Share

2. Di dalam angkot

 Di dalam angkot kami duduk bersebelahan, bukannya aku sengaja, tapi emang cuma di sebelah Lina ada bangku kosong.

"Ya, Way mau kemana?" Alex menyapaku. Ternyata di dalam angkot itu ada Alex, dia tepat duduk di depanku.

Selain lek, kata Way sering digunakan anak muda di Medan untuk menyapa teman. Alex adalah teman setongkrongan ku, rumah Alex lumayan jauh dari kosan ku, tapi Alex sangat sering main ke kosan ku, jadi dia bisa dibilang adalah teman dekatku.

"Mau kerja lah Way."

"Oh... siapa itu Way, orang rumah?"

"Iya Way, calon Way."

"Calon apa? Calon tersangka pembunuhan, kenal aja baru tadi dah di bilang calon orang rumah." Lina menyambung percakapan ku dengan Alex.

"Haha... bahaya kali si Way bah, main ngaku-ngakuin aja. Alex tertawa meledekku.

"Haha... kejam kali mau dibunuh aku Way." Kataku

"enggak lah Way, mana mungkin cewek secantik, dan semanis Kakak ini mau bunuh si Way." Alex bicara sambil tersenyum, dan melihat Lina. Sebagai tanda Alex sedang menggoda Lina.

"Haha... iya lah Way, tapi Way yang ini jangan lah Way, yang ini jatahku Way hehe..." Kataku ke alex karena aku sudah paham dengan kalimatnya.

"Bicara apa kelen? orang kelen?" Lina lagi-lagi menyambung percakapan Aku dan Alex.

"Haha..." Aku dan Alex tertawa mendengar kalimat Lina.

"Oh iya, si Way mau kemana Way?" Tanyaku.

"Mau ngambil motor Way, di Jalan Marelan Way. Semalam motorku mogok Way, jadi aku titipkan motorku di rumah Om ku."

"Ih cuma ditanya mau kemana, malah curhat motor busukmu itu ah kau Way."

"Haha... enggak apa-apa, daripada ngakuin orang lain pacar, lebih gawat lagi Way." Alex membalas hinaan ku.

"Haha... benar tu, emang udah gawat ini orang, udah gila otak kawanmu ini aku rasa." Lagi-lagi Lina menyambung percakapan Aku dan Alex.

"Depan ya Bang, pas di plaza nya." Aku meminta supir angkot untuk menurunkan kami pas di depan plaza millenium, agar kami tidak jauh untuk berjalan, karena takut basah kena hujan.

"Kami turun duluan ya Way." Aku permisi ke Alex untuk turun dari angkot.

"Ok Way." Jawab Alex

 Lina langsung menuju pintu depan untuk membayar ongkos angkot, aku liat Lina membayar dengan menggunakan uang dua puluh ribu Rupiah.

Aku buka jaket Ku, Aku angkat ke atas, untuk menutupi kepala Aku dan Lina, agar tidak terkena hujan.

"Dua bang" Aku katakana pada Abang supir angkot itu.

"Ok." Abang supir angkot berkata sambil mengembalikan uang Lina Sepuluh ribu Rupiah.

Aku berjalan mengikuti Lina dengan jaket ku di atas kepala kami berdua.

"Kau utang lima ribu sama Aku ya?" Lina bicara mungkin untuk memecahkan hening, sebab aku merasakan grogi yang luar biasa, karena beberapa pasang bola mata teman Lina mengarah kami berdua.

"Ok, potong aja nanti uang parkir motormu, sama ongkos ojek jaket yang jadi payung ini."

"Apaan aku enggak ada minta kok."

"Di dunia ini nggak ada yang gratis nyonya."

"Ada."

"Apa, mana ada yang gratis?"

"Itu youtuber-youtuber itu bilang subscribe gratis, tidak ada ruginya." Lina menjulurkan lidah, dan tersenyum sebagai tanda memiliki rasa kemenangan.

"Haha... udah sampai ni, nanti pulang kerja WA aja ya!"

"Ok makasih."

"Ok nyonya."

Aku langsung berjalan ke gedung sebelah tempat aku bekerja. Gedung gudang, dan gedung penjualan emang dipisahkan oleh pihak gedung, mungkin biar lebih teratur maksud pihak gedung.

"CIE... CIE... CIE"

"Ada yang baru ni."

Baru beberapa langkah berjalan aku mendengar suara itu. Aku liat ke belakang. Ternyata teman-teman Lina sedang meledek Lina, karena melihat kami berjalan bersama dengan jaket yang ku jadikan payung untuk menuju gedung tempat Lina bekerja.

"Makan-makan lah."

"Makan apa, kolak gembok mau?" Aku lihat Lina menunjukan gembok pada temannya, yang baru saja didapat Lina dari pintu tokonya.

"CIE... ternyata cinta tidak hanya buat buta. Cinta bisa juga membuat gila, gembok pun mau kau kolak Lin." Ledek salah satu dari teman Lina.

"HAHA..." tawa semua teman-teman Lina

BERSAMBUNG... DI HALAMAN SELANJUTNYA.

TERIMAKASIH.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status