Share

Jangan Ganggu Anya

last update Last Updated: 2024-09-30 18:59:13

Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.

Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.

Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian.

"Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.

Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran.

"4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkeringat dingin mendengar tangisan dari luar.

Knop pintu bergerak-gerak, membuat Lana semakin was-was. Dan sedetik kemudian, terlihat sosok dengan rambut terurai dan mata hitam.

"Waaa!"

"Waaa!"

Lana dan Anya berteriak bersamaan. Gadis itu langsung masuk ke dalam gudang, memeluk Lana dengan erat. Jantungnya berdebar, begitu juga Lana.

"Kak Lana kenapa bisa ada di sini, hiks."

"Gue yang seharusnya tanya, kenapa lu bisa ada di sini?! Lu mau berlagak jadi pahlawan yang nyelametin gue, iya?"

Anya menggeleng pelan. "Aku tau Kak Bima kurung kakak di sini, jadi aku ke sini," tangis gadis itu.

"Ya udah, langsung pulang aja. Ini dah malem, banyak nyamuk di sini, ga tahan gue—"

Brugh

Sebelum Lana menyelesaikan kalimatnya, Anya terjatuh. Lututnya lemas tak berdaya. Tubuhnya bergetar pelan dengan air mata deras mengalir di pipi.

"Dih, manja banget. Lu mau gue gendong, kan?" tanya Lana.

Anya menggeleng lagi. "Kaki aku keram, kak."

Sebenarnya Lana juga sadar kalau Anya pasti ketakutan, apalagi sosok penakut itu sudah menerobos gelap malam. Di sekolah sendirian. Akhirnya pemuda itu mengesampingkan ego nya dan menggendong Anya.

"Gue gak nyangka lu bisa datang ke gudang sendirian, lu ga ngompol, kan?" tanya Lana.

"Engga, kok." Anya tersenyum tipis. "Demi Kak Lana. Sebagai stalker yang baik, aku harus bisa nemuin Kak Lana di saat seperti ini."

"Dih. Gue malah berniat tidur di gudang biar besok bisa langsung sekolah," ujar Lana tanpa berhenti melangkah melewati koridor.

"Tapi kalo gak ada yang temuin kak Lana, gimana kalo kak Lana kelaparan, terus berubah jadi tengkorak?"

Lana menghentikan langkah di depan lab IPA. Ia mendekatkan Anya ke jendela. "Kayak tengkorak itu?"

"Aaaa!"

Lana tertawa puas ketika Anya berteriak sebelum memeluk erat dirinya. Ia mempercepat langkah menuju keluar sekolah. Jalanan sudah sangat sepi.

"Lu tidur di rumah gue aja, ya. Udah malem banget. Biar gue yang bilang sama orang tua lu."

"Tapi ...."

"Anggap aja gue berterimakasih Karna lu udah nemuin gue."

Seketika Anya menatap Lana dengan tatapan berbinar. Dan jujur saja, Lana merasa kesal dengan tatapan aneh yang bisa membuat jantungnya berdebar itu.

Anya sedikit kebingungan saat Lana menurunkan nya. Dengan wajah sok dramatis, Anya kembali berpura-pura jatuh. "Kaki aku masih sakit, kak. Huhuuuu sakit banget."

"Lu kalo pura-pura nangis gitu malah jadi jelek," ejek Lana. "Jelek banget."

"Kak! Ini beneran tau!"

Lana berjongkok di depan Anya lalu menepuk punggungnya. "Naik, gue gendong."

Tentu saja Anya sangat senang. Ia memekik pelan, lalu naik ke punggung Lana. "Ehehe, makasih."

"Tuh, lu ga kelihatan sakit kok," ujar Lana. Sebenarnya dia tau saja kalau Anya hanya berpura-pura agar bisa di gendong olehnya.

Dalam perjalanan ke rumah Lana yang tak terlalu jauh dari sekolah, mereka berpapasan dengan Eliyah yang sempat menatap ketakutan dari seberang jalan.

Dari tatapan tajam Lana, Anya tau bahwa sosok dengan rambut lurus dan feminim itu adalah sosok di seberang yang terlihat sangat cantik.

Eliyah menatap Anya dengan raut cemas, membuat Anya kebingungan saat mereka berpapasan di zebra cross.

"Kak Lana kenal dia?" tanya Anya.

"Gak."

Sesampainya di rumah, Lana langsung meminta Bi Ani untuk mengurus Anya, jadi ia sendiri bisa langsung istirahat dengan tenang di kamarnya.

****

"Wah, kalian akur ya. Kalian kok semalam pulang larut, emang kemana?" tanya Tuan Gramantha saat sarapan.

Sejujurnya Lana muak dengan sandiwara ini. Mereka tidak pernah makan bersama saat pagi, juga tak saling menyapa dan mengobrol jika tidak ada perlu. Hanya karena Anya menginap, mereka langsung berubah seperti ini.

"Kemarin itu Kak Lana—"

"Kita ada kerja kelompok, Pa," ujar Lana menyela ucapan Anya. Jika sampai gadis itu menceritakan yang sebenarnya terjadi, urusannya akan rumit.

"Kalian kan beda angkatan emangnya kenapa harus kerja kelompok bareng?" tanya Nyonya Gramantha curiga.

"Buat Festival seni." Bukan Lana jika tidak jago dalam membohongi orang tua.

Ia bisa mengatakan dan mencoba membuktikan kebohongannya untuk mengelabuhi orang tuanya selama ini, bahwa ia sudah berlaku baik di sekolah dan di rumah. Meski kenyataannya Lana sama sekali tidak berubah.

Setelah sarapan, Lana dan Anya berangkat sekolah bersama, jalan kaki seperti biasa.

"Jauh-jauh dari gue, lu kan stalker," ujar Lana.

"Ck." Anya berdecak sebal, justru semakin menghimpit Lana, membuat pria itu risih, beberapa kali mendorongnya.

"Btw gue penasaran gimana cara lu bisa buka pintu gudang kemarin malem? Emang lu bawa kunci?" tanya Lana.

Anya sedikit mendongak untuk menatap wajah pria tampan yang lebih tinggi dari nya itu. Anya berjalan di depan Lana, berjalan mundur sambil senyum-senyum.

'Dih, ini cewek gak jelas banget,' batin Lana.

"Aku buka pake jepit rambut lidi ini." Anya menunjukkan jepit rambut di tas nya."Aku tuh dulu sering dikurung sama Papa, jadi harus bisa kabur."

"Lah, sama dong. Gue dulu juga sering di kurung."

Tak sadar mereka tertawa bersama, sampai di depan gerbang. Ardiaz menatap heran pada dua orang yang tiba-tiba menjadi akrab itu.

"Lah, kalian tumben berangkat bareng," ujar Ardiaz.

"Ehem." Lana bersikap sok dingin lagi, berjalan meninggalkan Ardiaz dan Anya.

Brugh

Seorang perempuan dengan rambut pirang mendorong tuh Anya dari belakang. Gadis itu jatuh terjerembab.

"Aww!"

"Eh, Elsa lu jalan liat-liat dong," ketus Ardiaz.

"Ya dia aja yang caper berdiri depan gerbang gitu, gue mau lewat!" Elsa langsung pergi meninggalkan mereka.

Ardiaz membantu Anya berdiri, ia meringis melihat luka di lutut Anya. "Aduh, sampe berdarah gitu, ayo gue anter ke UKS."

Dua orang itu langsung menuju ke UKS. Sementara Lana masih berjalan di koridor kelas satu. Ia sengaja memelankan langkah ketika melewati kelas Jeongin. Seorang pemuda berlarian sambil berteriak.

"Ges, si Anya tadi di dorong sama Elsa. Lututnya sampe luka, dia gak bisa jalan UKS. Ketua kelas mana?"

Manik mata Lana membulat. Ada yang mendorong Anya sampe lututnya berdarah? "Ck, baru ditinggal bentar doang udah kayak gitu, dasar ga guna."

Lana berjalan memasuki kelas itu, membuat beberapa anak perempuan berteriak heboh karena kakak kelas most wanted mereka datang entah kenapa. Apakah ada salah satu dari mereka yang dicarinya?

"Elsa siapa?" tanya Lana langsung tanpa basa-basi.

"Eh, Kak Lana ... Itu- Elsa kelas 2-A ujar salah seorang anak laki-laki yang tadi berlarian."

"Kapan didorongnya? Dia punya masalah apa sama Anya?"

Semua murid terdiam, dalam rangka apa Lana menjadi sangat perduli pada Anya? Bukankah mereka tidak terlalu dekat? Lagipula, menatap Lana bertanya dengan ekspresi serius seolah benar-benar marah hanya karena Anya di dorong?

"Kalo di tanya jawab beg0, jangan diem doang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertangkap Stalker Manis   Apa Akan Bahagia?

    Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini."Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang."Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis.""Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa."Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?""Ga."Kali ini langkah Lana t

  • Tertangkap Stalker Manis   Lana Ditolak?

    Lana melangkah pelan memasuki sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Jefran - papa dari Anya.Dengan sopan ia menunduk pada pria paruh baya itu. Lana tampak menoleh ke sekitar, rupanya mereka telah memesan semua tempat untuk mereka, pantas saja tidak ada siapapun kecuali mereka dan pelayan."Loh, Anya ga datang juga?" tanya Lana. "Pasti masih shock sama kejadian tadi."Jefran menggeleng. "Dia datang kok, itu ...."Arah jemari Jefran menunjuk pada putrinya yang berjalan mendekat. Beberapa saat lalu Anya memang minta ijin ke kamar mandi dulu untuk memperbaiki riasannya saya mendengar Lana hampir sampai ke restoran.Untuk beberapa saat Lana terpana pada penampilan Anya yang berbeda dari biasanya. Di sekolah, gadis itu terlihat polos dan manis, tapi sosok dihadapannya ini sungguh berbeda.'Lah, baru tau gue. Anya bisa cantik gitu kalo pake dress terus rambutnya di ikat rapi.'"Eh, ada yang aneh? Kak Lana kenapa liatin aku?" tanya Anya sembari meraih ponselnya, membuka kamera depan unt

  • Tertangkap Stalker Manis   Ingin Tau Semua

    Selepas bel pulang sekolah berbunyi, semua murid menghambur keluar sekolah, begitupun Anya yang celingukan mencari sopir nya.Sejak kaki nya terluka, ia tak memiliki alasan untuk pergi mengikuti Lana. Kedua orang tua asuhnya meminta agar Anya langsung pulang tanpa bermain dulu."Ck, padahal mau liat Kak Lana dulu," lirih gadis itu. "Mana sih pak Sopir. Kalau ga ada ya udah, aku cari Kak Lana aja."Dengan senyum sumringah Anya menoleh ke sana kemari. Lana biasa jalan kaki sepulang sekolah, pasti tak sulit menemukannya dengan memperhatikan sekitar. Namun, bulannya Lana, yang dia dapati justru sosok perempuan yang malam itu bertemu dengannya dan Lana di zebracross.Perempuan dengan rambut panjang dan lurus, wajahnya sangat cantik, dan tubuhnya gemulai feminim."Aneh. Padahal waktu itu Kak Lana nanya perempuan yang mirip ciri-ciri nya kayak dia, tapi pas ditanya kenal atau engga, justru bilang engga," gumam Anya, masih memperhatikan Eliyah yang berada sedikit jauh darinya.Eliyah yang mer

  • Tertangkap Stalker Manis   Si Caper

    "Ayo, gue gendong. Ini jam pertama udah mau mulai." Abin tiba-tiba merangkul Anya dari samping, lalu mencubit pipi gemas gadis itu."Ish, kak Bima apaan sih."Lana mengalihkan pandangan, jengah. Entah mengapa kehadiran Bima membuatnya kesal, pemuda itu pun melangkah cepat meninggalkan Anya yang tengah sibuk naik ke punggung Bima untuk digendong.'Halah, sok baik banget,' batin Lana. 'Caper.'Sementara Anya terkikik gemas berada di gendongan Bima. Sudah sangat lama sejak sepupu nya itu menggendongnya di belakang."Kak, kamu ga bilang ke Papa kan tentang luka di lutut ku ini?" tanya Anya."Engga. Sebenernya gue mau ngomong langsung sama Elsa buat ga ganggu lu, tapi ternyata keduluan si Lana."Anya mengeratkan pelukannya di punggung Bima, lalu berbisik. "Kak, kayaknya luka di kaki Kak Elsa parah, ya. Aku jadi merasa bersalah.""Lah, ngapain merasa bersalah. Lu harusnya bersyukur ada orang yang mau ngelindungi lu. Ada orang yang perduli sama lu. Emangnya selama ini selain gue, paman, sama

  • Tertangkap Stalker Manis   Harus Mau

    Lana langsung menuju ke kelas 2-A di mana Elsa sedang duduk sambil merias wajahnya lagi. Beberapa anak menghampiri Elsa sambil berbisik, "El, itu Kak Lana datang."Dengan panik Elsa langsung menutup kotak make up nya saat Lana datang dan duduk di sampingnya dengan tatapan tajam."Kenapa?" tanya Elsa dengan malu-malu."Lu ngapain dorong Anya? Ada masalah?""Oh, itu." Elsa langsung memalingkan wajah, malas. "Pagi tadi aku liat Kak Lana jalan bareng sama Anya. Kak, kakak sadar kan kalo aku suka sama kakak, aku cinta sama kakak. Kakak harus hargain perasaan aku," ujar perempuan itu."Gak."Jawaban singkat dari Lana membuat perempuan itu merengut kesal. Ia juga termasuk perempuan yang banyak diinginkan murid laki-laki. Selain terkenal karena pintar, Elsa juga sangat menawan.'Gue gak tau kenapa Kak Lana ga bisa suka sama gue. Gue gak percaya. Pasti ada cara buta Kak Lana suka sama gue,' batin perempuan itu."Gue datang buat peringati lu, jangan ganggu Anya. Atau orang gue bakal ganggu lu j

  • Tertangkap Stalker Manis   Jangan Ganggu Anya

    Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian."Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran."4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkerin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status