Share

Apa Akan Bahagia?

last update Last Updated: 2024-10-07 13:04:08

Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini.

"Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang.

"Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"

Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis."

"Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."

Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"

Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa.

"Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?"

"Ga."

Kali ini langkah Lana terhenti, begitupun Ardiaz yang menampilkan wajah tak suka. "Lu kok bisa-bisanya sih Lana. Gue tau lu ga suka sama dia, tapi ga usah manfaatin dia gitu lah."

"Masalah? Lu suka ya sama Anya?" Lana tersenyum miring, mendorong pundak temannya itu.

Belum jauh Lana melangkah, pundaknya ditarik dari belakang. Sebuah bogem mentah melayang ke wajah tampan Lana. Tidak, itu bukan Ardiaz, melainkan Bima yang baru datang ke sekolah.

"Anj1m, lu ga liat tangan gue masih sakit set4n! Kalo ga, udah gue hajar lu!" persetan dengan citra baiknya di sekolah, Lana kepalang marah karena tiba-tiba dipukul.

"Apa maksud lu nembak Anya, hah! Gue tau lu ga suka sama dia!" Bima meninggikan suara, membuat beberapa murid yang lewat ikut memperhatikan mereka.

"Oh, jadi lu salah satu pembela dia juga? Emangnya kenapa kalo gue suka atau ga suka sama dia, itu bukan urusan elu!" balas Lana.

Ardiaz mencoba merelai dua pemuda itu. Ia menjauhkan Lana, tetapi Bima kembali menyerang dengan memukuli wajah Lana.

"Lihat aja Bima, gue bakal balas lu!" pekik Lana saat Bima memukul sudut bibirnya hingga berdarah.

"Kalo bisa pukul gue pake tangan lu sendiri ga usah nyuruh orang lain, peng3cut!"

Riki datang mendekat setelah memanggil guru. Ia menjauhkan Bima sementara Ardiaz menjauhkan Lana.

"Kalian kenapa sih tingkahnya kayak anak sd gini. Emang gak malu kelahi di depan temen-temen kalian!" guru bk berujar dengan tegas. "Bawa mereka ke ruang bk."

****

Lana terdiam di ruangan kepala sekolah. Tak ada siapapun di sana selagi ia menunggu sosok pria sibuk itu. Ada rasa heran saat kejadian pembalasan pada Elsa kemarin tiba-tiba saja diketahui kepala sekolah.

Ponsel Lana sudah berdering sejak beberapa saat lalu, menampilkan notifikasi panggilan dari papanya.

"Ck, kenapa sih ni orang tua ribut mulu," gerutu Lana. Namun, pada akhirnya ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Jelasin sama Papa, kenapa kamu bisa dipanggil guru bk. Kenapa kamu bisa sampai ada catatan kenakalan remaja di sekolah?!" ujar Beni tanpa basa-basi.

Lana menghembuskan nafas, jengah. Ia sangat muak dengan sikap papanya yang sekejap memuji dan sekejap memaki.

"Lana ga tau apa-apa," ujar pemuda itu, lalu mematikan panggilan.

"Fokus sama sekolah kamu, papa bakal selesaiin masalah ini. Bilang sama Papa siapa yang ganggu kamu."

"Bima."

Setelah berucap, Lana langsung mematikan panggilan dan melempar ponsel itu sembarangan, bertepatan saat guru bk memasuki ruang kepala sekolah bersama Elsa.

"Kak Lana tunggu, kita mau bicarain sidang orang tua—"

"Ser4h lu, deh!" sela Lana yang menyenggol kasar lengan Elsa, lalu beranjak pergi.

Selama ini ia sudah terlalu muak menjadi sempurna di mata papanya. Kenyataan Lana selalu membuat keributan, dan kenakalan.

"Kabur lagi?" Riki menghadang Lana yang hampir sampai di tembok belakang sekolah.

Dari belakang Riki, muncul Anya yang berlarian mengejar sambil bernafas ngos-ngosan. "Kak Lana jangan bolos, guru bk cariin—"

"Diem lu Bonchel!" sentak Lana. Ia menoleh pada Riki. "Bilang sama Ardiaz suruh ambil hp gue di ruang guru, terus jangan kasih tau papa kalo gue di markas."

Riki mengangguk pelan. Sebenarnya ia ingin memberitahu guru bk kalau Lana berada di sini, tetapi juga tak bisa menghentikan temannya itu untuk pergi keluar dari sekolah. Sejujurnya ... Riki tidak menyukai Lana, apalagi saat pemuda itu terus bersama Anya.

"Ikut!" Anya menarik bagian belakang seragam Lana, tetapi pria itu menepis kasar.

"Ga usah sibuk deh, gue mau nenangin diri, tau ga lu!"

"Ish, pokoknya aku mau ikut! Kalau gak aku bakal bilang sama Papa kalau—"

"Dih, iya-iya! Cepet naik ke tumpukan kayu itu, terus pegang tangan gue naik ke sini. Dasar ngerepotin!"

Anya itu bukannya anak baik-baik atau si kutu buku yang selalu berada di perpus. Ia justru sering membolos di sekolah lamanya, untuk menjajankan mereka.

Setelah membantu Anya turun dari tembok pembatas, Lana pun berjalan mendahului Anya yang berusaha mengimbangi langkah cepatnya dengan kaki pendek itu.

Saat sampai di depan minimarket Lana terpikir untuk membeli minuman dingin dulu, ia merogoh saku celananya.

"Anj1r, dompet gue ketinggalan, hp gue juga udah hancur." Lana menoleh pada Anya yang hanya menggaruk pipi, canggung.

"A- apa? Kenapa liat aku kayak gitu?" ujar Anya saat Lana menatap tajam ke arahnya.

"Siniin duit lu! Gue pake dulu, tar gue bayar deh kalo dah balik ke rumah," ujar Lana.

Dengan wajah culunnya Anya menatap kedua telapak tangan, lalu memegang saku roknya sebelum tersenyum canggung. "Gak bawa hp sama dompet juga, hehe."

Spontan Lana mengetuk dahi kepala Anya, membuat gadis itu mengembik menahan air mata yang memaksa untuk meloloskan diri dari pelupuk mata. "Sakit, tau," lirih gadis itu.

"Ya habisnya, elu sih, bikin gue emosi mulu."

Anya mengeluarkan selembar uang 50.000-an dari kantong bajunya. "Ini ... Uang darurat aku, pake aja buat beli es krim."

"Beg0!" ketus Lana.

Sudah dapat ketukan di dahi, sekarang Lana mendorong kepala Anya dengan telapak tangan, membuat gadis itu memejam erat.

"Ish, Kak Lana jangan sembarangan pegang kepala aku dong!' protes Anya.

"Itu duit buat nanti pesen taksi, lu pulang aja dah. Gue mah jadi gelandangan juga bisa," ujar Lana dengan nada sendu. "Ngapain juga gue pake duit lu, gue aja udah ditolak."

Seketika manik mata Anya membulat, ia pikir Lana sudah melupakan kejadian semalam. Jantung gadis itu kembali berpacu cepat, rona merah muda di pipinya terlibat jelas, membuat Lana yakin bahwa Anya masih menyukainya.

"Lu bisa ga sih jadi stalker gue aja, jangan jadi stalker orang lain atau pake libur-libur gitu. Bisa kan jadi pacar gue aja?" tanya Lana.

Anya menutup mulut dengan telapak tangan, ia tak menyangka Lana benar-benar mengucapkan di depannya. Sejujurnya hari itu saat mengungkapkan perasaan, Anya sama sekali tak berharap Lana akan membalasnya.

"A- aku ... Aku-" Anya berucap terbata-bata. Pada akhirnya ia hanya bisa mengangguk dengan air mata mengalir di pipi. Tidak, dia bukannya terharu, tetapi perasaannya tercampur aduk.

'Aku pengen pacaran sama Kak Lana, tapi Kak Bima pasti marah. Terus Kak Lana juga pacaran aku karna pekerjaan Papa, apa aku bakal bahagia? Aku juga belum tau sifat asli Kak Lana. Kalau benar seperti yang dibilang perempuan itu, pasti aku dalam bahaya,' batin Anya dengan raut cemas yang terlihat jelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertangkap Stalker Manis   Apa Akan Bahagia?

    Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini."Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang."Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis.""Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa."Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?""Ga."Kali ini langkah Lana t

  • Tertangkap Stalker Manis   Lana Ditolak?

    Lana melangkah pelan memasuki sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Jefran - papa dari Anya.Dengan sopan ia menunduk pada pria paruh baya itu. Lana tampak menoleh ke sekitar, rupanya mereka telah memesan semua tempat untuk mereka, pantas saja tidak ada siapapun kecuali mereka dan pelayan."Loh, Anya ga datang juga?" tanya Lana. "Pasti masih shock sama kejadian tadi."Jefran menggeleng. "Dia datang kok, itu ...."Arah jemari Jefran menunjuk pada putrinya yang berjalan mendekat. Beberapa saat lalu Anya memang minta ijin ke kamar mandi dulu untuk memperbaiki riasannya saya mendengar Lana hampir sampai ke restoran.Untuk beberapa saat Lana terpana pada penampilan Anya yang berbeda dari biasanya. Di sekolah, gadis itu terlihat polos dan manis, tapi sosok dihadapannya ini sungguh berbeda.'Lah, baru tau gue. Anya bisa cantik gitu kalo pake dress terus rambutnya di ikat rapi.'"Eh, ada yang aneh? Kak Lana kenapa liatin aku?" tanya Anya sembari meraih ponselnya, membuka kamera depan unt

  • Tertangkap Stalker Manis   Ingin Tau Semua

    Selepas bel pulang sekolah berbunyi, semua murid menghambur keluar sekolah, begitupun Anya yang celingukan mencari sopir nya.Sejak kaki nya terluka, ia tak memiliki alasan untuk pergi mengikuti Lana. Kedua orang tua asuhnya meminta agar Anya langsung pulang tanpa bermain dulu."Ck, padahal mau liat Kak Lana dulu," lirih gadis itu. "Mana sih pak Sopir. Kalau ga ada ya udah, aku cari Kak Lana aja."Dengan senyum sumringah Anya menoleh ke sana kemari. Lana biasa jalan kaki sepulang sekolah, pasti tak sulit menemukannya dengan memperhatikan sekitar. Namun, bulannya Lana, yang dia dapati justru sosok perempuan yang malam itu bertemu dengannya dan Lana di zebracross.Perempuan dengan rambut panjang dan lurus, wajahnya sangat cantik, dan tubuhnya gemulai feminim."Aneh. Padahal waktu itu Kak Lana nanya perempuan yang mirip ciri-ciri nya kayak dia, tapi pas ditanya kenal atau engga, justru bilang engga," gumam Anya, masih memperhatikan Eliyah yang berada sedikit jauh darinya.Eliyah yang mer

  • Tertangkap Stalker Manis   Si Caper

    "Ayo, gue gendong. Ini jam pertama udah mau mulai." Abin tiba-tiba merangkul Anya dari samping, lalu mencubit pipi gemas gadis itu."Ish, kak Bima apaan sih."Lana mengalihkan pandangan, jengah. Entah mengapa kehadiran Bima membuatnya kesal, pemuda itu pun melangkah cepat meninggalkan Anya yang tengah sibuk naik ke punggung Bima untuk digendong.'Halah, sok baik banget,' batin Lana. 'Caper.'Sementara Anya terkikik gemas berada di gendongan Bima. Sudah sangat lama sejak sepupu nya itu menggendongnya di belakang."Kak, kamu ga bilang ke Papa kan tentang luka di lutut ku ini?" tanya Anya."Engga. Sebenernya gue mau ngomong langsung sama Elsa buat ga ganggu lu, tapi ternyata keduluan si Lana."Anya mengeratkan pelukannya di punggung Bima, lalu berbisik. "Kak, kayaknya luka di kaki Kak Elsa parah, ya. Aku jadi merasa bersalah.""Lah, ngapain merasa bersalah. Lu harusnya bersyukur ada orang yang mau ngelindungi lu. Ada orang yang perduli sama lu. Emangnya selama ini selain gue, paman, sama

  • Tertangkap Stalker Manis   Harus Mau

    Lana langsung menuju ke kelas 2-A di mana Elsa sedang duduk sambil merias wajahnya lagi. Beberapa anak menghampiri Elsa sambil berbisik, "El, itu Kak Lana datang."Dengan panik Elsa langsung menutup kotak make up nya saat Lana datang dan duduk di sampingnya dengan tatapan tajam."Kenapa?" tanya Elsa dengan malu-malu."Lu ngapain dorong Anya? Ada masalah?""Oh, itu." Elsa langsung memalingkan wajah, malas. "Pagi tadi aku liat Kak Lana jalan bareng sama Anya. Kak, kakak sadar kan kalo aku suka sama kakak, aku cinta sama kakak. Kakak harus hargain perasaan aku," ujar perempuan itu."Gak."Jawaban singkat dari Lana membuat perempuan itu merengut kesal. Ia juga termasuk perempuan yang banyak diinginkan murid laki-laki. Selain terkenal karena pintar, Elsa juga sangat menawan.'Gue gak tau kenapa Kak Lana ga bisa suka sama gue. Gue gak percaya. Pasti ada cara buta Kak Lana suka sama gue,' batin perempuan itu."Gue datang buat peringati lu, jangan ganggu Anya. Atau orang gue bakal ganggu lu j

  • Tertangkap Stalker Manis   Jangan Ganggu Anya

    Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian."Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran."4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkerin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status