Di dalam angkot kami duduk bersebelahan, bukannya aku sengaja, tapi emang cuma di sebelah Lina ada bangku kosong.
"Ya, Way mau kemana?" Alex menyapaku. Ternyata di dalam angkot itu ada Alex, dia tepat duduk di depanku.
Selain lek, kata Way sering digunakan anak muda di Medan untuk menyapa teman. Alex adalah teman setongkrongan ku, rumah Alex lumayan jauh dari kosan ku, tapi Alex sangat sering main ke kosan ku, jadi dia bisa dibilang adalah teman dekatku.
"Mau kerja lah Way."
"Oh... siapa itu Way, orang rumah?"
"Iya Way, calon Way."
"Calon apa? Calon tersangka pembunuhan, kenal aja baru tadi dah di bilang calon orang rumah." Lina menyambung percakapan ku dengan Alex.
"Haha... bahaya kali si Way bah, main ngaku-ngakuin aja. Alex tertawa meledekku.
"Haha... kejam kali mau dibunuh aku Way." Kataku
"enggak lah Way, mana mungkin cewek secantik, dan semanis Kakak ini mau bunuh si Way." Alex bicara sambil tersenyum, dan melihat Lina. Sebagai tanda Alex sedang menggoda Lina.
"Haha... iya lah Way, tapi Way yang ini jangan lah Way, yang ini jatahku Way hehe..." Kataku ke alex karena aku sudah paham dengan kalimatnya.
"Bicara apa kelen? orang kelen?" Lina lagi-lagi menyambung percakapan Aku dan Alex.
"Haha..." Aku dan Alex tertawa mendengar kalimat Lina.
"Oh iya, si Way mau kemana Way?" Tanyaku.
"Mau ngambil motor Way, di Jalan Marelan Way. Semalam motorku mogok Way, jadi aku titipkan motorku di rumah Om ku."
"Ih cuma ditanya mau kemana, malah curhat motor busukmu itu ah kau Way."
"Haha... enggak apa-apa, daripada ngakuin orang lain pacar, lebih gawat lagi Way." Alex membalas hinaan ku.
"Haha... benar tu, emang udah gawat ini orang, udah gila otak kawanmu ini aku rasa." Lagi-lagi Lina menyambung percakapan Aku dan Alex.
"Depan ya Bang, pas di plaza nya." Aku meminta supir angkot untuk menurunkan kami pas di depan plaza millenium, agar kami tidak jauh untuk berjalan, karena takut basah kena hujan.
"Kami turun duluan ya Way." Aku permisi ke Alex untuk turun dari angkot.
"Ok Way." Jawab Alex
Lina langsung menuju pintu depan untuk membayar ongkos angkot, aku liat Lina membayar dengan menggunakan uang dua puluh ribu Rupiah.
Aku buka jaket Ku, Aku angkat ke atas, untuk menutupi kepala Aku dan Lina, agar tidak terkena hujan.
"Dua bang" Aku katakana pada Abang supir angkot itu.
"Ok." Abang supir angkot berkata sambil mengembalikan uang Lina Sepuluh ribu Rupiah.
Aku berjalan mengikuti Lina dengan jaket ku di atas kepala kami berdua.
"Kau utang lima ribu sama Aku ya?" Lina bicara mungkin untuk memecahkan hening, sebab aku merasakan grogi yang luar biasa, karena beberapa pasang bola mata teman Lina mengarah kami berdua.
"Ok, potong aja nanti uang parkir motormu, sama ongkos ojek jaket yang jadi payung ini."
"Apaan aku enggak ada minta kok."
"Di dunia ini nggak ada yang gratis nyonya."
"Ada."
"Apa, mana ada yang gratis?"
"Itu youtuber-youtuber itu bilang subscribe gratis, tidak ada ruginya." Lina menjulurkan lidah, dan tersenyum sebagai tanda memiliki rasa kemenangan.
"Haha... udah sampai ni, nanti pulang kerja WA aja ya!"
"Ok makasih."
"Ok nyonya."
Aku langsung berjalan ke gedung sebelah tempat aku bekerja. Gedung gudang, dan gedung penjualan emang dipisahkan oleh pihak gedung, mungkin biar lebih teratur maksud pihak gedung.
"CIE... CIE... CIE"
"Ada yang baru ni."
Baru beberapa langkah berjalan aku mendengar suara itu. Aku liat ke belakang. Ternyata teman-teman Lina sedang meledek Lina, karena melihat kami berjalan bersama dengan jaket yang ku jadikan payung untuk menuju gedung tempat Lina bekerja.
"Makan-makan lah."
"Makan apa, kolak gembok mau?" Aku lihat Lina menunjukan gembok pada temannya, yang baru saja didapat Lina dari pintu tokonya.
"CIE... ternyata cinta tidak hanya buat buta. Cinta bisa juga membuat gila, gembok pun mau kau kolak Lin." Ledek salah satu dari teman Lina.
"HAHA..." tawa semua teman-teman Lina
BERSAMBUNG... DI HALAMAN SELANJUTNYA.
TERIMAKASIH.
Putaran pertama, ujung pistol mengarah ke arah anak buah ibuku, dalam arti anak buah ibuku yang harus menerima tembakan di kepalanya. "Haha… mati lah kau!" Kata lawan dari anak buah ibu ku. Ctek, ctek. Dua suara tembakan dari silinder pistol yang kosong. "Haa…! Aku mati, aku mati." Ejek dari anak buah ibu ku. "Cuih…" Suara ludah dari lawan main anak buah ibuku, dia sengaja untuk memancing emosi, agar terjadi keributan untuk menghentikan permainan. "Apa ini? Apa?" Reaksi dari teman-teman anak buah ibu ku yang emosi, sambil menodongkan senjata. "Jangan… turunkan senjata kalian, karena ini
Dor… "Buang senjata kalian tiga!" Dengan satu tembakan ke atas, empat pria berjas hitam, berdasi merah, dan berkacamata hitam tiba-tiba datang mengancam ketiga pria yang telah membunuh tiga satpam Marta. "Aduh… siapa lagi lah ini." Batin ku karena melihat empat manusia yang sama nggak jelasnya dengan tiga orang yang telah membuat hidung Lina berdarah. Tapi yang empat orang ini berbeda senjata dengan tiga orang itu, mereka membawa empat senjata ak 47, sedangkan tiga orang tadi hanya membawa tiga pistol. "Haha…" Bukannya merasa terancam, ketiga brengsek itu malah tertawa. "Psikopat ini tiga orang." Batin ku karena melihat reaksi mereka tertawa.
"Ah… masa iya, dulu kau satu sekolah dengan Marta?""Alffy Rev, kalau kau mau mereka menikmati acara malam ini yang kau pegang!" Laras tidak menjawab ku, dia malah menyarankan ku kembali untuk putar musik dari alffy Rev.Aku putar satu lagu dari Alffy Rev yang berjudul Wonderland Indonesia, lalu aku lihat si Laras, dia melihat ku dan menaikan sebelah alisnya, lalu melirikan matanya ke para tamu, seakan dia sedang memberiku isyarat agar aku segera melihat reaksi para tamu.Menyadari isyarat dari Laras, aku langsung melihat tamu, aku lihat reaksi mereka yang sebelumnya saling mengobrol kini semua bola mata mereka melihat ke arahku."Harusnya kau menyadari dari pertunjukan sebelumnya!" Bisik Laras lagi di teling
"Hai.." Sapaan Lina ke Marta yang sedang mencari kami. "Hai… cantik kali bah, ini hari kau Lin" Sambutan Marta pada Lina sambil mencium pipi kanan dan kiri Lina. "Makasih, ini hari kau pun juga cantik Marta." Kata Lina yang membalas pujian Marta. "Sudah boleh masuk belum nih?" Tanya ku pada Marta. "Oh... iya ya ya, ayuk masuk yuk!" Jawab Marta sambil tersenyum. "Ok... oh iya, gimana Marta sudah lengkap alat-alat DJ yang kau sewa?" Tanya ku ke Marta sambil jalan masuk ke restoran milik Marta yang sangat mewah itu. "Enggak tahu sih, yang ngatur itu semua si Denny kemarin, tapi cek aja nan
"Lima pasang pakaian, kau bilang baru ya Lex, mau sampai berapa pasang lagi rupanya buat memenuhi lemari pakaian punyamu Lex." Kataku ke Alex "Tenang lah Way… kok tegang kali, besok aku balik kan pakaianmu semuanya, gampang itu, tenang, selow." Kata Alex agar dapat meminjam pakaian aku lagi. "Hem… suka mu lah Lex, capek kali aku udah kau tipu-tipuin aja Lex. Mandi lah aku, oh iya jangan kau serak-serak lemari pakaian aku ya lex." Kataku ke Alex sebagai jawaban kalau kali ini dia boleh lagi pinjam pakaian aku. "Ok siapa tuan." Jawaban Alex sambil hormat. Tidak sampai satu jam berlalu. Aku, dan Alex sudah siap untuk berangkat ke acara reunian Marta, dan Denny. Tapi Lina yang sudah berjanji untuk pergi bareng belum datang, membuat kami harus menunggu dia.
"Hem… Lex-Lex. Entah kapan dompetmu nggak pernah ketinggalan, selalu ketinggalan. Entah pun nggak punya dompet kau Lex." Kataku ke Alex sambil memberinya uang untuk membeli mie instan. "Bisa jadi." Jawab Alex sambil tersenyum, dan mengambil uang yang aku berikan. Setelah mengambil uang yang aku berikan, Alex pun langsung pergi membeli mie instan di warung sebelah kosan ku, sehingga tidak butuh waktu lama untuk Alex membeli mie instan, yang sementara untuk mengganjal lambung kami, sampai kami berada di acara reunian SD (sekolah dasar) Marta. "Nah, nih mie nya." Kata Alex yang baru saja kembali dari warung. "Kau masak lah Lex." Kataku ke Alex. "Hem… judulnya mie instan, tapi harus dimasak juga. Udah... diseduh pakai ai