Share

40.

Penulis: Nyemoetdz Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 11:00:48

Hari senin menjadi hari sibuk setelah 2 hari weekend, seperti seseorang yang memaksa untuk keluar rumah sakit, padahal baru juga tubuhnya enakan sehari kemarin, sekarang pria tampan itu sudah terlihat bersiap untuk berangkat bekerja.

Sesampainya di rumah dinas Adi, dia langsung menemui Adi untuk membahas agenda hari ini. Saat baru keluar ruang kerja, tatapan tajam mengarah pada dirinya yang hanya tersenyum manis tanpa rasa bersalah. Wajahnya saja masih pucat, dia bahkan mengenakan masker, tetap saja dia ada di rumah sekarang.

"Loh, Mayor, apa sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan salah satu rekannya membuat fokusnya beralih pada lawan bicara yang ada di hadapanya.

"Jauh lebih baik. Apa kamu sudah menyiapkan yang Bapak butuhkan?"

Sekar diam mematung di tempat yang sama dengan menatap tajam. "Apa sudah siap? Mana bekalnya, biar aku bawa ke mobil. Sekar, kenapa malah melamun."

"Mau ke mana memangnya?" tanya Sekar deng
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   41.

    Sekar baru menyelesaikan gambarnya, dan duduk bersandar merasakan punggungnya yang terasa pegal karena banyak duduk. Dia meluapkan kekesalannya dengan melukis setelah bertemu dengan Panji dan Wira tadi siang. Panji malah menggodanya, dihadapan Wira."Mbak Sekar, makan dulu, Ibu memanggil.""Iya, Mbok,"  jawabnya. Dia memang bersiap untuk keluar kamar. Kebetulan Mbok Nanik menghampirinya.Sekar kemudian berjalan mengikuti Mbok Nanik ke ruang makan. Saat baru duduk, dia mendengar suara gelak tawa di depan rumah."Ada apa di luar, Bu?" tanya Sekar pada ibunya yang sedang menikmati makan malam."Mereka sedang bermain bola. Katanya mau sewa tempat futsal, tapi ayahmu ingin ikut. Jadi mereka bermain bola di sana. Mau makan apa? Biar Ibu ambilkan.""Aku haus sekali." Adi duduk di meja makan dengan keringat membasahi tubuh dan nafas yang memburu."Apa Mas Wira ikut juga, Yah?" tanya Sekar.

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   40.

    Hari senin menjadi hari sibuk setelah 2 hari weekend, seperti seseorang yang memaksa untuk keluar rumah sakit, padahal baru juga tubuhnya enakan sehari kemarin, sekarang pria tampan itu sudah terlihat bersiap untuk berangkat bekerja.Sesampainya di rumah dinas Adi, dia langsung menemui Adi untuk membahas agenda hari ini. Saat baru keluar ruang kerja, tatapan tajam mengarah pada dirinya yang hanya tersenyum manis tanpa rasa bersalah. Wajahnya saja masih pucat, dia bahkan mengenakan masker, tetap saja dia ada di rumah sekarang."Loh, Mayor, apa sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan salah satu rekannya membuat fokusnya beralih pada lawan bicara yang ada di hadapanya."Jauh lebih baik. Apa kamu sudah menyiapkan yang Bapak butuhkan?"Sekar diam mematung di tempat yang sama dengan menatap tajam. "Apa sudah siap? Mana bekalnya, biar aku bawa ke mobil. Sekar, kenapa malah melamun.""Mau ke mana memangnya?" tanya Sekar deng

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   39.

    "Ada apa sayang?" Mata Wira sejak bangun dari tidur panjang menatap Sekar yang duduk di sampingnya."Tinggalkan saja jika kamu ada urusan," tutur Wira."Kenapa Mas terkesan mengusirku. Apa ada yang akan datang saat aku Mas usir?" Lirikan tajam Sekar membuat Wira tersenyum."Memang siapa yang akan datang. Tidak ada yang akan datang, memangnya aku punya keluarga di sini. Aku sebatang kara di sini, dan tidak ingin adikku datang ke sini.""Mulut ini bicara asal. Lalu apa aku bukan keluarga. Ah ... benar juga pasti Mas mengharapkan wanita yang ada digalerimu, ya kan?" Goda Sekar. Sepertinya Wira merasa malu ketika merepotkan Sekar untuk menemaninya. Apalagi sejak pagi Sekar sudah mengurusnya dengan baik. Bahkan tidak ada kata jijik atau risih, dia memang wanita baik."Foto wanita di galeriku?" Raut bingung Wira tunjukkan. Dia tidak ingat tentang ada foto di galeriku."Ya, kalian bahkan duduk berdua tanpa

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   38

    Walau terdengar lirih, tapi Wira membalas ucapan Sekar. Setelah sambungan telepon dimatikan, dia tersenyum bahagia. Sangking bahagianya, dia sampai melompat diatas tempat tidurnya. Akhirnya Wira membalas perasaanya.Dia akan tidak bisa tidur karena terus memikirkan ucapan Wira. Entah sengaja atau tidak, tapi Sekar tidak peduli. Dia merasa senang, saat Wira juga mencintainya."Sebaiknya kamu tidur Sekar, besok kamu harus terlihat cantik karena akan bertemu kekasihmu. Ahh ... bahagianya diriku malam ini." Sekar kembali berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut, tidak sabar bertemu dengan Wira besok.***Sorenya, Sekar sudah menunggu di depan rumah dengan dress putih selutut dan rambut terurai, poni tipis dengan riasan yang tidak mencolok, dia terlihat cantik.Senyumnya mengembang ketika mobil dinas ayahnya berhenti. Dia pikir akan melihat Wira karena sebelum Adi atau Sophia keluar, pasti Wira yang keluar lebih d

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   37

    Sekar masih menangisi gelang pemberian Wira yang putus. Panji sampai bingung harus memperbaikinya. "Kamu itu hanya gelang yang bisa dibeli lagi ditangisi, ingat kondisimu kemarin. Aku kecolongan lagi karena anak kurang ajar itu. Ingin sekali aku menyeratnya ke aspal dan membant*ng tubuhnya.""Kalau Mas tidak ikhlas memperbaikinya jangan, kenapa Mas menggerutu padaku," jawabnya kesal pada Panji yang coba memperbaiki gelang itu.Panji menghentikan kegiatannya dan menatap tajam ke arah Sekar. "Ah ... ya, acara Ayah kan live." Sekar mengalihkan dengan menyalakan TV di hadapannya.Pas sekali, Adi sedang memberikan sambutan di hadapan para tamu undangan. Namun, fokus Sekar bukan pada ayahnya, melainkan pada seseorang yang berdiri di belakang Adi. Wajahnya tertutup masker, tidak biasanya dia mengenakan masker."Sudah selesai. Ini coba pakai." Panji memberikan gelang yang selesai dia perbaiki."Terima kasih, Mas. Oh ya, kapan Ayah pulang, Mas?" tanya Sekar."Lusa, weekend mereka sampai, kenap

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   36.

    Wira baru akan makan siang saat teleponya berdering. Padahal dia juga terlambat untuk makan siang karena belum sempat."Ada apa? Aku—""Lepaskan aku! Apalagi yang kau mau dariku! Akh ... Zaki, sakit!!" Teriak Sekar membuat Wira yang mulanya duduk langsung beranjak sampai teman yang duduk dengannya menatap terkejut."Bisa pinjam ponselmu dan hubungi Panji." Wira meminta salah satu teman Paspampres menghubungi Panji, bagaimana Sekar dibiarkan bertemu dengan Zaki."Kau di mana? Apa kau melupakan tugasmu? Ha!" Bentakan Wira membuat mereka yang ada di sana menatap terkejut. Dia yang awalnya terlihat santai, sekarang tatapanya terlihat serius."Kenapa berteriak. Ada apa?" tanya Panji dari balik sambungan telepon."Cari Mbak Sekarwangi sekarang. Sepertinya Zaki menemuinya. Jaga dengan baik, jangan teledor!" Wira bicara dengan nada tinggi karena dia merasa khawatir. Dia tidak mungkin pergi mencari Sekar, karena jarak mereka jauh.Dengan telepon yang masih terhubung, Panji terdengar mencari Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status