Share

Terpikat Mayor Ajudan Bapak
Terpikat Mayor Ajudan Bapak
Author: Nyemoetdz Kim

01

Author: Nyemoetdz Kim
last update Last Updated: 2025-02-15 02:00:20

"Bukankah lusa ayahmu dilantik? Apa kau sudah bersiap untuk pindah ke istana kenegaraan?" tanya salah satu perempuan yang sedang berkumpul, sambil menikmati santapan yang mereka pesan.

Ada 5 perempuan dan salah satunya ada Sekarwangi Anindita, seseorang yang hidupnya akan berubah karena pelantikan ayahnya.

"Aku sedang tidak ingin membahas itu. Kita di sini untuk bersenang-senang. Oh ya, ke mana kita setelah ini?" Sekar mengalihkan pembahasan tentang ayahnya, karena itu hanya akan membuatnya kesal.

"Aku sudah membeli tiket Bioskop untuk kita berlima dan waktunya kurang 10 menit lagi, bisakah kita masuk sekarang," jawab salah satu dari mereka yang baru bergabung.

"Ya sudah, sebaiknya kita cepat masuk," sahutnya.

Mereka kemudian berjalan masuk. Mereka selalu beramai-ramai untuk pergi. Apalagi setelah masa kampanye, Sekar bisa keluar dengan para teman-temannya setelah pusing dengan skripsi yang sedang dia kerjakan. Melupakan tugasnya sejenak, Sekar hanya ingi menikmati waktunya sekarang. Sudah banyak aturan yang dia baca menjadi seorang anak Presiden, dan itu sudah cukup untuk membuatnya pusing.

"Akh ... kalau jalan hati-hati," gerutu Sekar saat seseorang menabraknya.

"Anda tidak apa-apa?" tanya seorang pria lain, pria itu membantu Sekar agar tidak sampai terjatuh.

"Kau itu kalau jalan punya mata. Mentang-mentang anak calon presiden saja kau anggap toilet ini milikmu," ketus pria itu sambil menatap tidak terima ke arah Sekar dan pria yang membantunya.

"Jaga bicara Anda. Tidak bisakah Anda bicara lebih sopan?" Pria yang membantu Sekar itu coba berjalan satu langkah di depannya dan bicara pada pria yang lebih tua darinya.

"Apa urusanmu. Ini mulutku, aku berhak bicara apapun saat aku mau. Dan kau putri Presiden baru, jangan merasa dirimu ini penting. Katakan pada ayahmu itu, didik putrinya dengan baik sebelum menjadi pemimpin." Pria itu sungguh keterlaluan. Dia bicara dengan keras, namun pria itu tidak bisa mendekati Sekar karena pria yang membantunya, sedang berdiri di depannya.

"Sebaiknya Anda pergi sebelum penjaga datang." 20 menit film dimulai, Sekar berjalan ke kamar mandi, dia tidak sengaja menyenggol seseorang sampai kopi yang dia pegang mengenai pakaian yang dikenakan.

Sekar sudah meminta maaf, tapi pria itu bersikap kasar hingga mendorong tubuhnya hampir terjatuh jika tidak langsung dipegangi oleh Wira Cahyadi, pria yang membantunya.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Wira dengan suara yang langsung menggetarkan hati Sekar.

Mata Sekar langsung menatap ke arah Wira yang menanyakan kondisinya. Dia seakan terhipnotis dengan suara berat pria tampan di hadapannya.

"A-aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantu," sahut Sekar gugup saat menjawabnya.

"Lebih saat Anda pergi, ajak Ajudan bersama Anda, akan berbahaya untuk Anda sendiri saat mereka yang tidak menyukai Anda akan berbuat sesuka hati mereka," jelas Wira.

"Bagaimana Anda tau tentang—"

"Siapa yang tidak mengenal Putri Presiden, sebaiknya Anda segera masuk dan pulang setelah acara Anda selesai," ucap Wira saat wanita dengan rambut berponi itu menatapnya tak berkedip. Entah kenapa jantungnya berdegub kencang saat menatap pria tampan dengan kulit putih bersih dan suara berat itu dihadapannya.

"Jaga diri Anda. Segera hubungi Ajudan saat Anda merasa tidak aman," jelas Wira sebelum dia memilih pergi.

"Tu-nggu!!" Namun, panggilannya percuma karena pria itu berjalan pergi. Sekar segera mengikuti, tapi pria itu berjalan lebih cepat. Dia menatap ke sekitar, tapi tidak melihat siapapun di sana.

"Padahal aku ingin tau siapa namanya," gerutu Sekar. Dia mengutuk kebodohannya, bagaimana dia bisa melupakan nama pria tadi.

Sekar terpesona pada pria yang membantunya, pria itu begitu mempesona, belum lagi wangi tubuhnya membuat nyaman siapapun yang ada di sampingnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   30.

    "Lihat saja dulu. Nanti Mas bisa menyimpulkan sendiri, kenapa aku bersikap seperti tadi. Jika aku tidak sungguh-sungguh padamu, untuk apa aku membuang waktu untuk memikirkan Mas yang tidak membalas perasaanku."Sekar memberikan ponsel miliknya pada Wira. Dia tidak mungkin mengatakan saat ada Panji ataupun Rini. Bukan tidak percaya pada mereka, hanya saja pasti dia semakin tidak bisa bergerak karena penjagaan ketat dari ayahnya.Wira ingin ikut ke rumah dinas daripada memilih untuk pulang. Sesampainya di rumah, Sekar segera ke kamar. Mood nya buruk karena ucapan Wira, memang tidak salah, tapi terdengar memaksakan saja.Dalam ruang kerja yang juga banyak berbagai buku di ruangan itu, Wira duduk di sofa panjang dan coba mengecek ponsel Sekar. Dia coba melihat dari panggilan masuk. Begitu banyak panggilan tidak dijawab di sana, padahal Sekar sudah mengaktifkan mode blokir untuk penelepon spam, tapi tetap saja ada yang menghubunginya. B

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   29.

    "Mbak yakin dengan jawaban itu?" Sekar menatap serius atas pernyataan Rini."Kita berangkat sekarang?" Wira yang sudah terlihat rapi dan tampan menghampiri mereka dan langsung mendapatkan tatapan tajam."Apa yang kalian lihat? Kenapa menatap sampai seperti itu?" tanya Wira bingung."Tunggu, Mbak. Aku ulangi, siapa target laki-laki yang Mbak sukai?" Sekar mengulangi pertanyaan di hadapan Wira yang tidak mengerti topik pembahasan mereka."Dia. Sejak pertama kali bertemu, dia sudah membuatku jatuh hati." Sekar menatap seseorang yang Rini maksudkan."Kenapa Mas tidak mengelak. Apa kalian sudah menjalin hubungan?""Belum. Dia belum membalas perasaanku, tapi jahatnya dia selalu memberiku perhatian." Rini kembali yang menjawab rasa penasaran Sekar, akan hubungan yang sedang mereka jalani."Sebenarnya apa yang sedang kalian bahas? Tidak bisakah kita berangkat dulu.""Mas Panji ...

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   28.

    "Lantas jika bukan, lalu siapa dia?" Sekar balas bertanya atas pertanyaan yang Wira lontarkan."Dia ini hanya teman lama, dia memiliki suami yang semalam menyeretku dalam perkelahian bodoh itu. Apa kamu pikir dia kekasihku? Kenapa sikapmu seperti menghindariku sejak kemarin. Di Mall kemarin itu kamu kan? Dia memang bersamaku, tapi dia juga bersama suaminya. Kita teman akrab, tidak ada hubungan lebih.""Lalu kenapa Mas menjelaskan ini semua. Memangnya siapa aku? Mau dia pacar Mas atau bukan, itu terserah Mas."Mereka berdua bicara di dalam mobil, membiarkan yang lain menunggu setelah wanita yang bersama Wira pergi. Sekar tidak mau di ajak masuk, itu sebabnya mereka bicara di mobil."Aku hanya ingin menjelaskan saja. Apa salahnya? Aku pikir kamu menghindariku beberapa hari ini. Maaf jika aku bersikap salah padamu."Sekar diam, dia salah paham pada Wira karena gosip bohong itu. "Tanyakan apa yang ingin kamu tau dariku, jangan hanya diam ketika kamu ingin mengenalku lebih jauh. Bagaimana

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   27.

    "Aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku juga tidak berbohong. Besok, aku tidak bisa datang. Bisakah aku cek laporan itu dari rumah?" Sekar tetaplah sama, tidak terbuka dengan perasaanya.Melihat Wira keluar rumah dinas, Sekar menghentikan pembahasan mereka. Dia pikir Wira sudah pulang, nyatanya dia masih di rumah."Masuklah, Ibu sudah siapkan makan malam. Di sini juga dingin," tutur Wira pada mereka berdua."Aku tidak lapar, tadi sudah makan sebelum ke sini," jawab Lastri."Temani dia makan, sejak semalam dia tidak makan. Ibu juga sudah siapkan," sahut Wira.Sekar diam, memainkan kakinya tanpa ingin menatap pria yang ada di hadapannya. Dia masih meyakini jika wanita itu memang kekasih Wira. "Dia sungguh tampan dari jarak dekat, daripada di foto." Lastri berbisik ketika Wira meninggalkan mereka dan berharap masuk."Sebaiknya kita masuk sebelum terkena omelan lagi." Mereka berdua masuk dan segera duduk di meja makan, terlihat dari t

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   26.

    "Apa masih dingin? Ada selimut kecil di laci itu, ambil dan pakai." Mereka meninggalkan Mall dengan Sekar yang banyak diam. Tidak ingin bertanya siapa wanita itu atau apapun."Tidak. Aku baik-baik saja.""Oh ya, apa seseorang yanvg mengajakmu tidak mengantarkanmu pulang. Atau kamu memang pergi sendiri?" tanya Wira dengan mata yang fokus jalanan yang padat merayap."Apa Mas Panji tidak mengatakan apapun?" Tatapanya datar, seakan tak ingin menjawab pertanyaan Wira."Hanya bilang menjemputmu saja, dan kebetulan aku di sini, jadi ya ..." ucapannya menggantung. Wira sendiri tidak menjelaskan siapa wanita tadi.Suasana mobil kembali sunyi. Sekar hanya fokus menatap jalanan kota, hujan masih turun walau tidak begitu lebat. Saat mobil berhenti karena lampu merah, Sekar dibuat terkejut ketika Wira tiba-tiba mengambilkan selimut yang dia katakan tadi. Otomatis tubuhnya condong ke arah Sekar. Sejenak dia menahan nafas sampai Wira memberikan selimut

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   25.

    Sekar terbangun setelah beberapa jam tidur, itu juga karena dia tidak bisa nyenyak tidur. "Mau ke mana, Mbak?" tanya Mbok Nanik saat melihat akan pergi."Apa Mas Panji hari ini datang, Mbok?""Aku tadi melihatnya, tapi dia bilang mau keluar sebentar, setelah melihat Mbak Sekar tidur. Apa mau keluar?" tanyanya lagi."Iya, mau beli sesuatu di depan sebentar.""Jangan pergi sendiri, tunggu Mas Panji saja. Dia bilang hanya sebentar kok." Mbok Nanik menghentikan langkah Sekar agar tidak pergi sendiri."Aku juga hanya sebentar, di dekat sini saja. Tidak akan lama. Nanti aku akan minta jemput Mas Panji, jadi tenang saja." Sekar bersikeras untuk pergi sendiri, tidak ingin menunggi Panji seperti permintaaan Mbok Nanik.Mempercayai ucapan Sekar, Mbok Nanik membiarkan pergi. Karena weekend, hanya beberapa yang berjaga di kediaman Presiden. Dia berjalan ke gerbang yang sedikit jauh dari rumah, tapi dia menikmatinya. Walau mendung, dia tetap ingin pergi. Rasa bosan menguasai dirinya, dia pergi seo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status