"Akh!" Rintihan lirih Wira terdengar ketika merasakan telapak tangannya terluka karena jatuh dari motor. Pergelangan tangannya baret panjang dengan siku ikut terluka, tubuhnya terhenti ke sisi jalan dengan motor yang menindihnya. Body motor milik pengawal rumah dinas Adi juga mengalami baret tanpa kerusakan lebih.
Kecelakaan tunggal itu terjadi ketika Wira menghindari seekor kucing melintas, karena kurang fokus, dia oleng dan jatuh karena kecepatan tinggi. Untung dia masih mengenakan sepatu dan celana dinasnya, luka tidak begitu banyak meski lututnya terasa perih di dalam celana panjangnya.Jalanan sepi, dia berusaha bangun sendiri dan mendorong motor ke sisi jalan tanpa siapapun yang membantu. Dia melepaskan helm dan bersandar di sisi pembatas jembatan. Untung dia tidak terpental, mungkin saja kalau terpental Wira masuk ke jalan kereta apa yang ada dibawa jalan raya.Bukan ketenangan yang terjadi, dia malah celaka meski tidak terluka parah"Aku hanya butuh penjelasan. Hanya itu!" tegas Sekar dengan nada tinggi bicara pada suaminya."Aku butuh waktu Sekar, hanya butuh waktu!" Wira menatap tegas ke arah Sekar yang sudah berlinang air mata berdiri dihadapanya."Waktu untuk apa? Jelaskan padaku!"Wira tidak ingin dengan emosinya melampiaskan pada Sekar. Dia memilih keluar dengan barang yang dia butuhkan. Tak ingin peduli panggilan Sekar dari dalam kamar."Ada apa, Mas?" Mbok Nanik yang mendengar teriakan Sekar berpapasan Wira yang akan keluar rumah."Jaga Sekar, jangan biarkan dia pergi ke mana-mana. Tenangkan dia." Setelah mengatakanya, Wira melanjutkan langkahnya keluar rumah.Mereka belum bisa menyelesaikan masalah mereka berdua. Sekar tidak mengejarnya, dia hanya menangis akan apa yang sudah dia dengar. Dengan mudahnya dia bilang lelah ketika Wira hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya."Yang tenang, Mbak, ingat yang
"Akh!" Rintihan lirih Wira terdengar ketika merasakan telapak tangannya terluka karena jatuh dari motor. Pergelangan tangannya baret panjang dengan siku ikut terluka, tubuhnya terhenti ke sisi jalan dengan motor yang menindihnya. Body motor milik pengawal rumah dinas Adi juga mengalami baret tanpa kerusakan lebih.Kecelakaan tunggal itu terjadi ketika Wira menghindari seekor kucing melintas, karena kurang fokus, dia oleng dan jatuh karena kecepatan tinggi. Untung dia masih mengenakan sepatu dan celana dinasnya, luka tidak begitu banyak meski lututnya terasa perih di dalam celana panjangnya.Jalanan sepi, dia berusaha bangun sendiri dan mendorong motor ke sisi jalan tanpa siapapun yang membantu. Dia melepaskan helm dan bersandar di sisi pembatas jembatan. Untung dia tidak terpental, mungkin saja kalau terpental Wira masuk ke jalan kereta apa yang ada dibawa jalan raya.Bukan ketenangan yang terjadi, dia malah celaka meski tidak terluka parah
Bukan kelegaan yang Wira rasakan setelah memastikan seseorang yang dia pikir ibunya terbukti. Dia malah terus memikirkan itu sepanjang perjalanan pulang. Bagaimana ibunya bisa hidup bahagia saat 2 putranya dia tinggalkan."Harusnya kau temui saja dia," ucap Teman Wira."Untuk apa? Dia saja tidak mau denganku. Aku hanya ingin membuktikan apa yang aku pikirkan. Terima kasih kau sudah banyak membantuku." Apa yang dikatakan tidak sejalan dengan apa yang dirasakan. Sejak usia Gala 3 tahun, dia sudah ditinggalkan, itu artinya 17 tahun yang lalu ibu Wira meninggalkan mereka.Namun, lebih dari 17 tahun Wira tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Mungkin dia memiliki orang tua, tapi dia seperti tidak memiliki orang tua. Dering telepon mengalihkan pikiranya akan sang ibu. Dia menatap layar ponsel tertulis di sana Cintaku itu artinya Sekar. Sejak tadi istrinya coba menghubungi tapi tidak dia jawab."Mas di mana?" tany
"Mas—" Wira malah diam tanpa memberi jawaban atas apa yang Sekar katakan."Ya, aku pulang. Kalau begitu tutup teleponya." Wira tidak bisa membohongi Sekar dan memilih pulang.Dalam perjalanan pulang dia menghubungi Gala untuk tidak jadi pergi karena Sekar memintanya pulang. Mungkin belum waktunya dia menemukan kebenaran akan keluarganya.Dengan perasaan yang campur aduk, Wira masuk ke dalam rumah. Dia bersikap tidak terjadi apapun dan mendengarkan apa yang Sekar mau. Bukan apa-apa, hanya memeluk tubuh suaminya saja, dan mengajaknya bicara. Padahal ada hal yang lebih penting. Masalahnya Wira tidak menceritakan, kalau saja bilang dengan jujur mungkin Sekar mengiyakan."Mas tidak kembali ke Batalyon?" Setelah beberapa saat di rumah dan menemani suaminya makan, Sekar berbaring di pangkuan Wira yang duduk menatap layar TV."Tidak. Aku akan menemanimu. Mau ke kamar sekarang? Aku akan membantumu.""Tidak ap
"Mas, ada apa? Bangunlah! Mas!" Panggilan Sekar membuat Wira yang tidur sambil berteriak membuka mata dengan nafas memburu."Ada apa, Mas?" tanya Sekar yang duduk sambil menatap Wira.Tanpa menjawab, Wira bangun dan memeluk erat tubuh istrinya. Nafasnya masih memburu tanpa mengatakan apapun. Sekar yang khawatir membalas pelukan Wira dengan mengusap pelan punggung suaminya. Keringat membanjiri tubuhnya, tapi tidak peduli akan itu Sekar masih memeluknya."Maaf, aku bermimpi buruk. Seseorang mengejarku sampai akhirnya dia berhasil mencekik ku.""Minumlah dulu." Sekar menyodorkan air minum untuk suaminya. Dia tampak seperti orang yang baru berlari bermil-mil jauhnya."Beberapa hari ini Mas terus bermimpi buruk, ada apa sebenarnya? Apa ada beban pikiran yang Mas tidak katakan padaku? Ceritakan saja Mas jika itu menganggu dirimu." Wira hanya menggeleng pelan. Dia kembali membawa Sekar dalam pelukanya.Sete
— Flashback —Seorang anak laki-laki berusia 19 tahun sedang menggendong adiknya keluar rumah agar tangis sang adik berhenti, namun tidak. Sepanjang jalan adiknya terus menangis dalam gendongannya. Terpaut usia 14 tahun, tidak membuat anak laki-laki itu lantas malu memilik adik, apalagi dia harus merawat adiknya ketika kedua orang tuanya sibuk bekerja.Hidupnya sendiri sudah berat dan jarang mendapatkan kasih sayang, sekarang di usianya 18 tahun, dia harus merawat adiknya yang baru 5 tahun. Tubuhnya sangat lelah, namun dia tetap coba membujuk adiknya agar tidak menangis lagi. Sejak pagi sang adik sudah menyusahkan neneknya.Dia, Wira Cahyadi, peserta Taruna Akmil yang sedang menjalani pendidikanya untuk menjadi Perwira. Dia mendapatkan ini karena kemapuannya, selain tampan, dia juga pintar. Itu sebabnya dia berhasil masuk dengan sekali tes, dan beasiswa yang dia dapat."Mas, mau ibu ..." rengek anak kecil yang ada di gendonganya.