Share

3

Author: Puspa Markhip
last update Last Updated: 2023-04-07 20:12:28

“Adiknya Ahmad nyantri di Batang, di tempat mbahnya. Mbak Milka tidak berkenan membawa Ayu ke sana saja? Banyak anak-anak bermasalah yang dibawa ke sana, mereka dididik dengan tegas untuk menjadi pribadi yang lebih baik."

Max mendengar percakapan ibunya bersama keluarga Himawan di ruang tamu. Sejujurnya ia malas harus menemui mereka, apa lagi kalau membahas urusan perjodohan, tetapi tidak punya pilihan lain.

Usai mandi dan berganti pakaian santai, Max mendatangi mereka dan ikut bergabung di ruang tamu, mendengarkan keluhan keluarga Himawan mengenai tingkah putrinya yang sudah keterlaluan. Mereka hanya datang berdua, Masayu yang sedang menjadi bahan pembahasan tidak ikut serta.

“Ayu bukan perempuan relijius seperti Nahla, Lys. Dia pemberontak dan suka kebebasan, terlebih dia bukan anak-anak lagi, aku tidak yakin dia bisa dipaksa untuk tinggal di pesantren,” keluh Milka.

“Aku juga belum berpikir ke sana,” timpal suaminya.

“Saat ini, aku hanya perlu mengawasinya setiap tingkahnya. Aku benar-benar berharap Max bersedia menerima perjodohan dengannya, pria seperti Max yang bisa mengendalikannya agar tidak semakin menjadi-jadi.”

“Aku tentu senang kita jadi besanan, tapi tetap saja aku akan mengembalikannya kepada Max. Dia yang akan menjalani, jadi dia juga yang membuat keputusan,” jawab Lucas. “Bagaimana, Max?”

“Yang penting tidak ada pacar-pacaran, Mama setuju kalau mereka langsung menikah.”

“Ma,” protes Max. “Mama selalu membicarakan pernikahan.”

“Jadi, kamu maunya pacaran, begitu? Ahmad, kamu sudah dewasa, Nak, bahkan sudah sangat matang, sudah waktunya menikah. Mama paling sebel kalau dengar kamu pacaran! Sudah ratusan kali Mama menasehatimu untuk tidak pacaran!”

“Aku tidak akan pacaran, lagi pula aku sama sekali belum pernah melihatnya,” keluhnya masam.

Budi Himawan buru-buru mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto, lantas menyerahkannya pada Max.

“Dulu sewaktu kecil dia sangat lengket padamu, Max. Dia sekarang sudah dewasa dan tidak ompong lagi.”

Dan tentunya sangat cantik, Max mengakuinya dalam hati, menatap layar ponsel yang menampakkan foto seorang perempuan. Masayu kecil yang diingatnya tidak secantik ini.

Masayu dewasa jauh berbeda. Ia begitu memikat dengan posenya yang diambil secara diam-diam. Tawanya tampak sangat alami, menampakkan gigi-giginya yang putih dan rapi, tidak ompong sebab terlalu banyak makan permen dan coklat. Rambutnya terurai sebahu, tidak ada kepang dua khasnya semasa kecil. Ia benar-benar telah berubah seratus persen.

Namun, cantik saja tidak cukup untuk Max, yang lebih cantik darinya sangat banyak, dan Max bisa mendapatkannya dengan mudah. Seperti kata Rayhan, sebajingan-bajingannya seorang pria, ia pasti menginginkan perempuan baik-baik sebagai istrinya.

Masayu tidak termasuk perempuan baik-baik menurut versi Max, sikapnya yang dikeluhkan kedua orang tuanya sudah menjadi nilai negatif untuknya.

Jikalaupun Max akan menikah, maka ia akan menikahi perempuan baik-baik seperti ibunya.

Perempuan relijus yang sangat menghargai seorang pria, lemah lembut, dan menyayangi keluarga. Dan sepertinya, Masayu jauh dari semua itu, ia seorang pemberontak yang menyukai kebebasan, jauh dari tipe perempuan yang diinginkan Max.

“Begini saja,” kata Lucas bijak. “Alangkah baiknya kamu temui dulu Ayu, kamu bisa mengenalnya pelan-pelan, kalau memang menurutmu tidak cocok, kami tidak akan memaksa.”

“Aku setuju, Lucas. Kita memang sangat berharap kalian menikah, tetapi kami tidak akan memaksa. Meski kami paksakan seperti apa pun, kalau bukan jodohnya, tetap tidak akan bisa bersatu. Hanya saja, mencoba mengenal adalah salah satu usaha.”

“Untuk sementara Max akan menjadi pengawal Ayu,” anggul Lucas setuju. “Kamu akan segera menemuinya, Max.”

“Yang penting ingat terus pesan Mama, ya, Nak. Jangan pernah melanggar ajaran yang Mama ajarkan padamu. Kamu sudah tahu bagaimana harus memperlakukan lawan jenismu,” imbuh sang ibu mewanti-wanti.

Tidak kontak fisik dengan lawan jenis, menjaga pandangan, dan tidak boleh pacaran, hal yang berhasil diterapkan kepada Nahla, saudara seayah beda ibu.

Namun, tidak dengan Max. Sejak remaja ia sudah bergaul dengan bebas, tidak ada yang memberinya ajaran-ajaran seperti yang dilakukan ibu tirinya. Ia dan ayahnya nyaris tidak ada bedanya, sebelum kedatangan ibunya yang mampu mengubah seluruh hidup ayahnya.

Meski berhasil mengubah ayahnya dari seorang bajingan menjadi pria alim, tetapi tidak mudah mengubah Max menjadi relijius seperti Nahla yang sejak kecil dididik dengan ketat dan dikirim ke pesantren. Max dan adiknya bagaikan langit dan bumi, dan hal itu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi ibunya.

Ibunya akan mengomel, menasehatinya panjang lebar setiap kali Max berhubungan dengan perempuan, melarangnya pacaran dan terus memintanya untuk segera menikah. Katanya, untuk menghindari dosa besar bernama zina, kalimat yang sudah ratusan kali didengarnya.

Keesokan harinya, max benar-benar menemuinya. Ia melihat Masayu dari jarak yang begitu dekat, perempuan itu jauh lebih cantik dari yang dilihatnya dalam foto. Namun, lagi-lagi kecantikan tidak cukup untuknya.

Hanya pada pertemuan pertama, Max sudah lamgsung dapat menyimpulkan dan yakin sekali, seterusnya mereka tidak akan cocok.

Masayu benar-benar pemberontak seperti yang dikatakan kedua orang tuanya. Sikapnya menyebalkan dan sangat tidak bersahabat. Namun, satu hal yang menarik darinya, ia gemar menentang Max.

Bersambung …

part 4

“Mencintai suami orang? Busyet! Macam sudah tak ada pria lajang yang menarik saja,” decak Rayhan sembari tertawa ngakak. “Jangan-jangan karena dia ompong, jadi gak laku sampai-sampai suami orang pun diembatnya?”

“Dia sudah tidak ompong,” balas Max, ia mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, lantas menyulutnya. “Dan cantik sekali.”

Rayhan urung menyesap kopinya, ia menoleh, saling berpandangan dengan Dimas. “Kamu dengar itu, Dim?”

“Dia sangat cantik,” gumam Dimas, keningnya berkerut dalam. “Baru kali ini aku mendengar Max memuji kecantikan seorang perempuan, tentunya selain ibunya.”

“Aku tidak memuji,” bantah Max, “Hanya mengatakan yang sebenarnya.”

“Bianca juga cantik, tapi kamu tidak pernah mengatakannya. Satu-satunya perempuan yang kamu sebut cantik hanyalah ibumu, dan sepertinya sekarang bertambah satu lagi.”

Terdiam, Max menyesap rokoknya nikmat, lantas menghembuskan asapnya ke udara, membentuk pola abstrak sebelum kemudian memudar secara perlahan dan hilang. Sadar telah salah berucap, buru-buru ia meralatnya, “Sikapnya menyebalkan. Tidak ramah, dingin, dan jutek.”

“Kurasa memang itulah yang menjadi daya tariknya, tentunya selain kecantikan parasnya.” Rayhan mengangkat cangkir kopinya. “Mari bersulang, Dim, kita harus mengucapkan selamat pada sahabat bejat kita.”

“Kamu yang bejat!” maki Dimas. Rayhan terkekeh. "Max pria baik-baik."

“Selamat untuk apa?” dengus Max. “Aku tidak sedang memenangkan lotre berhadiah besar.”

“Selamat, kurasa perjodohan antara kamu dan Ayu akan berhasil. Entahlah, instingku sangat kuat, dan sejauh ini belum pernah meleset.”

“Pria bebas seperti Max memang cocok dengan perempuan berkarakter seperti Ayu. Mari bertaruh, Ray, Max benar-benar akan dibuat jatuh cinta padanya.” Dimas ikut mengangkat cangkir kopinya, ia dan Rayhan bersulang sembari terkekeh.

Benar yang dikatakan oleh Rayhan, menyebalkan justru menjadi daya tarik Masayu. Perempuan itu sangat tidak bersahabat, ia gemar menentang Max, melawan semua perintahnya, memprovokasi Max untuk menyulut kemarahannya.

Dalam 35 tahun hidupnya, baru kali ini ada seorang perempuan yang begitu berani pada Max, menentang perintah-perintahnya, dan bersikap kurang ajar padanya.

Hanya dari pertemuan pertama, Max sudah dapat menduga, perempuan itu tidak menyukai keberadaannya. Namun, justru itulah yang membuat Max memutuskan untuk menerima tawaran keluarga Himawan. Ia akan menjadi pengawal perempuan itu, mengendalikan kekeraskepalaannya akan menjadi sangat menyenangkan untuknya.

***

“Pe—pesantren? Yang benar saja, Ma!” teriak Masayu, nanar matanya menatap kedua orang tuanya dengan sorot sakit hati.

Semarah-marahnya mereka, tidak disangkanya tega bermaksud membuangnya ke tempat antah-berantah yang jauh dari kehidupannya selama ini.

Apakah orang tuanya berpikir, Masayu adalah anak kecil yang masih bisa dikendalikan sesukanya?

Seorang pria tiba-tiba datang, mengaku sebagai pengawalnya. Sialnya, pria itu sangat menyebalkan, bukan jenis pengawal yang akan tunduk pada perintah Masayu, melainkan sebaliknya.

Pria yang mengaku bernama Max itu justru memperlakukannya dengan keterlaluan. Alih-alih patuh kepada Masayu, ia justru bersikap penuh kuasa, seolah-olah memiliki hak untuk mengatur dan mengendalikan segala hidup Masayu.

Kesal dan marah, tentunya ia tidak menerimanya begitu saja. Namun, protesnya justru ditanggapi dengan hal yang tak kalah mengejutkannya. Orang tuanya memberi dua pilihan tidak masuk akal.

“Ya, pesantren. Pilihanmu hanya ada dua, terima Max jadi pengawalmu atau kami akan mengirimu ke pesantren,” jawab sang ayah tegas.

“Aku tidak suka Max, Pa,” rengeknya, jusrus terakhir yang dimiliknya.

Biasanya, ibunya akan luluh kalau ia sudah menampakkan wajah memelas dan merengek, meski usianya sudah tidak pantas lagi untuk melakukan trik tersebut, lantas ibunya yang akan meluluhkan ayahnya agar Masayu lolos dari hukuman apa pun.

Namun, kali ini mereka benar-benar tidak bisa dibantah. Wajah ibunya yang selalu dinaungi kelembutan, kali ini tampak keruh dan tidak bersahabat. Sang ayah yang keras, semakin menampakkan ketegasannya.

“Papa tidak memintamu menyukainya, Max hanya akan mengawalmu, mengawasi semua gerak-gerikmu agar tidak bertingkah memalukan lagi,” dengus sang ayah.

“Pa—“

“Sudah, tidak usah banyak protes, atau sekarang juga kemasi barang-barangmu, Mama akan meminta Mang Dirman untuk membawamu ke pesantren! Tinggal di pelosok, renungi kesalahan-kesalahanmu di sana dan tobat!”

Kekesalannya memuncak, tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya. Masayu hanya menatap masam mana kala Max kembali datang untuk mengawasinya. Pagi harinya seketika suram melihat wajah dingin pria itu telah tiba di meja makan, ikut sarapan bersama keluarganya.

Masayu tahu, kedua orang tuanya sangat kecewa kepadanya, mereka mengabaikannya di meja makan. Dibanding mengajak Masayu bicara, mereka lebih suka ngobrol dengan Max, melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab singkat oleh Max.

Hanya dalam dua hari kedatangan pria itu dalam hidupnya, Masayu merasa kehilangan banyak hal, termasuk perhatian orang tuanya, semakin menambah kebenciannya pada Max.

“Titip Ayu, Max, dia perlu pengawasan ketat. Om tidak ingin terjadi sesuatu lagi padanya,” kata Budi Himawan. Masayu hanya memutar bola mata sembari menekuri sarapannya.

“Jangan khawatir, Tuan, saya akan melakukan tugas saya sebaik mungkin.”

“Jangan terlalu formal, Max, panggil saja om seperti sebelum-sebelumnya.”

Muak, Masayu segera bangkit begitu menyelesaikan sarapannya. Namun, ayahnya berteriak, memintanya untuk menunggu Max.

“Satu lagi, Yu, tinggalkan butikmu dan mulai belajar menggantikan Papa di perusahaan!” titahnya.

“Papa tidak bisa memintaku meninggalkan semua yang kusukai!” bantahnya sengit. Menghentakkan kaki, Masayu mengabaikan mereka dan melangkah lebar-lebar.

Ia telah kehilangan pria yang dicintai, satu-satunya yang disukainya kini hanyalah butik yang dibangunnya susah-payah, tidak akan dibiarkannya sang ayah mengambilnya juga.

Namun, selebar apa pun langkahnya, ternyata masih juga bisa tersusul dengan mudah oleh langkah-langkah Max. Pria itu telah berjalan beberapa langkah mendahului Masayu, membukakan pinutu mobil untuknya.

“Memang aku mengatakan padamu, kalau aku bersedia semobil denganmu?” ujarnya sembari mendengus dingin. “Minggir, aku akan pergi sendiri!”

“Aku tidak menerima perintah dari seorang tawanan,” balasnya datar, tanpa ekspresi apa pun.

“Tawanan, katamu?” Masayu memincingkan mata sengit. “Kamu hanyalah seorang pengawal yang digaji ayahku, sama saja kamu adalah pembantuku! Pembantu sudah selayaknya mematuhi perintah majikan!”

“Sayang sekali, aku dibayar untuk tidak mematuhi perintahmu.”

“Kurang aj—aw!” Masayu memekik keras, Max mendorongnya kasar masuk ke dalam mobil.

Belum sempat Masayu memarahinya, dengan cepat pria itu menutup pintu mobil tepat di depan hidung Masayu, lantas berlari kecil dan menyusul masuk.

Duduk tenang di balik kemudi, mengabaikan tatapan membunuh yang dilayangkan Masayu.

Mimpi buruk, Max benar-benar mimpi buruknya. Hari-hari tenangnya akan segera berakhir oleh kedatangan pria kasar ini.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpikat Sang Bodyguard   20

    Ada yang berbeda dalam hidup Max, dalam lima hari ini terasa seperti ada yang hilang.Sementara yang dimaksud Milka ternyata hingga batas waktu yang tidak dapat dipastikan. Masayu masih belum kembali, ayahnya beberapa kali menghubungi Max, menanyakan keberadaannya. Namun, Max sama tidak tahunya.“Tante bilang, Ayu hanya butuh waktu menyendiri, Om. Memang Tante tidak bilang sama Om kalau sudah bertemu Ayu?”Semakin ia merasa ada yang disembunyikan perempuan itu, mana kala mendapat jawaban Himawan. Milka tidak mengatakan apa-apa pada suaminya.“Om akan menanyakannya nanti. Milka benar, kita tidak perlu berlebihan mencemaskan Ayu, dia hanya sedang merajuk, nanti juga akan kembali.”“Tapi ini sudah lima hari, Om.”“Tidak apa-apa, Max, anak itu sudah dewasa, ibunya juga sudah mengatakan dia baik-baik saja.”Mungkin memang hanya perasaan Max saja yang berlebihan, ayah dan ibunya Ma

  • Terpikat Sang Bodyguard   19

    Masayu hanya perlu waktu sebentar untuk menyendiri. Namun, tak urung ia tetap resah memikirkannya.Semalam suntuk Max tidak dapat tidur, mencari Masayu ke sana-kemari.Max baru akan datang ke kantor keesokan paginya, meminta bantuan kedua temannya untuk ikut melacak keberadaan Masayu, tetapi Milka sudah meneleponnya terlebih dahulu, memintanya berhenti mencari.“Tante sudah bicara dengannya, dia baik-baik saja,” katanya. “Tidak apa-apa, Max, tidak usah mencarinya lagi.”Ya, Max tidak perlu mencarinya, harusnya ia lega mendengar perempuan itu baik-baik saja. Namun, entah mengapa hatinya justru sebaliknya.Insting Max yang tajam mencium sesuatu yang tidak beres, hanya dengan mendengar nada suara Milka. Alih-alih kelegaan, suara perempuan itu justru seperti seorang yang sedang dilanda ketakutan.Max kian resah, ia belum bisa percaya sebelum melihatnya secara langsung.“Apakah dia sud

  • Terpikat Sang Bodyguard   18

    Rumah yang sudah 27 tahun ditempatinya, tak lagi memberikan kenyamanan. Segala kehangatan di dalamnya seolah lenyap begitu saja tanpa bekas.Hari-harinya penuh dengan perdebatan panas yang ikut memanaskan kepalanya sebab tersulut oleh amarah, membuatnya tidak betah berlama-lama di rumah.Taka da lagi tempat yang dirasanya nyaman. Di butik, ada Max yang keberadaannya sangat tidak ia harapkan. Sementara di rumah pun tak lagi menawarkan kenyamanan.Sebagaimana hari-hari sebelumnya, malam itu perdebatan sengit antara ia dan ayahnya, kembali pecah.Jika sebelum-sebelumnya duduk permasalahannya adalah keberatan Masayu yang merasa terkekang, kehadiran Max membuatnya merasa tidak diberi ruang kebebasan sama sekali, maka kali ini masalahnya lebih serius.Ayahnya baru saja kedatangan tamu yang tak lain adalah Lucas, ayahnya Max. Mereka mengobrol lama, rupanya sedang membicarakan perjodohan antara Masayu dan Max.

  • Terpikat Sang Bodyguard   17

    Sudah waktunya mereka saling bicara untuk memperbaiki hubungan, terlebih Larissa telah menjadi kakak sepupunya.Selain belum berani, selama ini Masayu sengaja memberi waktu Larissa agar siap. Perempuan itu menjadi orang yang paling terluka, hubungannya dengan Masayu pun merenggang, tentunya tidak mudah membuatnya serta-merta dapat menerima permintaan maaf Masayu. Malam itu, usai ijab qobul pernikahan Larissa dengan Ivander, ia memberanikan diri meminta waktu pada Ivander untuk mengajak Larissa bicara.Jantungnya berdetak kencang, tangannya terasa dingin, sejujurnya ia gugup dan takut, khawatir Larissa akan menamparnya, lantas mentah-mentah menolak permintaan maafnya.Sepenuhnya sadar, kesalahan Masayu terlalu besar, ia membuat perempuan itu kehilangan suami, Malik dan Larissa bercerai sebab Masayu, wajar seandainya Larissa menolak permintaan maafnya.Menarik napas, lantas menghembuskannya, demikian hingga berkali

  • Terpikat Sang Bodyguard   16

    Nama Malik kembali mencuat ke permukaan, membangkitkan kesedihannya.Pertunangan mereka telah kandas, kedua orang tuanya tidak merestui hubungannya dengan Malik. Hubungan mereka memang salah, tapi biar bagaimanapun, pria itu masih mendiami hatinya.Meski telah bertekad mengakhiri dan melupakan, tetapi tidak mudah mengenyahkan sosoknya begitu saja, terlebih Malik merupakan cinta pertamanya, satu-satunya pria yang berhasil membuat Masayu merasakan jatuh cinta.Mendengar namanya, mampu membangkitkan kesedihannya. Bertemu dengan orang yang memiliki hubungan erat dengan pria itu, membuat Masayu kembali mengingatnya.Malik pernah bercerita, ibunya sudah tua dan tinggal sendirian di desa yang sangat jauh dari ibukota.Pria itu pernah mengutarakan keinginannya untuk membawa istrinya dan mengajaknya hidup sederhana, kala itu Masayu belum tahu Malik telah memiliki seorang istri.Ia beranggapan, istri yan

  • Terpikat Sang Bodyguard   15

    “Ahmad masih suka pacaran, masih hobi mabuk-mabukan juga?” tuntut Eyang Hasna. Perempuan itu menatap Max dan Masayu bergantian.“Mabuknya sudah sembuh, tapi pacarnya ada di mana-mana,” jawab ibunya, mewakili.“Tidak, Eyang,” ralatnya kalem. “Aku tidak pernah pacaran.”“Lha, itu, yang bolak-balik ganti itu namanya apa?”“Teman kencan, Ma, beda sama pacaran.”“Intinya sama saja, sama-sama jalan dengan perempuan yang bukan mahramu,” gerutu ibunya.Eyang Hasna mengibaskan tangan, lantas memijat keningnya yang berdenyut. Max memang menjadi masalah serius dalam keluarga mereka, tidak mudah mengubahnya menjadi pria  alim seperti ayahnya. “Bilang sama Abah Ulil, Lys, untuk segera menikahkan mereka.”“Eyang, tadi itu beneran tidak ada apa-apa, kok, bukan sebuah kesengajaan. Max hanya berusaha menolongku,” ulang Masayu, entah yang ke berapa, tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasannya. Berpel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status