Share

8. Dia Ae-in?

Tidak mau berpikir yang bukan-bukan membuat Yuan melanjutkan langkahnya. Insiden tadi membuatnya lupa akan sesuatu yang hatusnya ia cari. Ia kembali berkumpul bersama suaminya tanpa bertanya alasan apa yang membuat ia begitu lama di kamar mandi, urusan penting apa yang membuat ia meninggalkan pesta.

"Kenapa aromamu seperti bercampur dengan aroma wanita?"

"Kau pikir di pesta ini hanya ada pria? Aku bersalaman dengan banyak orang dan tidak hanya dengan pria saja. Tubuhku juga bergesekan dengan banyak orang. Pikiranmu jangan terlalu picik!"

"Aku hanya bertanya. Kenapa kau menjawab seolah aku menuduhmu yang tidak-tidak?"

"Memang pertanyaanmu mengarah ke sana."

Pertengkaran yang dilakukan secara berbisik itu berakhir setelah lagi-lagi Danish meninggalkannya untuk yang kedua kalinya. Ia memilih untuk menjamu para mitra bisnisnya dan mengabaikan sang istri.

"Aku kalau menjadi kau sudah pasti akan mencari tahu apa yang membuat pasanganku berubah." Rafan kembali datang dan mengagetkannya.

Entah kenapa jadi Rafan yang lebih banyak menemaninya. Pria itu terlihat sangat respect terhadapnya. Padahal sebelum kejadian malam panas itu laki-laki itu acuh bahkan cenderung dingin padanya. Apakah malam itu telah mengubah semuanya?

Yuan yang semula merasa bersalah atas khilafnya itu membuatnya semakin ke sini semakin merasa bahwa ia tak perlu merasa bersalah apalagi berdosa atas kesalahannya malam itu.

"Berisik!"

"Tapi kau suka, kan?"

"Apanya?"

"Suaraku." Rafan mengatupkan mulutnya setelah mencoba mengingatkan Yuan soal malam itu. Ini adalah salah satu caranya agar wanita itu tak berpaku pada Danish saja.

"Kenapa kau masih meningat kejadian itu?"

"Aku sudah berusaha melupakannya tapi tidak bisa."

"Kau memang sudah gila." Yuan yang merasa bulu kuduknya tiba-tiba meremang memilih untuk pergi dari hadapan kakak iparnya.

Sebenarnya ia juga masih mengingat setiap detik malam itu. Tapi ah sudahlah, ia tak mau tenggelam dalam pikiran yang menurutnya salah.

Getaran di ponselnya membuat ia kembali teringat dengan apa yang ia lakukan tadi. Ia mengabaikan pesan yang entah dari siapa. Ia melipir kembali ke internet dan menemukan sebuah fakta mengejutkan.

Sangat jelas tertulis di sana bahwa Ae-in adalah bahasa Korea yang mempunyai makna kesayangan. Ponselnya sedikit bergemetar lantaran tangannya juga melakukan gerakan yang sama. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, air matanya luruh tanpa ia minta, hatinya remuk redam, hancur menjadi kepingan yang berserakan.

Selingkuh? Benarkah suaminya melakukan perselingkuhan di belakangnya? Dengan siapa? Apa alasannya? Adakah yang salah dengan dirinya sehingga suaminya melakukan penghianatan seperti ini?

Tidak-tidak. Apakah ia harus percaya begitu saja dengan sebuah makna dari bahasa asing yang bisa saja salah? Bisa saja yang membuat artikel ini salah, kan? Selama ini hubungannya dengan Danish tak ada masalah, tak ada sesuatu yang dijadikan alasan untuk Danish melakukan perselingkuhan ini. Pelayanan yang ia berikan cukup baik, ia selalu menjadi istri dan wanita yang baik untuk suaminya, tak mungkin ia melakukan ini di belakangnya.

Yuan menghapus kasar pipi yang basah karena air mata. Meskipun kepala dan hati tengah bertengkar, ia berusaha untuk tenang sebelum ia tahu di depan mata bahwa kemungkinan perselingkuhan itu benar adanya.

°°°

Keinginan Yuan untuk tidak terlalu memikirkan apa yang ia tahu ternyata tidak semudah saat ia bicara. Ia sudah berusaha, tapi semakin ia berusaha untuk lupa dan tidak asal tuduh sebelum adanya bukti, maka pikirannya semakin ingin tahu. Apalagi Danish sudah tidak lagi sungkan untuk bermain dan fokus dengan benda pipihnya di saat mereka sedang berdua saja di kamar.

Benda yang seakan menjadi kesayangannya itu pun juga tak luput dari genggamannya. Ke mana pun ia pergi, akan selalu ia bawa. Yuan tak punya kesempatan untuk mencari tahu Ae-in lebih jauh.

Hingga suatu ketika di tengah malam, ia terbangun untuk melepas dahaga. Tidak seperti biasanya ia terbangun di tengah malam hanya untuk minum. Yuan adalah tipe orang yang sangat jarang terbangun di tengah malam karena sesuatu.

Namun, sepertinya ia terbangun kali ini ada sesuatu yang memang ingun Tuhan tunjukkan. Bukankah sebuah petunjuk ketika ia mendapati suaminya yang tak ada di kamar? Di kamar mandi pun tak ada. Lalu ke mana? Apakah begini perilakunya setiap tengah malam?

Rasa dahaga yang membuat ia terbangun kini sedikit terabaikan. Pusat pikirannya tertuju pada ke mana perginya sang suami. Tak apa ia harus lama mencari, yang terpenting ia harus menemukan di mana suaminya berada di tenang malam begini.

Beberapa saat ia berkelana ke penjuru rumah, akhirnya ia mendapati suaminya yang berada di halaman belakang rumah, lebih tepatnya tepi kolam yang keadaannya tak terlalu terang karena hanya di terangi dengan lampu temaram di beberapa sudut.

Dengan saat perlahan dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara, ia melangkah menuju ke arah suaminya duduk yang posisinya membelakangi dirinya.

"Kau merindukan aku? Bahkan di saat kita bertemu setiap hari kau masih punya rasa rindu? Katakan apakah aku harus ke sana malam ini juga?!"

"Nanti ketahuan istrimu jika kau ke sini. Nanti dia malah curiga sama hubungan kita."

"Tenanglah, dia bodoh. Dia terlalu mudah untuk dikelabui. Meskipun dia tahu sesuatu dia nggak akan bisa berbuat apa-apa. Aku akan ke sana, ini masih jam setengah 12. Aku akan pulang sebelum subuh. Pergi ke tempat biasa supaya aku tidak terlalu jauh ke tempatmu. Untuk mempersingkat waktu juga."

Danish lalu bangkit dan berjalan menuju laci tengah untuk mengambil kunci mobilnya. Tak ada sama sekali pergerakan ke hati-hatian dalam setiap pergerakannya, seakan ia sangat paham bahwa tak akan ada orang yang memergokinya.

Tak mau membuang waktu dengan kesempatan ini, Yuan pun bergegas mengambil kunci motor matic yang biasa dipakai untuk asisten rumah tangga saat ada keperluan di luar. Untunglah semua kunci kendaraan diletakkan di laci ruang tengah.

Yuan tak peduli dirinya yang tak cocok dengan udara dingin, ia tak peduli dengan angin yang menerjang dirinya. Ia tak mengenakan pelindung apa pun. Hanya sebuah baju tidur yang berlengan pendek dan celana tidur yang pendek pula.

Perjalanannya terhenti ketika mobil suaminya berbelok ke sebuah hotel mewah. Tak berselang lama, datanglah seorang perempuan yang datang dengan sebuah taksi online.

Sebuah rangkulan mesra diterima wanita itu. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Yuan, rasa gatal yang mulai ia rasakan saat udara dingin mulai menyerangnya dengan ugal-ugalan tak lagi ia pedulikan.

Apalagi yang dilakukan oleh sepasang manusia berbeda jenis memasuki sebuah hotel? Apa ia yang dipanggil Ae-in? Wanita itu yang sudah membuat suaminya berubah? Sejak kapan mereka menjalin hubungan? Apa alasannya? Apa salahnya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status