Share

08.

Penulis: Nyemoetdz Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 10:42:13

"Biarkan dulu. Sekali saja ya?" Sekar coba berdiri dan berpose di hadapan kamera orang yang minta foto dirinya.

"Terima kasih, Mbak, senang bisa bertemu dengan Anda."

"Sama-sama." Senyum manisnya begitu ramah, dia tidak mau jika dengan bersikap dingin akan membuat reputasi ayahnya akan memburuk. Padahal dia ingin menikmati waktu tanpa diganggu sekedar meminta foto bersama.

Hidupnya harus diatur, dia tidak bisa melakukan hal sesuka hati apalagi sampai melukai perasaaan rakyat. Dia mau saja meski tidak ingin diganggu karena sedang menikmati makan.

"Sebaiknya kita cepat pulang," ujar Panji setelah menutup sambungan teleponnya. Seperti ada yang penting harus dilakukan.

"Pasti Ayah marah lagi. Ya sudah, kita pulang sekarang." Wajahnya sendu mengingat jika waktu yang dijalani sekarang tidak sama seperti keinginan dia sendiri.

Walaupun masih ingin berkumpul bersama mereka, Sekar tetap harus pulang. Sesampainya di rumah tampak sedang ada beberapa orang di sana. Ada juga Wira yang sedang bercanda dengan beberapa staf. Senyum manisnya itu membuat candu, dia begitu tampan di mata Sekar.

"Malam, Ayah, maaf Sekar—"

"Tidak apa-apa, ayo duduk di sini, kita makan malam bersama." Sekar pikir ayahnya akan marah karena dia baru sampai rumah pukul 8 malam. Ternyata mereka harus cepat pulang karena ada acara makan bersama.

Mata Sekar melirik ke arah Wira yang tak sengaja juga menatapnya. Mereka saling menatap sampai seseorang menghalangi pandangan mereka.

"Tidak, Sekar masih kenyang. Sebaiknya Sekar ke kamar," ujarnya yang langsung berjalan meninggalkan ayahnya.

"Mau ke mana? Makan dulu, sayang." Sekar berpapasan dengan ibunya yang baru bergabung, namun dia tetap menolak. Dia hanya ingin ke kamarnya dan merebahkan tubuh.

Di kamar setelah membersihkan tubuhnya, Sekar duduk di meja belajarnya. Dia kembali menggambar, kali ini dia menggambar di Ipad kesayangannya. Seorang pria tampan dengan senyum manis yang menjadi khayalan sekarang.

Suara ketukan pintu dan tak lama seseorang membuka pintu kamarnya pelan setelah mendengar Sekar memintanya masuk. "Kenapa membawa makanan ke sini, Mbok. Aku sudah makan sebelum pulang, aku masih kenyang. Bawa kembali saja," tutur Sekar.

"Kata Mas Panji, Mbak tadi hanya makan sedikit karena salah pesan. Ibu sedang mengerjakan laporan bersama asistennya, jadi Mbok yang membawanya ke sini. Makan dan segera istirahat," ujar Mbok Nanik, namun Sekar tetap tidak mau.

"Siapa yang Mbak gambar kali ini? Apa itu Mas Wira?" Mbok Nanik sudah berdiri di samping Sekar menatap gambar setengah jadi itu.

"Apa terlihat sama? Oh ya, Mbok, apa Mas Wira sudah pulang?" tanya Sekar mengalihkan obrolan. Jam menunjukan pukul 10 malam, tapi dia belum merasa mengantuk.

"Mas Wira masih ada. Mau Mbok bantu untuk menemuinya?"

"Tidak, hanya bertanya saja," jawab Sekar.

Wira menjadi objeknya sekarang. Dalam imajinasi dia menggambar pria tampan yang

"Mbok pikir beberapa hari ini Mbak terus menatapnya. Kenapa tidak mengajaknya bicara saja. Mas Wira sedang bercanda dengan yang lain, kesempatan untuk mendekatinya, Mbak." Mbok Nanik mendukung saja jika Sekar memang menyukai Wira. Apalagi pria yang menjadi fokus Sekar begitu tampan.

"Nyaliku menciut Mbok, saat berhadapan dengannya. Kira-kira dia sudah memiliki pacar apa belum ya?" tanya Sekar.

"Besok biar Mbok mencarikan informasi. Kenapa tidak tanyakan Mas Panji saja, katanya mereka itu kenal sebelumnya. Pernah berada di divisi yang sama," jawab Mbok Nanik.

"Tidak ah, nanti malah diejek sama Mas Panji. Aku malu, tapi juga penasaran, apa pria setampan Mas Wira sudah memiliki pendamping atau belum."

"Semoga saja belum, Mbak. Nanti biar Mbok bantu mencari informasi yang akurat, tenang saja. Sekarang sebaiknya Mbak makan biar Ibu tidak khawatir. Kalau tidak mau, minum habis susunya."

Sekar memilih minum segelas susu, dia sedang tidak nafsu untuk makan, itu sebabnya dia tidak mau makan malam bersama yang lain.

"Kalau memang dia masih lajang, bukankah itu kesempatan untukku." Senyumnya merekah ketika dia mengingat wajah tampan Wira, pria yang dia temui pertama kali di Mall waktu itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   30.

    "Lihat saja dulu. Nanti Mas bisa menyimpulkan sendiri, kenapa aku bersikap seperti tadi. Jika aku tidak sungguh-sungguh padamu, untuk apa aku membuang waktu untuk memikirkan Mas yang tidak membalas perasaanku."Sekar memberikan ponsel miliknya pada Wira. Dia tidak mungkin mengatakan saat ada Panji ataupun Rini. Bukan tidak percaya pada mereka, hanya saja pasti dia semakin tidak bisa bergerak karena penjagaan ketat dari ayahnya.Wira ingin ikut ke rumah dinas daripada memilih untuk pulang. Sesampainya di rumah, Sekar segera ke kamar. Mood nya buruk karena ucapan Wira, memang tidak salah, tapi terdengar memaksakan saja.Dalam ruang kerja yang juga banyak berbagai buku di ruangan itu, Wira duduk di sofa panjang dan coba mengecek ponsel Sekar. Dia coba melihat dari panggilan masuk. Begitu banyak panggilan tidak dijawab di sana, padahal Sekar sudah mengaktifkan mode blokir untuk penelepon spam, tapi tetap saja ada yang menghubunginya. B

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   29.

    "Mbak yakin dengan jawaban itu?" Sekar menatap serius atas pernyataan Rini."Kita berangkat sekarang?" Wira yang sudah terlihat rapi dan tampan menghampiri mereka dan langsung mendapatkan tatapan tajam."Apa yang kalian lihat? Kenapa menatap sampai seperti itu?" tanya Wira bingung."Tunggu, Mbak. Aku ulangi, siapa target laki-laki yang Mbak sukai?" Sekar mengulangi pertanyaan di hadapan Wira yang tidak mengerti topik pembahasan mereka."Dia. Sejak pertama kali bertemu, dia sudah membuatku jatuh hati." Sekar menatap seseorang yang Rini maksudkan."Kenapa Mas tidak mengelak. Apa kalian sudah menjalin hubungan?""Belum. Dia belum membalas perasaanku, tapi jahatnya dia selalu memberiku perhatian." Rini kembali yang menjawab rasa penasaran Sekar, akan hubungan yang sedang mereka jalani."Sebenarnya apa yang sedang kalian bahas? Tidak bisakah kita berangkat dulu.""Mas Panji ...

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   28.

    "Lantas jika bukan, lalu siapa dia?" Sekar balas bertanya atas pertanyaan yang Wira lontarkan."Dia ini hanya teman lama, dia memiliki suami yang semalam menyeretku dalam perkelahian bodoh itu. Apa kamu pikir dia kekasihku? Kenapa sikapmu seperti menghindariku sejak kemarin. Di Mall kemarin itu kamu kan? Dia memang bersamaku, tapi dia juga bersama suaminya. Kita teman akrab, tidak ada hubungan lebih.""Lalu kenapa Mas menjelaskan ini semua. Memangnya siapa aku? Mau dia pacar Mas atau bukan, itu terserah Mas."Mereka berdua bicara di dalam mobil, membiarkan yang lain menunggu setelah wanita yang bersama Wira pergi. Sekar tidak mau di ajak masuk, itu sebabnya mereka bicara di mobil."Aku hanya ingin menjelaskan saja. Apa salahnya? Aku pikir kamu menghindariku beberapa hari ini. Maaf jika aku bersikap salah padamu."Sekar diam, dia salah paham pada Wira karena gosip bohong itu. "Tanyakan apa yang ingin kamu tau dariku, jangan hanya diam ketika kamu ingin mengenalku lebih jauh. Bagaimana

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   27.

    "Aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku juga tidak berbohong. Besok, aku tidak bisa datang. Bisakah aku cek laporan itu dari rumah?" Sekar tetaplah sama, tidak terbuka dengan perasaanya.Melihat Wira keluar rumah dinas, Sekar menghentikan pembahasan mereka. Dia pikir Wira sudah pulang, nyatanya dia masih di rumah."Masuklah, Ibu sudah siapkan makan malam. Di sini juga dingin," tutur Wira pada mereka berdua."Aku tidak lapar, tadi sudah makan sebelum ke sini," jawab Lastri."Temani dia makan, sejak semalam dia tidak makan. Ibu juga sudah siapkan," sahut Wira.Sekar diam, memainkan kakinya tanpa ingin menatap pria yang ada di hadapannya. Dia masih meyakini jika wanita itu memang kekasih Wira. "Dia sungguh tampan dari jarak dekat, daripada di foto." Lastri berbisik ketika Wira meninggalkan mereka dan berharap masuk."Sebaiknya kita masuk sebelum terkena omelan lagi." Mereka berdua masuk dan segera duduk di meja makan, terlihat dari t

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   26.

    "Apa masih dingin? Ada selimut kecil di laci itu, ambil dan pakai." Mereka meninggalkan Mall dengan Sekar yang banyak diam. Tidak ingin bertanya siapa wanita itu atau apapun."Tidak. Aku baik-baik saja.""Oh ya, apa seseorang yanvg mengajakmu tidak mengantarkanmu pulang. Atau kamu memang pergi sendiri?" tanya Wira dengan mata yang fokus jalanan yang padat merayap."Apa Mas Panji tidak mengatakan apapun?" Tatapanya datar, seakan tak ingin menjawab pertanyaan Wira."Hanya bilang menjemputmu saja, dan kebetulan aku di sini, jadi ya ..." ucapannya menggantung. Wira sendiri tidak menjelaskan siapa wanita tadi.Suasana mobil kembali sunyi. Sekar hanya fokus menatap jalanan kota, hujan masih turun walau tidak begitu lebat. Saat mobil berhenti karena lampu merah, Sekar dibuat terkejut ketika Wira tiba-tiba mengambilkan selimut yang dia katakan tadi. Otomatis tubuhnya condong ke arah Sekar. Sejenak dia menahan nafas sampai Wira memberikan selimut

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   25.

    Sekar terbangun setelah beberapa jam tidur, itu juga karena dia tidak bisa nyenyak tidur. "Mau ke mana, Mbak?" tanya Mbok Nanik saat melihat akan pergi."Apa Mas Panji hari ini datang, Mbok?""Aku tadi melihatnya, tapi dia bilang mau keluar sebentar, setelah melihat Mbak Sekar tidur. Apa mau keluar?" tanyanya lagi."Iya, mau beli sesuatu di depan sebentar.""Jangan pergi sendiri, tunggu Mas Panji saja. Dia bilang hanya sebentar kok." Mbok Nanik menghentikan langkah Sekar agar tidak pergi sendiri."Aku juga hanya sebentar, di dekat sini saja. Tidak akan lama. Nanti aku akan minta jemput Mas Panji, jadi tenang saja." Sekar bersikeras untuk pergi sendiri, tidak ingin menunggi Panji seperti permintaaan Mbok Nanik.Mempercayai ucapan Sekar, Mbok Nanik membiarkan pergi. Karena weekend, hanya beberapa yang berjaga di kediaman Presiden. Dia berjalan ke gerbang yang sedikit jauh dari rumah, tapi dia menikmatinya. Walau mendung, dia tetap ingin pergi. Rasa bosan menguasai dirinya, dia pergi seo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status