Aku pun sampai di gudang tempat Aku bekerja, Aku bekerja seperti biasa, menyusun barang-barang yang sudah di hitung temanku Denny, untuk dikirim sesuai pesanan toko langganan kami.
“Way nanti malam ada acara?” Denny menanya ku di sela pekerjaan kami
“Nggak ada way, emang kenapa Way?”
“Aku ulang tahun Way, kau bisa main DJ di acara ulang tahun ku nanti malam Way?”
“Jam berapa Way?”
“Jam Delapan aja Way kau datang!”
“Ok Way.”
“Gratis ni kan Way?”
“Ok Denny, buat denny apa yang nggak? Pasti Aku iya kan lah.” Jawabku menerima permintaan Denny.
“Haha… Makasih Way, Mantap kali, kali mantap sama dengan mantap kali.” Denny sangat senang aku menerima permintaannya.
“Haha…” Aku tertawa mendengar kalimat Denny sambil pergi untuk mengerjakan pekerjaan seperti biasanya.
Tidak banyak hal yang dapat aku tuangkan dalam cerita ini tentang pekerjaan ku saat itu. Sebab saat itu Aku emang bekerja seperti biasa saja.
Jam sudah menunjukan pukul 15:00 WIB waktunya untuk bertukaran jam kerja pada pekerja shift dua.
Aku langsung menuju locker dan membuka ponsel sambil mengambil jaket ku yang basah. Aku lihat ada satu pesan dari Lina di aplikasi WA ku.
“Aku nunggu di halte.” WA dari Lina.
“Ok nyonya.” Balas ku sambil berjalan ke halte.
Aku hampir sampai di halte tempat Lina menunggu.
“Hai…” Sapa ku dengan teriakan dari kejauhan sambil melambaikan tangan.
“Matamu rabun ya?” Tanya ku sedikit berbisik ke Lina saat aku sudah sampai di halte, karena Lina hanya melihatku tapi tidak merespon sapaan ku.
“Kau yang rabun, nggak lihat apa disini ramai?” Jawab Lina
“Kalau ramai emang kenapa?”
“Kau nggak malu apa? Emang benar dugaan ku tadi pagi, isi di kepalamu sudah busuk.”
“Loh… kenapa harus malu Lin? Menyapa itu kan hal yang baik, lucu ya berbuat baik bisa malu.”
“Oh…”
“Singkat, padat, dan akurat ya?” sindir ku ke Lina karena menjawab perkataan ku dengan sangat singkat.
"Itu angkotnya sudah datang, stop sana!”
“Siap nyonya.”
Aku pun langsung menyetop angkot yang ditunjuk Lina, aku pun juga ingin cepat sampai ke tempat kosanku, untuk mempersiapkan lagu-lagu yang akan aku mainkan nanti malam di acara ulang tahun Denny.
Di dalam angkot, Lina tidak bicara apapun kepada ku. Sebab di dalam angkot itu sangat bising di buat abang supir yang sedang menikmati lagu-lagu batak yang aku tidak tahu artinya, tapi walau aku tidak tahu artinya aku juga menikmati lagunya, sampai musik batak itu menemani aku dengan nyaman sampai ke tempat berhentiku.
“pinggir bang.” Lina meminta supir angkot untuk memberhentikan mobilnya pas di depan gang kos ku.
Lina turun terlebih dahulu, dan langsung menepi, sebagai isyarat kepada ku untuk kali ini aku lah yang harus membayar ongkos angkot.
“Ini bang dua orang, sama pacarku yang cantik.” Aku membayar ongkos angkot sambil melempar senyum ke Lina yang sedikit menaikan hidungnya, sebab mendengar perkataan ku kepada abang supir angkot.
“Ayok nyonya.” Ajak ku ke Lina untuk jalan memasuki gang tempat kos ku.
“Hemm… Jauh nggak?” Tanya Lina sambil berjalan mengikutiku dari belakang.
“Nggak kok, pas di belakang ruko ini kos-kosan ku.” Aku menunjuk ruko tempat kami berteduh tadi pagi.
Tidak butuh waktu lama kami pun sampai di tempat kos ku.
“Mau masuk dulu apa langsung pulang?” Tanya ku ke Lina sambil membuka pintu kos ku.
“Pulang lah, mau ngapain berduaan sama mu di dalam kosan mu yang tidak seberapa ini?”
“ Ya… mana tau kita dua khilaf kan lumayan, hehe….” Candaku ke Lina sambil melempar jaket ku yang lembab ke lantai.
“Eh… sembarangan kau, kau kira aku wanita apaan?”
“haha… santai lah aku cuma bercanda, kan sudah aku bilang aku bukan orang jahat nyonya.” Jawabku santai sambil mengambil minum.
“Bercanda mu jelek, aku nggak suka.”
“Ya sudah maaf, ayo masuk dulu.” Ajak ku ke Lina sambil memberikannya segelas air minum.
BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA...
TERIMAKASIH....
"Tangkap..." Lina mengejutkan ku dengan melemparkan jaket basah yang terletak di lantai ke arahku, yang sedang santai berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. "Wih..." Aku sedikit kesal karena jaket yang Lina lempar mengenai muka ku. "Nggak ada apa tempat lain selain di lantai Kau letak jaketmu yang jelek itu. "Emmm..." Jawabku sambil melemparkan jaketku ke tempat pakaian kotor dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah siap mencuci muka, aku keluar dari kamar mandi, Aku melihat Lina sedang berdiri dengan memegang gelasnya sambil melihat beberapa tulisan ku yang berserak di atas meja. "Nggak mau cuci muka dulu?'' Tanyaku ke Lina yang
Salah satu dari teman Johan langsung menahan ku, memelukku dengan erat dari belakang, hingga aku tidak bisa bergerak. Sementara salah satu lagi teman Johan memukul tepat di hidungku dengan tangannya, hingga hidungku berdarah, dan dilanjutkan dengan 3 teman Johan yang lain juga ikut memukul, menendang ku dengan membabi buta. Sampai tiba warga sekitar termaksud keluarga Denny datang menarikku, agar aku terbebas dari pembantaian itu. Disaat itu hidung, bibirku berdarah, dan mata sebelah kanan ku lebam parah. Warga berhasil membebaskan ku dari pembantaian yang hampir saja merenggut nyawa ku. Terbebas dari pembantaian itu, aku langsung menarik Lina yang sedang mabuk parah untuk membawanya pergi dari tempat itu sambil mengacungkan jari tengah ke hadapan teman-teman Johan.
Tidak butuh waktu lama aku pun sampai di kosan ku. "Alex, Lex, Lex, buka Lex pintunya!" panggil ku sambil mengetuk pintu. "Iya bentar" Sautan Alex dari balik pintu kosan ku. "Temani aku berobat yok Lex!" Pinta ku ke Alex usai membuka pintu kos ku. "Lah... tapi jagoan, kok berobat?" Ledek Alex "Orang itu beraninya keroyokan Lex, coba satu lawan satu, pasti menang aku" Jawabku. "Iya Way, Way Dimas kan jagoan, pasti lah menang, menang...gung kekalahan maksudnya hehehe..." Ledek Alex lagi. "Ya udah yuk berobat." Ajak Alex sambil menutup pintu kost ku. Kami pun langsung m
Sedangkan aku pergi ke kantor untuk mengambil kunci mobil box, yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang keliling kota Medan. Sebab kata pengawas perusahan, hari ini barang yang aku antar sangat banyak, dan jauh. "Sial..." Batin ku. Sebab biasanya kalau sudah dapat antaran seperti itu bakalan pulang malam. Setelah aku siap mengeluarkan mobil box itu, dan semua pekerja laki-laki mengangkat barang-barang yang akan aku kirim ini hari, aku meminta pada pengawas, untuk meminta Denny jadi temanku mengantar barang. "Pak Bos..." Sapaan ku pada pengawas. "Iya ada apa Dimas?" "Gini pak Bos, perjalanan kan jauh, aku ajak Denny ya?" Pinta ku pada pengawas. "Oh, ya
Sedangkan aku hanya diam karena perkataan Marta yang membuat ku melambung tinggi ke angkasa. "Eh... Den, Dimas, mau pesan apa?" Kata Marta menawarkan menu yang ada di restoran itu. "Udah Marta, kami kesini cuma mau ambil KTP Dimas aja kok." Jawab Denny. "We... mana bisa gitu, kalian sudah datang kesini, artinya kalian harus makan bareng kami disini!" Kata Marta. "Ya sudah, kalau gitu aku pesan nasi goreng saja, sama susu coklat hangat." Pesan ku karena berpikir lumayan lah makanan geratis. maklum anak kos-kosan. "Ah... gitu dong, masak kalian enggak mau ngerasain menu makanan restoran ku. Kalau kau Den, mau pesan apa?" kata Marta. "Lah ini restoran kau Marta? ya udah a
"Sudahlah tidak apa-apa, pokoknya hari minggu kau harus ikut datang ya Lin!" Kata Marta meminta ke Lina untuk ikut acara reunian itu. "Lah apaan?" Tanya Lina sedikit protes atas ajakan Marta. "Tidak apa-apa Lin. Teman ku SD (Sekolah dasar) banyak kok teman SMA (sekolah menengah atas) kita juga. Jadi banyak teman SD (sekolah dasar) ku yang kau kenal." Kata Marta. "Iya datang aja buat nemani Dimas, kasihan kalau dia sendirian." Kata Denny mengajak Lina. "Maaf Bu, jadi bagaimana ini hari Minggu? jadi Ibu, buat acara bersama teman-teman Ibu?" Tanya manajer kepada Marta yang memotong pembicaraan. "Iya Pak jadi." Jawab Marta.
"Hehe... Aku sangka kau yang homo Den, makannya aku goda kau tadi. Sebab kau juga jomblo, padahal kau ganteng." Balas ku terhadap candaan Denny. "Aku nggak jomblo Way, aku punya pacar, tapi saat ini dia di Jakarta. Sudah hampir dua tahun kami pacaran, tapi semenjak dia di Jakarta kami lebih sering ribut. Sakit kepala ku dibuatnya, dia curiga terus ke aku." Kata Denny yang tiba-tiba curhat ke aku. "Ini Way ya, aku tidak punya pengalaman tentang LDR (Hubungan jarak jauh) jadi aku cuma bisa mendengarkan curhatan kau aja tanpa aku bisa kasih saran ke kau. Tapi Den, curhatnya jangan sampai nyaman ya, nanti kau jadi suka pula sama aku. Aku normal Den, nggak homo." Kata ku ke Denny mencoba memecahkan suasana yang menyedihkan itu. "Way-way, lagi-lagi homo yang kau bahas Way. Yaudah lupain aja kisahku tadi." Kata Denny ya
Sebelum aku selesai bicara, Lina sudah menutup telpon nya. "Mau bicara apa si Lina ya?" Batin ku yang menemani perjalanan ku pulang kali ini, bersama mobil box yang aku bawa pulang ke kost ku. Sesampai di kust ku, aku langsung berbaring di kasur yang masi berantakan. Sebab aku merasa lelah sekali, hingga aku tertidur sampai pagi hari. Kali ini aku sengaja bangun pagi tidak seperti biasanya, aku bangun sedikit telat. Sebab hari ini ada mobil box yang akan mengantar ku untuk pergi bekerja. Sesudah mandi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja aku terkejut bukan main. Sebab aku lihat ponsel ku ada lima panggilan tidak terjawab dari Lina. "Waw... ada apa ini si Lina ya?" Batin ku yang merespon lima panggilan dari Lina yang aku lewat kan karena tidur ku yang sangat lelap. Aku telpon Lina untuk menjawab pertanyaan ku yang bingung, kenapa ini ya? kok tiba-tiba aku begitu pentingnya untuk si Lina, sampai-sampai lima kali Lina menelpon ku karen