LOGIN“Kalau begitu saya permisi Tuan Muda,” ucap dokter James, dia membungkuk terlebih dulu sebelum akhirnya pamit pergi dari sana.
Dan kini, hanya tersisa Valiant dan kepala pelayan Robert di sana. “Saya juga permisi Tuan Muda...” “Robert,” panggil Valiant yang berhasil menghentikan gerakan dari pria paruh baya itu. "Ya, Tuan? Apa masih ada yang Anda butuhkan?” tanyanya. “Langsung saja, kau tahu tentang kejadian di malam itu, kan?” “Benar Tuan,” jawab Robert tanpa mengelak. “Itu artinya kau juga tahu gadis yang tidur denganku itu.” “Saya tahu Tuan Muda.” “Cari tahu tentang wanita itu, dan bawakan hasilnya padaku besok!” “Baik Tuan Muda.” “Dan juga, selain kau dan aku jangan ada lagi orang yang tahu tentang masalah ini termasuk mama dan Victoria.” “Sesuai perintah Anda, Tuan.” “Dan satu lagi Robert, jadikan wanita itu pelayan pribadiku.” “Maaf? Apa Anda yakin, Tuan?” “Ya, karena aku harus memastikan sesuatu,” jawab Valiant seraya kembali menunjukkan smirknya, dimana ekspresinya saat ini penuh dengan rencana licik. “Sesuai perintah Anda, Tuan.” Terlihat Robert yang kemudian membungkuk dan berjalan pergi dari sana. Meninggalkan Valiant yang kini hanya tersisa sendirian. “Kau akan menjadi milikku wanita, apa pun yang terjadi,” ucapnya. *** Sementara itu di luar mansion, Ateera baru saja sampai di sana dan tengah berjalan masuk ke dalam. Niatnya, dia ingin langsung pergi ke kamarnya dan membersihkan diri. Tapi, suara seseorang yang memanggil namanya itu berhasil menghentikan langkah kakinya. “Ateera.” Wanita itu pun menoleh, dia tersenyum saat melihat jika Mala-lah yang memanggilnya. “Ra, kau sudah pulang? Bagaimana keadaan adikmu?” tanyanya. “Adikku baik-baik saja.” “Syukurlah, aku senang mendengarnya,” ucap Mala, “ah iya, aku hampir lupa, tadi kepala pelayan mencarimu. Katanya jika kau sudah pulang, kau disuruh untuk menghadapnya.” “Aku? Tapi kenapa?” “Entahlah, lebih baik cepat ke ruangannya.” Ateera pun mengangguk, walaupun ekspresi wajahnya saat ini penuh dengan keraguan. Lalu, dengan langkah pelannya Ateera pun pergi ke ruangan kepala pelayan. Di kepalanya penuh dengan pertanyaan, mengenai alasan kepala pelayan memanggilnya. “Apakah aku sudah melakukan kesalahan? Atau apa waktu kembaliku terlambat dari yang ditentukan? Tapi aku sampai 20 menit lebih awal, seharusnya tidak ada masalah. Lalu, apa alasannya?” Saat sibuk dengan pikirannya sendiri, tak terasa kini Ateera sudah sampai di depan ruangan kepala pelayan. Saat melihat pintu berwarna cokelat di depannya, entah kenapa Ateera seperti merasakan situasi yang sama dengan sebelumnya dan dadanya juga semakin berdebar keras. Namun kemudian dengan keberanian penuh, Ateera pun akhirnya mengetuk pintu di depannya itu. Toktok. “Masuk!” Tubuh Ateera menegang, saat sahutan itu terdengar dari dalam. Dia lalu membuka pintu dan terpaksa masuk ke dalam. “Anda memanggil saya, Kepala Pelayan?” ujarnya yang berdiri tepat di depan meja kerja Robert. “Ya, ada yang ingin aku katakan padamu.” “Apa saya sudah melakukan kesalahan?” “Tidak, tapi aku ingin memberitahukan jika mulai besok kau akan ditugaskan menjadi pelayan pribadi tuan muda.” “Apa?” Bagaikan tersambar petir yang dahsyat, informasi yang baru saja dia terima itu benar-benar membuat Ateera tidak bisa berkata-kata selain merasakan keterkejutan. “Apa ucapanku kurang jelas?” “Ti-tidak, ta-tapi Kepala Pelayan. Sa-saya ini kan pelayan baru, bagaimana saya bisa menjadi pelayan pribadi tuan muda. Saya pasti akan melakukan banyak kesalahan.” “Keputusan tidak bisa diubah, itu artinya kau harus tetap menjalankan tugasmu. Pembicaraanku selesai, kau boleh pergi!” ucap Robert. Tanpa bisa membantah, Ateera pun hanya bisa membungkuk dan berbalik pergi dari sana. Dia keluar dari ruangan kepala pelayan dengan perasaannya yang semakin gelisah. Kembali, kepala dan hatinya itu dipenuhi banyak pertanyaan yang tidak bisa dia ketahui jawabannya. “Kenapa tuan muda memintaku menjadi pelayan pribadinya. Bukankah dia tidak suka disentuh orang lain, dan juga bukankah dia membenci kamarnya dimasuki oleh sembarang orang. Tapi kenapa....?” “Tunggu...” Ateera terdiam sesaat. “Apakah mungkin, dia mengingatku? Apa mungkin dia menyadari jika aku yang tidur dengannya di malam itu?” Ateera menutup mulutnya sendiri, dia merasa shock dengan apa yang baru saja dirinya pikirkan. Karena kemungkinan besar itulah yang terjadi. “Apa yang harus aku lakukan jika itu benar terjadi, apakah aku akan dihukum?” pikirnya. Ateera merasa begitu panik saat ini, dia juga merasa bingung. Kepala dan hatinya terus berkecamuk hingga membuatnya tidak fokus pada jalanan yang saat ini dia lewati. Hingga membuatnya tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya. "Ahh." Ateera meringis, saat dirinya terjatuh dengan cukup keras ke lantai. Pandangannya itu lalu berhenti, melihat pada higheels berwarna hitam di depannya. Perlahan, dia pun mendongak, untuk mencari tahu siapa orang yang sudah ditabraknya itu. Seorang wanita cantik, yang menatapnya dengan tatapan dingin dan begitu angkuh.“Kalau begitu saya permisi Tuan Muda,” ucap dokter James, dia membungkuk terlebih dulu sebelum akhirnya pamit pergi dari sana.Dan kini, hanya tersisa Valiant dan kepala pelayan Robert di sana.“Saya juga permisi Tuan Muda...”“Robert,” panggil Valiant yang berhasil menghentikan gerakan dari pria paruh baya itu."Ya, Tuan? Apa masih ada yang Anda butuhkan?” tanyanya.“Langsung saja, kau tahu tentang kejadian di malam itu, kan?”“Benar Tuan,” jawab Robert tanpa mengelak.“Itu artinya kau juga tahu gadis yang tidur denganku itu.”“Saya tahu Tuan Muda.”“Cari tahu tentang wanita itu, dan bawakan hasilnya padaku besok!”“Baik Tuan Muda.”“Dan juga, selain kau dan aku jangan ada lagi orang yang tahu tentang masalah ini termasuk mama dan Victoria.”“Sesuai perintah Anda, Tuan.”“Dan satu lagi Robert, jadikan wanita itu pelayan pribadiku.”“Maaf? Apa Anda yakin, Tuan?”“Ya, karena aku harus memastikan sesuatu,” jawab Valiant seraya kembali menunjukkan smirknya, dimana ekspresinya saat ini pe
Matahari bersinar begitu terik saat ini, wajar saja karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 13.05 siang. Saat ini, Ateera terlihat berada di rumah sakit. Sudah sekitar satu minggu ia tak melihat kondisi Arash dengan benar, dan sekarang ia merasa khawatir, takut-takut kondisi adiknya itu akan memburuk. Karena itu, dengan keberanian besar, ia meminta izin keluar pada kepala pelayan. Beruntungnya kepala pelayan mengizinkannya begitu saja. Dia bahkan tidak bertanya banyak hal dan hanya memberikan aturan jam pulang saja. Dia merasa bersyukur dengan itu, terlebih karena kejadian buruk yang dia alami akhir-akhir ini membuat pikirannya begitu kacau, mungkin dengan bertemu adiknya dia jadi bisa bersemangat lagi. Saat tiba di ruang perawatan Arash, Ateera pun langsung membuka pintu di sana dengan perasaan tidak sabar. “Arash.” Terlihat bocah laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun pun menoleh saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. “Kakak.”’ Dengan suara ceria, bocah laki
Pagi itu suasana mansion Orville tampak begitu sibuk, tak sekali dua kali para pelayan terlihat berlalu lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Termasuk Ateera yang saat ini tengah membersihkan area lantai satu.Ekspresinya begitu cemas dan gelisah. Bagaimana tidak, walaupun sudah berusaha untuk melupakan kejadian buruk yang dia alami tadi malam, tapi tetap saja itu tidak mudah.Karena secara tiba-tiba pengalaman buruk itu hinggap di kepalanya dan mengganggu aktivitasnya. Seperti sekarang, dia sama sekali tidak fokus. Terlebih dia juga takut jika akan bertemu dengan tuan mudanya itu.‘Aku harap tuan muda akan benar-benar tidak ingat dengan wajahku,’ batinnya penuh harap.“Ra ... Ateera!”Deg!Ateera tersentak, ketika suara keras itu terdengar memanggilnya.Dia lantas menoleh, dan mendapati rekan sekamarnya yang datang menghampirinya.“Kau melamun? Aku tadi memanggilmu beberapa kali tapi kau tak kunjung menjawab.”“Ah, be-benarkah? Aku tidak dengar,” jawab Ateera.“Hmm.”Saat ini At
“Tidak Tuan Muda, jangan ...!”Deg!Ateera membuka matanya sekaligus, dia terdiam sesaat dengan napas yang terengah.Mimpi apa yang baru saja ia alami, mengapa terasa begitu nyata hingga sangat menakutkan.Ateera lantas menutup kedua matanya lagi seraya menarik napasnya dalam, dia ingin menenangkan diri sebentar, namun kemudian...Dadanya itu kembali berdebar keras, kala ia merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya.Kepala Ateera menyuruk, bola matanya langsung melebar sempurna saat melihat sebuah tangan kekar melingkar di sana.Dengan perasaan gelisah sekaligus takut, Ateera pun memberanikan diri untuk melihat ke samping kirinya. Rasa terkejutnya kembali, ketika seorang pria dengan tubuh telanjang terlihat olehnya dan tengah tertidur dengan begitu lelap.Kini, Ateera baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukanlah di dalam kamarnya, melainkan di kamar tuan mudanya yang dia masuki semalam."Heuk!" Ateera tersentak, dengan satu tangannya yang menutupi bibir.Sekarang dia ingat,
Ateera berdiri dengan kepala yang menunduk, seraya menautkan kedua tangannya satu sama lain.Telanan saliva yang dia lakukan, menunjukkan keadaannya yang tengah merasa begitu ketakutan.Sementara di depannya, seorang pria tampan berdiri dengan tatapannya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung menutupi Ateera, memberinya tekanan yang begitu mengintimidasi.“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam kamarku?”Suara berat itu berhasil membuat kedua bahu Ateera terangkat.“Ma-maafkan saya Tuan Muda. Sa-saya adalah pelayan baru, dan saya—““Ah, pelayan baru. Begitu rupanya,” sela pria itu. Dia lalu membungkuk sedikit, mendekatkan jarak wajahnya pada Ateera. “Kau tahu hukuman apa yang diberikan pada seseorang yang berani masuk ke sini tanpa izin?”Tubuh Ateera langsung gemetar, saat menggaris bawahi kata hukuman yang terucap dari bibir tuan muda itu.“Tolong maafkan saya Tuan, sa-saya berjanji. Saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi, sa-saya—““Heuk!”Deg!Suara itu refleks membuat ucapan A
“Ateera, malam ini tugasmu untuk membersihkan kamar tuan muda,” ujar salah seorang pelayan.“Sa-saya?” tanya Ateera dengan suaranya yang terdengar ragu-ragu.“Ya, kau.”“Ta-tapi, saya—““Ini perintah dari kepala pelayan, sebagai pelayan baru apa kau sudah berani menentangnya?”“Ah ti-tidak, saya akan lakukan.”“Ya, itu memang sudah tugasmu.” Pelayan senior itu hendak pergi, namun sejurus kemudian dia pun berhenti dan berbalik lagi pada Ateera. “Oh iya, ada yang harus aku beritahukan padamu.”Ateera pun mengangkat wajahnya, dan melihat pada rekan sesamanya itu.“Kau tahu, tuan muda itu terkenal dingin dan tak tersentuh. Beliau sangat tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu miliknya. Jadi perhatikan baik-baik letak barang-barangnya, jangan ada satu pun posisinya yang berubah.”“Jika kau melakukan kesalahan sedikit saja, kami tidak bertanggung jawab. Apa kau mengerti?” jelasnya.“Baik.”“Ah dan satu lagi, tuan muda akan kembali pukul 9 malam, jadi pastikan kau menyelesaikannya sebe







