Tuan? Apa masih ada yang Anda butuhkan?” tanyanya.“Langsung saja, kau tahu tentang kejadian di malam itu, kan?”“Benar Tuan,” jawab Robert tanpa mengelak.“Itu artinya kau juga tahu gadis yang tidur denganku itu.”“Saya tahu Tuan Muda.”“Cari tahu tentang wanita itu, dan bawakan hasilnya padaku besok!”“Baik Tuan Muda.”“Dan juga, selain kau dan aku jangan ada lagi orang yang tahu tentang masalah ini termasuk mama dan Victoria.”“Sesuai perintah Anda, Tuan.”“Dan satu lagi Robert, jadikan wanita itu pelayan pribadiku.”“Maaf? Apa Anda yakin, Tuan?”“Ya, karena aku harus memastikan sesuatu,” jawab Valiant seraya kembali menunjukkan smirknya, dimana ekspresinya saat ini pe
Matahari bersinar begitu terik saat ini, wajar saja karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 13.05 siang. Saat ini, Ateera terlihat berada di rumah sakit. Sudah sekitar satu minggu ia tak melihat kondisi Arash dengan benar, dan sekarang ia merasa khawatir, takut-takut kondisi adiknya itu akan memburuk. Karena itu, dengan keberanian besar, ia meminta izin keluar pada kepala pelayan. Beruntungnya kepala pelayan mengizinkannya begitu saja. Dia bahkan tidak bertanya banyak hal dan hanya memberikan aturan jam pulang saja. Dia merasa bersyukur dengan itu, terlebih karena kejadian buruk yang dia alami akhir-akhir ini membuat pikirannya begitu kacau, mungkin dengan bertemu adiknya dia jadi bisa bersemangat lagi. Saat tiba di ruang perawatan Arash, Ateera pun langsung membuka pintu di sana dengan perasaan tidak sabar. “Arash.” Terlihat bocah laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun pun menoleh saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. “Kakak.”’ Dengan suara ceria, bocah laki
Pagi itu suasana mansion Orville tampak begitu sibuk, tak sekali dua kali para pelayan terlihat berlalu lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Termasuk Ateera yang saat ini tengah membersihkan area lantai satu.Ekspresinya begitu cemas dan gelisah. Bagaimana tidak, walaupun sudah berusaha untuk melupakan kejadian buruk yang dia alami tadi malam, tapi tetap saja itu tidak mudah.Karena secara tiba-tiba pengalaman buruk itu hinggap di kepalanya dan mengganggu aktivitasnya. Seperti sekarang, dia sama sekali tidak fokus. Terlebih dia juga takut jika akan bertemu dengan tuan mudanya itu.‘Aku harap tuan muda akan benar-benar tidak ingat dengan wajahku,’ batinnya penuh harap.“Ra ... Ateera!”Deg!Ateera tersentak, ketika suara keras itu terdengar memanggilnya.Dia lantas menoleh, dan mendapati rekan sekamarnya yang datang menghampirinya.“Kau melamun? Aku tadi memanggilmu beberapa kali tapi kau tak kunjung menjawab.”“Ah, be-benarkah? Aku tidak dengar,” jawab Ateera.“Hmm.”Saat ini At
“Tidak Tuan Muda, jangan ...!”Deg!Ateera membuka matanya sekaligus, dia terdiam sesaat dengan napas yang terengah.Mimpi apa yang baru saja ia alami, mengapa terasa begitu nyata hingga sangat menakutkan.Ateera lantas menutup kedua matanya lagi seraya menarik napasnya dalam, dia ingin menenangkan diri sebentar, namun kemudian...Dadanya itu kembali berdebar keras, kala ia merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya.Kepala Ateera menyuruk, bola matanya langsung melebar sempurna saat melihat sebuah tangan kekar melingkar di sana.Dengan perasaan gelisah sekaligus takut, Ateera pun memberanikan diri untuk melihat ke samping kirinya. Rasa terkejutnya kembali, ketika seorang pria dengan tubuh telanjang terlihat olehnya dan tengah tertidur dengan begitu lelap.Kini, Ateera baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukanlah di dalam kamarnya, melainkan di kamar tuan mudanya yang dia masuki semalam."Heuk!" Ateera tersentak, dengan satu tangannya yang menutupi bibir.Sekarang dia ingat,
Ateera berdiri dengan kepala yang menunduk, seraya menautkan kedua tangannya satu sama lain.Telanan saliva yang dia lakukan, menunjukkan keadaannya yang tengah merasa begitu ketakutan.Sementara di depannya, seorang pria tampan berdiri dengan tatapannya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung menutupi Ateera, memberinya tekanan yang begitu mengintimidasi.“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam kamarku?”Suara berat itu berhasil membuat kedua bahu Ateera terangkat.“Ma-maafkan saya Tuan Muda. Sa-saya adalah pelayan baru, dan saya—““Ah, pelayan baru. Begitu rupanya,” sela pria itu. Dia lalu membungkuk sedikit, mendekatkan jarak wajahnya pada Ateera. “Kau tahu hukuman apa yang diberikan pada seseorang yang berani masuk ke sini tanpa izin?”Tubuh Ateera langsung gemetar, saat menggaris bawahi kata hukuman yang terucap dari bibir tuan muda itu.“Tolong maafkan saya Tuan, sa-saya berjanji. Saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi, sa-saya—““Heuk!”Deg!Suara itu refleks membuat ucapan A
“Ateera, malam ini tugasmu untuk membersihkan kamar tuan muda,” ujar salah seorang pelayan.“Sa-saya?” tanya Ateera dengan suaranya yang terdengar ragu-ragu.“Ya, kau.”“Ta-tapi, saya—““Ini perintah dari kepala pelayan, sebagai pelayan baru apa kau sudah berani menentangnya?”“Ah ti-tidak, saya akan lakukan.”“Ya, itu memang sudah tugasmu.” Pelayan senior itu hendak pergi, namun sejurus kemudian dia pun berhenti dan berbalik lagi pada Ateera. “Oh iya, ada yang harus aku beritahukan padamu.”Ateera pun mengangkat wajahnya, dan melihat pada rekan sesamanya itu.“Kau tahu, tuan muda itu terkenal dingin dan tak tersentuh. Beliau sangat tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu miliknya. Jadi perhatikan baik-baik letak barang-barangnya, jangan ada satu pun posisinya yang berubah.”“Jika kau melakukan kesalahan sedikit saja, kami tidak bertanggung jawab. Apa kau mengerti?” jelasnya.“Baik.”“Ah dan satu lagi, tuan muda akan kembali pukul 9 malam, jadi pastikan kau menyelesaikannya sebe







