Gadis bertubuh mungil terus melangkah mundur dengan perlahan. Berusaha menjauh dari bahaya yang kini telah mengakibatkan raut wajahnya kentara memperlihatkan ketakutan mendalam. Kepalanya mengeleng, jari tangannya saling meremas dan detak jantungnya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya.
Dia harus kabur secepatnya mungkin, sebelum kehancuran menimpanya. Akan tetapi bagaimana mau kabur di pergerakannya saja tidak bebas dan terus diamati oleh Pria berseragam dokter yang menatapnya dengan seringai mesum. Ditambah keadaan pintu sudah terkunci rapat membuat harapannya musnah seketika.
"Kau tidak bisa kemana-mana lagi gadis kecil.." Seolah dapat membaca pikirannya Pria dihadapannya menyeringai nakal menatap penuh gairah pada tubuh menggiurkan dihadapannya.
"Ti tii tiiidddaaakkk..!!" Gadis mungil sudah tak bisa berbuat apapun lagi. Berharap selamat pun sudah tak mungkin lagi. Mengingat di mana ia berada adalah di dalam sebuah gudang rumah sakit yang jarang dilalui atau didatangi oleh orang-orang, karena letaknya jauh di bagian belakang bagunan sehingga menyebabkan ruangan tempatnya kini berada merupakan ruangan terbengkalai.
Sampai seberapa keraspun suara teriakan yang dihasilkan takkan ada yang mendengarkannya.
"Tolong jangan lakukan ini.." Gadis itu terus meringis ketakutan. "Lepaskan aku, kumohon!!" Ucapnya lirih sambil terus menggelengkan kepala disertai air mata yang menyatu dengan keringat bercucuran disekujur tubuhnya.
Benar-benar tidak ada harapan lagi untuk selamat. Hidupnya sebentar lagi akan benar-benar hancur dan rusak.
"Aku akan melepaskanmu tapi setelah aku menikmatimu. Haha ... sudah lama aku mengintai dan memperhatikanmu dan hari ini akhirnya aku bisa menikmatimu sampai puas. Jangan takut, Sayang. Karena apa yang akan kita lakukan akan menciptakan kenikmatan tiada tara." Pria itu menyeringai sambil menarik baju gadis itu kasar dan kembali menyebabkan robekan disana.
Pria itu memerangkap gadis itu himpitan tubuhnya dan temboknya. Namun tidak lama berlalu sesuatu yang berisik mengusik kegiatannya.
BRAKK!!
Tiba-tiba pintu terdobrak keras dan terbuka.
Mustahil tercipta bersamaan dengan namannya keajaiban dan ternyata nasib baik masih memihak gadis mungil berseragam SMA yang kini robek dibeberapa bagian memperlihatkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat.
Pria yang berada diambang pintu mengganggu kegiatannya dan membuatnya menjadi murka.
Pria yang baru tiba tersebut mengeram melihat perilaku tak senonoh Pria dihadapannya, pria itu tampak menjijikan dengan kelakuannya yang beraksi bejat dan hampir saja berhasil melecehkan gadis belia jika saja pria yang baru saja datang terlambat.
Pria yang datang entah dari mana adalah penyelamat bagi gadis yang kini meringkuk ketakutan sambil memeluk lutut.
Dengan cepat perkelahian tak terelakkan terjadi dan berlangsung sengit. Suara pukulan, dorongan dan tendangan terdengar ditelinga gadis yang menutup matanya. Suara itu terus terdengar seperti seorang yang amat marah membabi buta memukuli lawannya. Dia tidak sanggup melihatnya,tapi gadis yang hampir menjadi korban pemerkosaan itu berharap agar Pria yang datang menyelamatkannya tetap baik-baik saja.
"Tenanglah, kau akan baik-baik saja." Gadis itu membuka mata dan melihat Pria penyelamatnnya kini berada dihadapannya.
Pria itu telah selesai menghabisi pria bejat yang hampir memperkosa gadis belia diahadapannya. Lantas pria itu pun menyampirkan jasnya agar menutupi tubuh bagian intim yang terlihat akibat pakaian yang sudah robek.
Hari ini takkan bisa dilupakan gadis yang hampir jadi korban kebejatan itu dan sangat berterima kasih pada Pria penyelamatnya, dia tidak akan pernah melupakan jasanya.
○○○
"Gigi mau sama Abang Gibgib. Gigi gak mau pisah hiks.. hiks.." Seorang gadis kecil merengek memeluk laki-laki remaja enggan berpisah."Mama Gigi mau tetap disini, Gigi enggak mau pindah. Gigi mau disini." Mohonnya mengeratkan pelukannya pada laki-laki yang dipangginya Abang Gibgib."Jangan begitu dong sayang, lepasin Abang Gibgibnya ya.." Bujuk Mamanya. "Kita harus pindah, kalau tidak siapa yang akan menemani Papa nanti di tempat kerja barunya. Nanti kalau Anggie libur kita kemari ya..""Bohong!!" Anggie geleng kepala."Tidak sayang," Giliran Mamanya laki-laki yang dipanggil Abang Gibgib membujuknya."Kalau Anggie sudah dewasa nanti kalian menikah dan bersama selamanya sampai Anggie puas.""Tapi Abang Gibgib bukan dokter. Gigi kan cuma mau nikah sama dokter soalnya kata Papa dokter itu pahlawan pemberani dan Gigi suka Pah
Pada akhirnya makan adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres. Aroma mie ayam yang mengiurkan, setiap daging sate yang terasa nikmat dalam kunyahan serta jus apel yang menyegarkan. Terlebih semua itu telah masuk ke dalam perut Anggie dan Kayla sahabatnya berhasil menciptakan kekenyangan dan menghasilkan suara sendawa yang melegakan.Tapi setelah makan Anggie tersadar bahwa uangnya hampir habis. Bagaimana dia lupa tadi pagi Mamanya tidak memberi uang kerena aksi ngambeknya yang pergi begitu saja.Walaupun Anggie masih punya uang tapi itu cuma selembar warna biru dan selembar warna ungu. Uang tersebut pun telah habis mengisi perutnya dan sayangnya dia lupa belum mengisi bensin motor matic miliknya.Apakah benar ini hari sialnya, kalo iya. Anggie bakal menandainya di kalender supaya ia akan bertindak hati-hati ditanggal yang sama nanti."Loh kok berhenti Anggie?" Tanya Kayla heran pada Anggie yang ti
Gibran Malik Abinaya, salah seorang Dokter bedah yang persis seperti selebriti dan punya banyak penggemar. Tidak mengherankan mengingat perawakannya yang cukup memikat kaum hawa.Tubuhnya tinggi tegap, dengan dada bidang dan rahang yang kokoh disertai wajah tampan miliknya yang dikagumi kaum hawa. Lagi ia cukup mapan diusianya yang masih terbilang muda, yakni 28 tahun.Sorot mata yang tajam menyertai kepribadian sang dokter membuatnya terlihat galak dan tidak ramah. Meski begitu tetap saja membuat para kaum hawa ingin menaklukkan dirinya untuk dijadikan kekasih. Tapi satupun dari kaum hawa yang menggodanya tidak ada yang ia respon.Gibran bukannya tidak tertarik dengan prempuan. Bukan, ia bukan gay ia masih cukup normal untuk menyukai lawan jenisnya. Hanya saja Gibran bukan Pria berengsek atau setipe dengan playboy, karena ia hanya menyukai satu gadis. Gadis kecil pecinta warna merah yang membuatnya memilih
"Ini bukan jalan pulang kearah rumahku. Jangan bercanda, apa kamu mau menculikku?"Gibran melirik Anggie dengan seringai aneh dan menakutkan miliknya sambil tersenyum. Pria itu menhentikan mobilnya keluar menyeret Anggie paksa."Tidak, jangan kumohon.. tidak ada gunanya menculikku yang miskin dan kau tidak akan mendapatkan apapun sebagai tebusan."Gibran tidak menghiraukan ucapan Anggie, "kamu ingin berjalan sendiri atau kugendong?" "Aku mau pulang." Anggie berbalik hendak kabur namun Gibran mencekal pergelangan tangannya.
Anggie💋PPPPMasa Allah woy, Kayla sobatku, kawanku, sahabatku yang cantik tapi masih cantikan aku, balesin chatinganku napa!Anggie menuliskan pesan WhatsApp sambil sebelah tangannya memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa ngilu yang masih sesekali menerpa betisnya. Bisa ya, sakit di betis dipijitnya kepala sakitnya bisa berkurang? Jawabannya cuma Anggie yang tahu."Kau masih hidup gak sih Key!!" Dumel Anggie merutuki ponselnya. Padahal teleponnya pada Kayla belum tersambung
"Pak, ini sudah saya revisi kembali." Ucap Anggie setelah dengan sopan dia masuk keruangan dosennya untuk bimbingan."Kakimu kenapa Nggie?" Tanya Pak Dirga dosen berumur setengah abat. Laki-laki paruh baya itu memang tak sungkan memberi perhatian lebih pada mahasiswanya yang bernama Anggie. Semua orang dari kalangan kampus tahu itu bukan karena genit. Sebab Pak Dirga bukanlah dosen mesum tapi terhormat, dia bahkan sangat menjunjung tinggi kehormatan perempuan. Pria itu bersikap sopan dan tidak pernah macam-macam."Kemaren jatuh dari motor Pak." Jawab Anggie sopan dan diangguki mengerti oleh Pak Dirga.Detik berikutnya Pak Dirga pun mengecek skripsi Anggie. Wajahnya datar sesekali mengerut membuat Anggie waspada, takut disemprot dan diceramahi panjang lagi. Sebenarnya sang dosen tidaklah begitu kiler namun terkadang dia bisa berubah jadi menakutkan."Analisis yang kamu gunakan sudah bagu," Puji Pak Dirga sejena
"Sehabis ini kamu masih ada kegiatan nggak? Kita pulang ber--"Anggie memutar bola matanya seraya menghentikan makannya dan menatap Gibran tak suka."Aku harus menemani Kayla menemui dosen pembimbingnya," jelas Anggie memotong kalimat Gibran yang belum selesai dan menyebabkan Kayla jadi sasaran sinis Gibran."Temanmu sudah dewasa dan bisa menemui dosen pembimbingnya sendiri, jadi kenapa kamu harus repot menemaninya?!" Tanya Gibran dengan nada tak suka sambil beberapa kali melirik Kayla dengan tajamnya."Sebab Kayla telah menemaniku meskipun aku sudah dewasa dan bisa sendiri," balas Anggie tak mau mengalah. "Pulanglah lebih dulu, kamu juga sudah dewasa memangnya pulang harus bersamaku? Lagipula rumah kita tidak searaah," lanjutnya."Ch, tidak iklas sekali temanmu menemanimu minta balas budi!" Ucap Gibran dengan pedas."Dia tidak minta, aku yang berinisiatif, jad--"
Brakk! Anggie membuka kasar pintu kamar Gibran. Gadis itu dengan tanpa takut menghampiri Gibran dan berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang."Aku mau pulang dan tak mau disini, cepat antarkan aku pulang!" Tegasnya galak."Pulang kemana? Kerumah yang mana?? Apa tadi kamu lupa kalau mulai saat tadi inilah rumahmu." Gibran tak kaget dan datarnya seperti sudah memperikarakan tingkah Anggie tersebut.Laki-laki itu sibuk dengan laptopnya memperhatikan data pasiennya bahkan tak menoleh ketika Anggie masuk dengan kasar kekamarnya hingga saat ini."Sialan! Rumahku masih berada dikediaman orang tuaku dan bukan disini." Anggie tersulut emosi dan kegeraman.Gibran menoleh seraya menatap datar Anggie. "Apa katamu?" Tanyanya dalam nada halus, tapi mampu membuat Anggie meringis takut dan melangkah mundur."Aku ingin pulang," cicitnya pelan, tapi masih terdengar oleh Gibran. "Aku tak nyam