Share

Bab 4. Jadi, Itu Benar...

Author: Pwati
last update Last Updated: 2025-10-03 12:51:03

Pagi itu suasana mansion Orville tampak begitu sibuk, tak sekali dua kali para pelayan terlihat berlalu lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Termasuk Ateera yang saat ini tengah membersihkan area lantai satu.

Ekspresinya begitu cemas dan gelisah. Bagaimana tidak, walaupun sudah berusaha untuk melupakan kejadian buruk yang dia alami tadi malam, tapi tetap saja itu tidak mudah.

Karena secara tiba-tiba pengalaman buruk itu hinggap di kepalanya dan mengganggu aktivitasnya. Seperti sekarang, dia sama sekali tidak fokus. Terlebih dia juga takut jika akan bertemu dengan tuan mudanya itu.

‘Aku harap tuan muda akan benar-benar tidak ingat dengan wajahku,’ batinnya penuh harap.

“Ra ... Ateera!”

Deg!

Ateera tersentak, ketika suara keras itu terdengar memanggilnya.

Dia lantas menoleh, dan mendapati rekan sekamarnya yang datang menghampirinya.

“Kau melamun? Aku tadi memanggilmu beberapa kali tapi kau tak kunjung menjawab.”

“Ah, be-benarkah? Aku tidak dengar,” jawab Ateera.

“Hmm.”

Saat ini Ateera merasa begitu kikuk, terlebih teman sekamarnya ini hanya diam saja sembari melihatnya.

“Tapi, kenapa kau memanggilku. Apa ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Ateera.

“Oh itu, aku hanya merasa bingung. Karena semalam kau tidak datang ke kamar. Aku bertanya-tanya, apa mungkin kau pulang ke rumah. Tapi jika iya, itu kan melanggar aturan. Jadi, kau ke mana semalam, Ateera?”

Pertanyaan itu tentu saja langsung membuat Ateera diam mematung. Bingung, ya dia tidak tahu harus menjawab apa.

“I-itu ... semalam ... kau tahu kan, aku ini pelayan baru. Aku belum mengetahui seluk-beluk mansion ini. Karena itu aku berinisiatif untuk melihatnya sendiri.”

“Tapi karena mansion ini sangat besar aku malah tersesat, karena hari sudah larut dan aku mengantuk, jadi aku tidur di sembarang tempat. Maafkan aku Mala, sepertinya aku membuatmu khawatir.” Ateera terpaksa berbohong, karena dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

“Ah seperti itu, harusnya aku yang minta maaf. Karena sebagai rekan sekamarmu aku terasa mengabaikanmu."

"Ah tidak, itu karena aku yang terlalu malu untuk meminta bantuanmu,” jawab Ateera.

“Baiklah jika seperti itu, mulai sekarang tanyakan apa pun padaku hal yang tidak kau ketahui. Aku pasti akan membantumu,” ujar Mala.

‘Hal yang tidak kuketahui? Haruskah aku bertanya pada Mala tentang kebenaran tunangan tuan muda,’ batinnya.

“Kalau begitu Mala ....” Ucapan Ateera tiba-tiba terhenti saat dia melihat dua pelayan senior yang menjebaknya semalam.

Ekspresi marah langsung terlihat jelas dari wajahnya, karena ulah dari dua pelayan itu dia harus mengalami hal buruk yang sangat mengerikan di hidupnya.

“Ateera, apa yang ingin kau katakan?”

“Tunggu sebentar Mala, ada hal yang harus aku selesaikan.”

“Hm?” Mala melihat dengan bingung kepergian Ateera yang menghampiri dua pelayan di sana. “Ada urusan apa Ateera dengan kak Lani dan kak Sita,” gumamnya.

“Kalian!” Ateera memanggil dengan nyaring dua pelayan itu, hingga membuat mereka pun menoleh padanya.

Tidak ada ekspresi penyesalan dari mereka saat melihat Ateera, justru raut kepuasanlah yang tampak di sana, karena berhasil mempermainkan juniornya itu.

“Melihatmu dalam keadaan baik-baik saja, sepertinya kau berhasil keluar dari sana tanpa ketahuan,” ujar pelayan bernama Sita.

Ateera mengepalkan kedua tangannya erat, bukti kekesalan dari dalam hatinya yang sudah menggebu-gebu.

“Sebenarnya apa niat kalian dengan menjebakku seperti itu?” tanyanya.

“Tidak ada, kami hanya main-main saja. Karena kau pelayan baru,” jawab Lani.

“Main-main?”

“Ya, kenapa? Apa kau tidak suka? Jika tidak suka maka pergi saja. Atau, kau akan melaporkan kami pada kepala pelayan? Silakan saja, kau pikir siapa yang akan kepala pelayan percayai?”

Ateera terdiam dengan hati yang semakin dongkol. Tapi mereka benar, percuma saja melapor. Statusnya hanya sebagai pelayan baru. Orang-orang di sini pasti tidak akan percaya padanya, termasuk kepala pelayan.

“Tapi Ateera, kami masih penasaran. Bagaimana caramu keluar dengan selamat dari kamar tuan muda.”

Deg!

Kini, Ateera langsung mematung di tempatnya. Rasa kesal dan marah di dalam hatinya itu seketika berubah menjadi kecemasan. Sekarang, bagaimana dia akan menjawab.

“Ateera, jangan bilang kau ... menggoda tuan muda?”

Jederr!

Benar saja, mereka berdua pasti menyadari sesuatu.

“Hei, apa yang kau katakan,” tukas Lani yang mengelak pemikiran Sita. “Jika dia berani menggoda tuan muda, dia pasti sudah tidak ada lagi di sini. Dan lagi pula, untuk apa tuan muda tertarik padanya, sementara beliau memiliki tunangan yang cantik dan tentu saja setara dengannya,” lanjutnya.

Ateera terdiam dengan pupil mata sedikit melebar, saat ia menggaris bawahi kata tunangan yang Lani katakan. 'Jadi, itu artinya benar. jika tuan muda sudah memiliki tunangan,' batinnya.

Sementara itu, tanpa mereka sadari. Tepat di lantai dua, Valiant berdiri di dekat pagar penjaga.

Pandangannya lurus melihat pada Ateera.

Dia terus menatapnya, memperhatikan gerak-geriknya, hingga terlihat sebuah seringai yang terlukis di bibirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 6. Pelayan Pribadi

    “Kalau begitu saya permisi Tuan Muda,” ucap dokter James, dia membungkuk terlebih dulu sebelum akhirnya pamit pergi dari sana.Dan kini, hanya tersisa Valiant dan kepala pelayan Robert di sana.“Saya juga permisi Tuan Muda...”“Robert,” panggil Valiant yang berhasil menghentikan gerakan dari pria paruh baya itu."Ya, Tuan? Apa masih ada yang Anda butuhkan?” tanyanya.“Langsung saja, kau tahu tentang kejadian di malam itu, kan?”“Benar Tuan,” jawab Robert tanpa mengelak.“Itu artinya kau juga tahu gadis yang tidur denganku itu.”“Saya tahu Tuan Muda.”“Cari tahu tentang wanita itu, dan bawakan hasilnya padaku besok!”“Baik Tuan Muda.”“Dan juga, selain kau dan aku jangan ada lagi orang yang tahu tentang masalah ini termasuk mama dan Victoria.”“Sesuai perintah Anda, Tuan.”“Dan satu lagi Robert, jadikan wanita itu pelayan pribadiku.”“Maaf? Apa Anda yakin, Tuan?”“Ya, karena aku harus memastikan sesuatu,” jawab Valiant seraya kembali menunjukkan smirknya, dimana ekspresinya saat ini pe

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 5. Satu Tetes Saliva yang Manis

    Matahari bersinar begitu terik saat ini, wajar saja karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 13.05 siang. Saat ini, Ateera terlihat berada di rumah sakit. Sudah sekitar satu minggu ia tak melihat kondisi Arash dengan benar, dan sekarang ia merasa khawatir, takut-takut kondisi adiknya itu akan memburuk. Karena itu, dengan keberanian besar, ia meminta izin keluar pada kepala pelayan. Beruntungnya kepala pelayan mengizinkannya begitu saja. Dia bahkan tidak bertanya banyak hal dan hanya memberikan aturan jam pulang saja. Dia merasa bersyukur dengan itu, terlebih karena kejadian buruk yang dia alami akhir-akhir ini membuat pikirannya begitu kacau, mungkin dengan bertemu adiknya dia jadi bisa bersemangat lagi. Saat tiba di ruang perawatan Arash, Ateera pun langsung membuka pintu di sana dengan perasaan tidak sabar. “Arash.” Terlihat bocah laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun pun menoleh saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. “Kakak.”’ Dengan suara ceria, bocah laki

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 4. Jadi, Itu Benar...

    Pagi itu suasana mansion Orville tampak begitu sibuk, tak sekali dua kali para pelayan terlihat berlalu lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Termasuk Ateera yang saat ini tengah membersihkan area lantai satu.Ekspresinya begitu cemas dan gelisah. Bagaimana tidak, walaupun sudah berusaha untuk melupakan kejadian buruk yang dia alami tadi malam, tapi tetap saja itu tidak mudah.Karena secara tiba-tiba pengalaman buruk itu hinggap di kepalanya dan mengganggu aktivitasnya. Seperti sekarang, dia sama sekali tidak fokus. Terlebih dia juga takut jika akan bertemu dengan tuan mudanya itu.‘Aku harap tuan muda akan benar-benar tidak ingat dengan wajahku,’ batinnya penuh harap.“Ra ... Ateera!”Deg!Ateera tersentak, ketika suara keras itu terdengar memanggilnya.Dia lantas menoleh, dan mendapati rekan sekamarnya yang datang menghampirinya.“Kau melamun? Aku tadi memanggilmu beberapa kali tapi kau tak kunjung menjawab.”“Ah, be-benarkah? Aku tidak dengar,” jawab Ateera.“Hmm.”Saat ini At

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 3. Kau Tidak Akan Bisa Lari Dariku

    “Tidak Tuan Muda, jangan ...!”Deg!Ateera membuka matanya sekaligus, dia terdiam sesaat dengan napas yang terengah.Mimpi apa yang baru saja ia alami, mengapa terasa begitu nyata hingga sangat menakutkan.Ateera lantas menutup kedua matanya lagi seraya menarik napasnya dalam, dia ingin menenangkan diri sebentar, namun kemudian...Dadanya itu kembali berdebar keras, kala ia merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya.Kepala Ateera menyuruk, bola matanya langsung melebar sempurna saat melihat sebuah tangan kekar melingkar di sana.Dengan perasaan gelisah sekaligus takut, Ateera pun memberanikan diri untuk melihat ke samping kirinya. Rasa terkejutnya kembali, ketika seorang pria dengan tubuh telanjang terlihat olehnya dan tengah tertidur dengan begitu lelap.Kini, Ateera baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukanlah di dalam kamarnya, melainkan di kamar tuan mudanya yang dia masuki semalam."Heuk!" Ateera tersentak, dengan satu tangannya yang menutupi bibir.Sekarang dia ingat,

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 2. Bau Harum yang Memabukkan

    Ateera berdiri dengan kepala yang menunduk, seraya menautkan kedua tangannya satu sama lain.Telanan saliva yang dia lakukan, menunjukkan keadaannya yang tengah merasa begitu ketakutan.Sementara di depannya, seorang pria tampan berdiri dengan tatapannya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung menutupi Ateera, memberinya tekanan yang begitu mengintimidasi.“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam kamarku?”Suara berat itu berhasil membuat kedua bahu Ateera terangkat.“Ma-maafkan saya Tuan Muda. Sa-saya adalah pelayan baru, dan saya—““Ah, pelayan baru. Begitu rupanya,” sela pria itu. Dia lalu membungkuk sedikit, mendekatkan jarak wajahnya pada Ateera. “Kau tahu hukuman apa yang diberikan pada seseorang yang berani masuk ke sini tanpa izin?”Tubuh Ateera langsung gemetar, saat menggaris bawahi kata hukuman yang terucap dari bibir tuan muda itu.“Tolong maafkan saya Tuan, sa-saya berjanji. Saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi, sa-saya—““Heuk!”Deg!Suara itu refleks membuat ucapan A

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 1. Malam Mencekam

    “Ateera, malam ini tugasmu untuk membersihkan kamar tuan muda,” ujar salah seorang pelayan.“Sa-saya?” tanya Ateera dengan suaranya yang terdengar ragu-ragu.“Ya, kau.”“Ta-tapi, saya—““Ini perintah dari kepala pelayan, sebagai pelayan baru apa kau sudah berani menentangnya?”“Ah ti-tidak, saya akan lakukan.”“Ya, itu memang sudah tugasmu.” Pelayan senior itu hendak pergi, namun sejurus kemudian dia pun berhenti dan berbalik lagi pada Ateera. “Oh iya, ada yang harus aku beritahukan padamu.”Ateera pun mengangkat wajahnya, dan melihat pada rekan sesamanya itu.“Kau tahu, tuan muda itu terkenal dingin dan tak tersentuh. Beliau sangat tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu miliknya. Jadi perhatikan baik-baik letak barang-barangnya, jangan ada satu pun posisinya yang berubah.”“Jika kau melakukan kesalahan sedikit saja, kami tidak bertanggung jawab. Apa kau mengerti?” jelasnya.“Baik.”“Ah dan satu lagi, tuan muda akan kembali pukul 9 malam, jadi pastikan kau menyelesaikannya sebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status