Share

81 🩷

Author: Nyemoetdz Kim
last update Last Updated: 2025-10-04 10:23:18

"Lain kali berikan aku saja, Mbok, hal seperti ini." Wira mengambil secarik kertas itu dan membacanya.

'Hidupmu begitu nyaman, hingga lupa akan kehancuranmu.'

Sekar hanya menatap suaminya yang tampak tenang. Dia meremas kertas itu dan mengajak Sekar berangkat dengan menggengam tangan istrinya ke mobil. Dia sungguh tidak menunjukan sikapnya tidak terima ataupun bertanya. Hanya diam dengan tenang di mobil, fokus mengemudi. Satu tangan sesekali menggengam tangan Sekar.

"Ada apa? Kenapa banyak diam? Terasa tidak nyaman? Kita pulang saja ya?" tanya Wira sambil mengusap perut buncit istrinya.

"Mas tidak menanyakan tentang surat itu?"

"Untuk apa? Aku tau siapa pelakunya, tidak perlu dipikirkan. Lagian bukan hanya itu yang dia lakukan, tapi dia terus terang di media sosialnya, ketika dia tidak terima dirimu menjadi miliku. Sudahlah, sebaiknya kita nikmati waktu kita tanpa memikirkan hal yang tidak penting. Aku hanya ingin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   90 🩷

    Wira dan Sekar sampai di Jakarta, keesokan harinya Wira juga sudah mulai melakukan aktivitas setelah dari rumah sakit mengecek luka di kakinya yang terlihat bagus, tidak ada infeksi. Walau kaki yang masih terkilir tetap menggunakan perban elastis, dia tetap ingin bekerja."Mas Dwi, bisa minta bantu pindahkan beberapa lukisan ku ini ke mobil dan membawanya ke rumah dinas Mas Wira?""Baik, Mbak."Sekar tidak bisa hanya diam, karena rasa mual dan muntahnya sudah berkurang, dia bisa melakukan aktivitas meski harus jauh hati-hati dengan perut yang kian besar.Ada beberapa lukisan yang akan dia jual, dan ada yang akan dia pamerkan gratis di salah satu tempat dengan tema Cinta Butuh Effort. Dia membuat lukisan itu sebelum hamil, dan rencananya akan dia pamerkan bulan ini, sayangnya tertunda karena hamil dan Wira melarang untuk melakukan kegiatan yang melelahkan."Mau jadi di pindahkan?" tanya Sophia pada putrinya.

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   89 🩷

    "Bukannya Mas pernah bilang ingin mengajakku babymoon, kita liburan di sini saja, kaki Gunung Sumbing, besok juga Gala harus kembali ke Asrama.""Akan melelahkan dengan kondisi perutmu itu," sahut Wira."Ayolah, Mas, ya?" Sekar menatap suaminya dengan wajah melas, berharap dituruti apa yang menjadi kemauanya."Kita pergi ke Mangli Sky View saja, Mas, di sana bisa melihat matahari terbit dan terbenam. Ada penginapanya juga," sahut Gala."Apa tidak pendakian?" tanya Sekar."Tidak, Mbak. Jalanbya juga bagus kok," jawab Gala."Ayo, Mas, Denta juga sedang libur kan. Kita kencan ganda lagi. Ayolah, Mas," bujuk Sekar. Diusia kehamilanya memang aman untuk perjalanan, namun Wira takut istrinya akan kelelahan, apalagi cuacanya akan sangat dingin."Baiklah, besok pagi kita pulang dan langsung ke Semarang setelahnya pulang ke Jakarta naik pesawat.""Terima kasih, Mas." Sekar memeluk t

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   88 🩷

    "Tidak perlu malu-malu, masuk sini," ajak Sekar pada wanita yang Gala ajak ke rumahnya."Mas, tidak bisakah senyum sedikit. Dia akan takut jika kamu memasang wajah seperti itu," bisik Sekar ketika sang suami malah diam sambil menatap ke arah gadis yang Gala ajak pulang."Namanya Denta, Mbak," sahut Gala."Oh, iya, sini Denta masuk." Sekar menyambut dengan sopan gadis yang datang bersama adik iparnya. Dia memang mudah akrab dengan orang lain, maka tak sulit untuk Sekar.Denta kemudian duduk di samping Sekar yang mengajaknya bicara. Terlihat Wira sekilas menatap gadis itu setelah menyalaminya. Pria dingin seperti Wira, jarang untuk bicara apalagi pada orang yang baru dia kenal."Kita makan malam di luar, aku ambil kunci dulu." Wira beranjak perlahan untuk mengambil apa yang dia mau."Kan baru juga sampai, Mas," gerutu Gala pada kakaknya."Siapa suruh tidak menjawab panggilan dariku. Sudah

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   87 🩷

    "Lama tidak pulang ternyata sudah isi saja. Kenapa tidak bilang dulu kalau mau pulang." Suara wanita tua tetangga rumah Wira itu terlihat bahagia melihat Sekar datang. Apalagi Sekar pulang dalam kondisi hamil besar. "Nanti kalau ngomong dulu jadi tidak kejutan loh Bude. Bagaimana kabarnya? Bude terlihat semakin sehat sekarang." Membiarkan istrinya di tetangganya, di rumah Wira coba membersihkan dalam rumah. Meski beberapa hari sekali Bude akan membersihkan. "Eh ... ngomong-ngomong apa kamu sudah bertemu mertuamu?" tanya Bude Paini. "Maksudnya ibu mertua?" "Iya, beberapa waktu lalu datang ke sini, tapi tidak lama. Entah apa yang dia cari, dia hanya mampir sebentar dan menanyakan Gala di mana setelah pergi. Dia datang bersama anak dan suaminya. Jadi selama ini dia bekerja di luar negeri setelah memiliki anak gadis yang dia tinggalkan untuk mencari uang di sana. Apa suamimu sudah bertemu denganya?" "Mas Wira sudah bertemu, tapi aku belum. Biarkan saja Bude, setidaknya Mas Wira bai

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   86 🩷

    "Doakan aku diberi kemalangan dan segera mati seperti keinginan Ibu."Seperti tidak terima putranya mencapai keberhasilan, Triana dibuat diam dengan ucapan putra sulungnya. Begitu bencinya sampai dia lupa jika Wira juga yang membuat Gala bisa berhasil sampai detik ini. Berjuang demi mendapatkan pencapaian.Tidak ingin peduli lagi, Wira berjalan masuk. Gala yang melihat itu segera menghampiri kakaknya dan membantu berjalan. Sedikitpun tidak ada rasa iba ketika melihat Wira terluka, dia malah berharap putranya mati."Siapa yang datang, Nak?" tanya Adi."Bukan siapa-siapa, Pak, saya permisi ke kamar." Tidak ada obrolan lagi, setelah menunduk sopan, Wira berjalan ke kamar. Merebahkan tubuh di samping Sekar yang sedang berbalas pesan di atas tempat tidur."Ada apa, Mas?" Wira memeluk erat dengan posisi berbaring. Dengan erat Wira memeluk sambil menyembunyikan wajahnya pada tubuh Sekar."Jangan menyalahkan

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   85 🩷

    Acara mitoni atau 7 bulanan berjalan dengan lancar. Meski dengan kaki yang sedang sakit, Wira menjalani setiap prosesnya sampai akhir. Tidak banyak yang datang karena memang hanya keluarga inti saja."Istirahatlah, Nak, kakimu akan semakin sakit nanti." Sophia menghampiri Wira dengan Kopi yang dibuat untuk suami dan menantu kesayanganya."Terima kasih, Bu.""Untukku tidak ada, Bu? Aku juga putrimu. Lihatlah Mbah Putri juga ikut-ikutan sekarang." Sekar melirik ke arah neneknya sedang menyodorkan kue yang dia bawa untuk Wira bahkan dia suapi."Jangan cerewet saja, kamu itu dibantu mengurus suami kok malah cerewet sekali. Jangan malas jalan, biar nanti lancar pas lahiran, ambil di meja dapur ada kue ini. Ambilkan adikmu juga." Meski dengan kesal, Sekar tetap berjalan ke dapur untuk mengambil beberapa potong kue menamani obrolan mereka di malam itu.Acara memang sudah selesai, tinggal keluarga Sekar yang ada di rumah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status