Home / Romansa / Terperangkap dalam Pelukan Terlarang / Bab 5. Satu Tetes Saliva yang Manis

Share

Bab 5. Satu Tetes Saliva yang Manis

Author: Pwati
last update Last Updated: 2025-10-03 12:52:08

Matahari bersinar begitu terik saat ini, wajar saja karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 13.05 siang.

Saat ini, Ateera terlihat berada di rumah sakit.

Sudah sekitar satu minggu ia tak melihat kondisi Arash dengan benar, dan sekarang ia merasa khawatir, takut-takut kondisi adiknya itu akan memburuk.

Karena itu, dengan keberanian besar, ia meminta izin keluar pada kepala pelayan.

Beruntungnya kepala pelayan mengizinkannya begitu saja. Dia bahkan tidak bertanya banyak hal dan hanya memberikan aturan jam pulang saja.

Dia merasa bersyukur dengan itu, terlebih karena kejadian buruk yang dia alami akhir-akhir ini membuat pikirannya begitu kacau, mungkin dengan bertemu adiknya dia jadi bisa bersemangat lagi.

Saat tiba di ruang perawatan Arash, Ateera pun langsung membuka pintu di sana dengan perasaan tidak sabar.

“Arash.”

Terlihat bocah laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun pun menoleh saat mendengar seseorang yang memanggil namanya.

“Kakak.”’ Dengan suara ceria, bocah laki-laki itu pun turun dari hospital bednya dan berjalan menghampiri Ateera.

Dia memeluk kakaknya itu bahkan dengan sangat erat.

“Hei Arash apa kau boleh turun begitu saja dari tempat tidurmu?” tanya Ateera.

“Itu karena aku sangat rindu Kakak, aku pikir karena Kakak sudah lama tidak datang, Kakak sudah bosan padaku dan tidak ingin bertemu aku lagi,” ucapnya seraya menunduk.

“Hei apa yang kau katakan.” Ateera berbicara seraya menangkup wajah adiknya yang tampak murung. “Mana mungkin kakak meninggalkanmu. Kenapa kau bisa berpikir begitu?” tanyanya.

“Itu karena, aku orang yang sakit,” jawab Arash.

Ateera terdiam, dia memang tidak bisa mengelak tentang itu. Tapi dia tetap yakin, jika suatu hari nanti adiknya ini akan sembuh, dan dia ingin adiknya juga memiliki pemikiran itu.

“Arash, dengarkan kakak,” ucap Ateera, “akhir-akhir ini kakak tidak bisa menemuimu karena kakak sibuk bekerja dan itu untuk pengobatan Arash.”

“Dan juga, kakak tidak akan meninggalkanmu karena di dunia ini kita hanya berdua, hanya Arash yang kakak punya. dan kakak yakin Arash pasti sembuh. Arash juga yakin, kan? Karena kakak tahu, Arash tidak akan meninggalkan kakak.”

Arash mengangguk, dan berhasil memunculkan senyuman di bibir Ateera.

Wanita itu kembali memeluk Arash, memberikan seluruh kasih sayangnya pada adiknya itu.

“Ateera, kau datang.”

Suara yang terlontar itu berhasil memecah suasana haru antara adik dan kakak itu.

“Ah, Dokter Sean,” ucap Ateera yang lantas berdiri.

“Bisakah kita bicara setelah aku memeriksa kondisi Arash?” tanya Sean.

“Ya, tentu saja,” jawab Ateera.

Mendengar itu Sean pun tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada Arash. “Arash, bagaimana kalau kita periksa dulu keadaanmu?”

“Baik Paman Dokter.”

“Anak baik,” pujinya.

Lalu, sekitar 20 menit kemudian. Setelah pemeriksaan Arash selesai dilakukan. Kini, Ateera dan Sean tampak duduk berdua di taman rumah sakit.

Ateera hanya menunduk, sementara Sean melihat ke arah depannya.

“Dokter,” panggil Ateera kemudian yang memulai obrolan. “Saya ingin berterima kasih pada Anda, karena selama seminggu ini Anda sudah menjaga Arash dengan baik.”

“Itu sudah tugasku, karena Arash adalah pasienku.”

Ateera menggeleng. “Tetap saja, tidak ada dokter yang sebaik Anda. Anda mengurus Arash layaknya adik Anda sendiri."

"Aku tidak sebaik itu Ateera, buktinya aku belum bisa menemukan donor jantung untuk Arash, walaupun sampai sekarang aku masih tetap mengusahakannya."

“Saya tahu, Anda tidak akan menyerah begitu saja. Dan saya percaya Anda, Dokter.”

Sean terperangah dengan apa yang baru saja Ateera katakan, dia lalu tersenyum, karena rasa percaya Ateera yang begitu besar padanya, dan karena itu pula dia tidak ingin mengecewakannya.

“Oh iya, aku dengar kau sudah mendapatkan pekerjaan?” tanyanya.

“Benar, saya bekerja sebagai pelayan di mansion Orville.”

“Mansion Orville? Maksudmu, Orville yang merupakan konglomerat ternama itu?”

“Ya, benar. Apa Anda mengetahuinya, Dokter?”

“Tentu saja, siapa yang tidak kenal keluarga Orville. Keluarga Billionaire yang memiliki banyak bisnis di berbagai bidang.”

“Apa itu artinya, Anda juga mengenal tuan muda dari keluarga itu?”

Sean terdiam sesaat, setelah ia mendengar apa yang Ateera katakan.

“Ya, aku mengetahuinya. Tapi memangnya kenapa, apa kau tertarik padanya?”

“Ah, ti-tidak. Saya justru takut padanya. Hanya saja tuan muda sangat misterius, beliau juga sangat dingin, tatapannya tajam dan begitu mengerikan. Saya sungguh hanya penasaran saja Dokter, karena saya takut melakukan kesalahan saat bekerja di rumahnya,” jawab Ateera.

“Kalau begitu baiklah, aku akan memberitahumu apa yang kutahu tentang tuan muda Orville...”

Valiant Thanos Orville, pewaris tunggal di keluarga Orville. Dikenal misterius karena sifat dingin dan tak tersentuhnya.

Dia bahkan tak segan mematahkan tangan seseorang yang berani menyentuhnya, entah disengaja atau pun tidak.

Karena status konglomeratnya Valiant dijodohkan dengan wanita yang sama-sama dari keluarga terpandang, Victoria Hilton.

Namun, banyak yang mengatakan jika pertunangan di antara mereka justru terjadi karena cinta dan bukan hanya karena keuntungan dari dua keluarga.

Mereka juga disebut sebagai pasangan abad ini, karena selalu terlihat serasi dikala menghadiri acara bersama.

Namun, dibalik sempurnanya kehidupan seorang Valiant Thanos Orville, kabar buruk pun tiba-tiba beredar. Dimana Valiant dirumorkan terserang penyakit aneh yang tidak memiliki obat.

Konon, penyakit itu bukanlah sesuatu yang biasa, melainkan sebuah kutukan yang merupakan karma masa lalu dari leluhur Orville yang adalah seorang bangsawan.

Mereka dinyatakan telah bertindak semena-mena pada rakyat di bawahnya demi kekayaan dan juga status.

“Penyakit aneh?” tanya Ateera dengan kening yang berkerut setelah ia mendengar cerita dari Sean mengenai Valiant.

“Ya, tapi itu hanya sekedar rumor dan tidak ada yang bisa membuktikan kebenarannya. Buktinya, tuan muda Orville baik-baik saja sampai sekarang, kan?"

Ateera tidak menjawab, dia justru menunduk, karena teringat tentang apa yang dilihatnya malam itu.

Gerak-gerik aneh dari Valiant, dimana dia terlihat begitu kesakitan, dengan wajah yang merah padam seakan ada yang membakar tubuhnya dari dalam.

‘Jadi, apa yang kulihat di malam itu bukan karena sedang mabuk, tapi karena penyakit aneh yang tuan muda miliki,’ batinnya.

***

Sementara itu di mansion Orville, tepatnya di ruang kerja Valiant.

Pria itu terlihat duduk di sofa sambil menatap dingin seorang pria paruh baya yang juga duduk di depannya.

“Obatmu sudah tidak berfungsi lagi, Dokter James,” ujarnya.

“Ya, maksud Anda, Tuan?”

“Gejalaku tidak berhenti walaupun aku sudah meminumnya! Bahkan setelah aku menyentuh diriku sendiri, gejalanya sama sekali tidak berhenti!”

“Apa yang Anda katakan, Tuan? Itu tidak mungkin,” jawab James.

“Jadi maksudmu aku berbohong?"

"Ti-tidak, tentu saja tidak. Hanya saja, karena saya sudah menelitinya dengan sebaik mungkin rasanya kesalahan seperti ini mustahil terjadi.”

“Itu artinya kau meragukan pernyataanku, Dokter James.”

“Tidak Tuan Muda ... atau mungkin, apa tingkat keparahan penyakitnya semakin meningkat. Tadi Anda bilang gejalanya tidak mereda bahkan setelah Anda menyentuh milik Anda sendiri.”

“Ya, mungkin seperti itu,” jawab Valiant.

“Kalau begitu baiklah, saya akan meneliti lagi obat baru untuk Anda.”

“Tidak perlu.”

“Ya?”

“Karena sepertinya aku sudah menemukan obat paling mujarab yang bisa menyembuhkan penyakitku.”

“Maksud Anda, Tuan? Apa mungkin Anda berkonsultasi dengan dokter yang lain?”

“Tidak,” jawabnya seraya menggeleng pelan, dan berhasil membuat James merasa kebingungan.

“Lebih dari itu Dokter James, apakah wajar seseorang memiliki bau tubuh yang sangat harum dan juga saliva yang manis? Bau yang memabukkan dan membuat hilang akal.”

“Tuan Muda, mohon maafkan saya. Tapi sebenarnya apa yang sedang coba Anda tanyakan,” ujar dokter James yang masih merasa bingung dengan arah pembicaraan Valiant.

“Obatku,” jawabnya santai, “obat yang bisa meredakan penyakitku hanya dengan satu tetes salivanya yang manis.” Lanjutnya dengan seringaian di bibirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 6. Pelayan Pribadi

    “Kalau begitu saya permisi Tuan Muda,” ucap dokter James, dia membungkuk terlebih dulu sebelum akhirnya pamit pergi dari sana.Dan kini, hanya tersisa Valiant dan kepala pelayan Robert di sana.“Saya juga permisi Tuan Muda...”“Robert,” panggil Valiant yang berhasil menghentikan gerakan dari pria paruh baya itu."Ya, Tuan? Apa masih ada yang Anda butuhkan?” tanyanya.“Langsung saja, kau tahu tentang kejadian di malam itu, kan?”“Benar Tuan,” jawab Robert tanpa mengelak.“Itu artinya kau juga tahu gadis yang tidur denganku itu.”“Saya tahu Tuan Muda.”“Cari tahu tentang wanita itu, dan bawakan hasilnya padaku besok!”“Baik Tuan Muda.”“Dan juga, selain kau dan aku jangan ada lagi orang yang tahu tentang masalah ini termasuk mama dan Victoria.”“Sesuai perintah Anda, Tuan.”“Dan satu lagi Robert, jadikan wanita itu pelayan pribadiku.”“Maaf? Apa Anda yakin, Tuan?”“Ya, karena aku harus memastikan sesuatu,” jawab Valiant seraya kembali menunjukkan smirknya, dimana ekspresinya saat ini pe

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 5. Satu Tetes Saliva yang Manis

    Matahari bersinar begitu terik saat ini, wajar saja karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 13.05 siang. Saat ini, Ateera terlihat berada di rumah sakit. Sudah sekitar satu minggu ia tak melihat kondisi Arash dengan benar, dan sekarang ia merasa khawatir, takut-takut kondisi adiknya itu akan memburuk. Karena itu, dengan keberanian besar, ia meminta izin keluar pada kepala pelayan. Beruntungnya kepala pelayan mengizinkannya begitu saja. Dia bahkan tidak bertanya banyak hal dan hanya memberikan aturan jam pulang saja. Dia merasa bersyukur dengan itu, terlebih karena kejadian buruk yang dia alami akhir-akhir ini membuat pikirannya begitu kacau, mungkin dengan bertemu adiknya dia jadi bisa bersemangat lagi. Saat tiba di ruang perawatan Arash, Ateera pun langsung membuka pintu di sana dengan perasaan tidak sabar. “Arash.” Terlihat bocah laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun pun menoleh saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. “Kakak.”’ Dengan suara ceria, bocah laki

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 4. Jadi, Itu Benar...

    Pagi itu suasana mansion Orville tampak begitu sibuk, tak sekali dua kali para pelayan terlihat berlalu lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Termasuk Ateera yang saat ini tengah membersihkan area lantai satu.Ekspresinya begitu cemas dan gelisah. Bagaimana tidak, walaupun sudah berusaha untuk melupakan kejadian buruk yang dia alami tadi malam, tapi tetap saja itu tidak mudah.Karena secara tiba-tiba pengalaman buruk itu hinggap di kepalanya dan mengganggu aktivitasnya. Seperti sekarang, dia sama sekali tidak fokus. Terlebih dia juga takut jika akan bertemu dengan tuan mudanya itu.‘Aku harap tuan muda akan benar-benar tidak ingat dengan wajahku,’ batinnya penuh harap.“Ra ... Ateera!”Deg!Ateera tersentak, ketika suara keras itu terdengar memanggilnya.Dia lantas menoleh, dan mendapati rekan sekamarnya yang datang menghampirinya.“Kau melamun? Aku tadi memanggilmu beberapa kali tapi kau tak kunjung menjawab.”“Ah, be-benarkah? Aku tidak dengar,” jawab Ateera.“Hmm.”Saat ini At

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 3. Kau Tidak Akan Bisa Lari Dariku

    “Tidak Tuan Muda, jangan ...!”Deg!Ateera membuka matanya sekaligus, dia terdiam sesaat dengan napas yang terengah.Mimpi apa yang baru saja ia alami, mengapa terasa begitu nyata hingga sangat menakutkan.Ateera lantas menutup kedua matanya lagi seraya menarik napasnya dalam, dia ingin menenangkan diri sebentar, namun kemudian...Dadanya itu kembali berdebar keras, kala ia merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya.Kepala Ateera menyuruk, bola matanya langsung melebar sempurna saat melihat sebuah tangan kekar melingkar di sana.Dengan perasaan gelisah sekaligus takut, Ateera pun memberanikan diri untuk melihat ke samping kirinya. Rasa terkejutnya kembali, ketika seorang pria dengan tubuh telanjang terlihat olehnya dan tengah tertidur dengan begitu lelap.Kini, Ateera baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukanlah di dalam kamarnya, melainkan di kamar tuan mudanya yang dia masuki semalam."Heuk!" Ateera tersentak, dengan satu tangannya yang menutupi bibir.Sekarang dia ingat,

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 2. Bau Harum yang Memabukkan

    Ateera berdiri dengan kepala yang menunduk, seraya menautkan kedua tangannya satu sama lain.Telanan saliva yang dia lakukan, menunjukkan keadaannya yang tengah merasa begitu ketakutan.Sementara di depannya, seorang pria tampan berdiri dengan tatapannya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung menutupi Ateera, memberinya tekanan yang begitu mengintimidasi.“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam kamarku?”Suara berat itu berhasil membuat kedua bahu Ateera terangkat.“Ma-maafkan saya Tuan Muda. Sa-saya adalah pelayan baru, dan saya—““Ah, pelayan baru. Begitu rupanya,” sela pria itu. Dia lalu membungkuk sedikit, mendekatkan jarak wajahnya pada Ateera. “Kau tahu hukuman apa yang diberikan pada seseorang yang berani masuk ke sini tanpa izin?”Tubuh Ateera langsung gemetar, saat menggaris bawahi kata hukuman yang terucap dari bibir tuan muda itu.“Tolong maafkan saya Tuan, sa-saya berjanji. Saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi, sa-saya—““Heuk!”Deg!Suara itu refleks membuat ucapan A

  • Terperangkap dalam Pelukan Terlarang   Bab 1. Malam Mencekam

    “Ateera, malam ini tugasmu untuk membersihkan kamar tuan muda,” ujar salah seorang pelayan.“Sa-saya?” tanya Ateera dengan suaranya yang terdengar ragu-ragu.“Ya, kau.”“Ta-tapi, saya—““Ini perintah dari kepala pelayan, sebagai pelayan baru apa kau sudah berani menentangnya?”“Ah ti-tidak, saya akan lakukan.”“Ya, itu memang sudah tugasmu.” Pelayan senior itu hendak pergi, namun sejurus kemudian dia pun berhenti dan berbalik lagi pada Ateera. “Oh iya, ada yang harus aku beritahukan padamu.”Ateera pun mengangkat wajahnya, dan melihat pada rekan sesamanya itu.“Kau tahu, tuan muda itu terkenal dingin dan tak tersentuh. Beliau sangat tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu miliknya. Jadi perhatikan baik-baik letak barang-barangnya, jangan ada satu pun posisinya yang berubah.”“Jika kau melakukan kesalahan sedikit saja, kami tidak bertanggung jawab. Apa kau mengerti?” jelasnya.“Baik.”“Ah dan satu lagi, tuan muda akan kembali pukul 9 malam, jadi pastikan kau menyelesaikannya sebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status