Seperti biasa di meja makan selalu saja berisik, karena Lisbeth menasehati Lucas putra satu-satunya, yang tidak senang kalau di kenalkan dengan seorang wanita.
Yang selalu di cuekin Lucas, tanpa memberikan tanggapan dengan tawaran Ibunya tersebut."Nyonya, ada tamu!" sahut Agus kepala pelayan mereka."Siapa?" tanya Lisbeth heran."Nyonya Dina dengan putrinya!" sahut Agus."Oh, bagus! bertepatan sekali, suruh masuk ke ruang makan, biar ikut makan malam juga!" sahut Lisbeth."Baik Nyonya!"Dua orang wanita memasuki ruang makan.Dina adalah sepupu jauh Ibunya Lucas, selalu datang dengan putrinya berkunjung.Tentu saja dengan niat tertentu, ingin mendekatkan putrinya dengan Lucas.Ke dua tamu itu tampak tersenyum lebar saat memasuki ruang makan."Aduh, sepupuku...sepertinya kami datang tidak pada waktunya ya!" sahut Dina dengan nada suara yang merasa bersalah."Tidak apa-apa, mari sini duduk, kebetulan kamu datang pas makan malam, Ayo mari bergabung makan!" sahut Lisbeth."Wah, sepertinya sangat lezat sekali!" sahut Dina tersenyum senang, "Hai, kak Piter!" Dina menyapa Ayah Lucas yang diam saja menikmati makan malamnya."Kalian sudah datang, duduklah, makan bersama!" sahut Piter."Baik kak!" jawab Dina dengan senang.Wanita itu mengerling pada putrinya, memberi kode pada putrinya itu agar berbuat sesuatu.Miranda langsung mengerti apa yang di maksud Ibunya tersebut."Hai Tante, Paman!" sahutnya dengan suara yang begitu lembut."Iya, duduklah, mari makan!" jawab Lisbeth memandang keponakannya tersebut.Miranda mengambil tempat duduk di dekat Lucas, sementara Dina duduk dekat dengan Adelia, adik Lucas."Bi, tambah piring lagi!" sahut Lisbeth."Baik Nyonya!"Lucas cuek saja tidak memperdulikan Tantenya itu, pria itu terus saja menikmati makan malamnya.Dia tahu maksud tujuan Tantenya tersebut datang bersama Miranda, tentu saja mencoba mendekatkan dirinya kepada putrinya itu.Bibi Koki datang membawa dua piring untuk Dina dan Miranda."Ma, aku sudah selesai makan, aku mau keluar, malam ini aku akan tidur di villa, jangan menungguku!" sahut Lucas mengelap bibirnya dengan tissue."Eh, Lucas...kenapa cepat sekali makannya, Tante dan Miranda baru saja datang!" Dina jadi kalang kabut melihat Lucas sudah selesai makan."Iya kak, kita belum mengobrol!" ujar Miranda dengan sedih, memandang Lucas yang bangkit dari duduknya."Mengobrol Lah dengan Adelia!" jawab Lucas datar, lalu berbalik pergi dari ruang makan."Jangan terlalu banyak minum Lucas, tidak baik untuk kesehatan mu!" sahut Lisbeth sebelum Lucas melangkah keluar dari pintu ruang makan."Hmm!" itu saja jawaban Lucas.Pria itu kemudian masuk ke dalam mobilnya.Tidak berapa lama Lucas sampai di sebuah club malam tempat biasa temannya nongkrong.Lucas memasuki ruang VIP, dan tampaklah di dalam sudah ada beberapa pria di temani wanita cantik menempel dengan manja pada mereka."Yo, siapa ini yang datang, Lucas si Bos sibuk, akhirnya muncul juga dia!" sahut salah satu dari antara pria yang ada di dalam ruang VIP tersebut.Lucas tidak memperdulikan perkataan pria itu, dia melangkah ke sofa yang masih kosong."Apa kamu perlu hiburan? biar aku panggil yang paling cantik dan pandai menghibur!" sahut pria lain yang sedang di peluk seorang wanita."Tidak perlu!" sahut Lucas datar."Oh, Ayolah Lucas, jangan jual mahal begitu!" sahut yang lain."Bukankah kamu sudah memuaskan ku kemarin malam, menyediakan seorang gadis muda ke kamar hotel ku!" sahut Lucas dingin."Kapan? perasaanku, aku belum pernah memberikan seorang gadis padamu, oh...ternyata kamu ingin gadis yang muda ya, baiklah! itu bisa di atur, aku punya teman yang bisa mencarikan apa yang kamu inginkan!" sahut teman Lucas tersebut, lalu menyesap anggurnya sambil tersenyum."Bukankah gadis itu, kamu yang memberikannya padaku?" tanya Lucas menegakkan tubuhnya memandang temannya itu.Matanya terlihat tajam memandang temannya, Lucas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan temannya barusan."Kapan? bukan aku!" jawab temannya sambil angkat bahu.Belum pernah memberikan? jadi gadis itu siapa yang memasukkan nya ke kamarnya malam itu?Tiba-tiba Lucas mengingat apa yang dikatakan gadis itu, pada malam itu sambil menangis memohon untuk melepaskannya.Astaga!Dia telah memperkosa seorang gadis.Sial! maki Lucas marah.Dia bukan pria bajingan, yang maniak berhubungan intim.Sial! sial! sial!Lucas mengacak-acak rambutnya.Dengan cepat Lucas bangkit dari duduknya, lalu pergi dari sana.Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa