Share

7. Pesta

Yuan yang sedang menikmati coklat hangat itu seketika tersedak ketika mendengar suara bariton dari sang ayah mertua. Ia sedikit salah tingkah saat menatap Rafan yang juga terlihat kikuk dan canggung.

"Ke mana Danish?"

"Aku di sini, Yah."

Sahutan dari arah tangga membuat Yuan yang hendak berucap kembali terdiam.

Seperti biasa, sepasang suami istri itu akan terlihat biasa saja saat berada di depan kedua orang tuanya. Tak peduli mereka sesaat sebelumnya terlibat pertengkaran. Hanya Rafan yang melihat apa yang mereka sembunyikan. Entah dirinya yang memang perasa atau dirinya satu-satunya yang mengetahui bahwa keduanya sedang tak baik-baik saja.

Malam itu suasana kantor begitu ramai, penuh sesak oleh orang-orang yang berkedudukan penting dalam perusahaan itu dan ada beberapa kolega besar yang turut hadir memeriahkan acara tersebut.

Dengan berjalan anggun dan tangan yang terpaut di lengan Danish, Yuan menampilkan senyum keramahan pada setiap manusia yang ia lewati. Nampak beberapa dari mereka berdecak kagum dengan keanggunan yang dimiliki wanita itu. Bahkan beberapa kolega dan klien penting secara terang-terangan memuji kecantikannya.

Selesai dengan acara ramah tamah, Danish sedikit menepi dan perlahan menjauh dari kerumunan. Tak ada yang menyadari kepergian pria itu.

Satu-satunya yang menyadari bahwa Danish tidak berada di dekat istrinya adalah Rafan. Entah semesta yang sedang mendukung pria itu, atau memang Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. Ia selalu mempunyai kesempatan dekat dengan wanita itu. Meskipun ia sebenarnya tidak ingin berada di sekitar Yuan, tapi tetap saja kakinya melangkah ke arah di mana Yuan berdiri.

"Kau sendirian, ke mana Danish?"

"Pergi ke toilet."

"Kau bosan?"

"Tidak juga, hanya saja merasa tidak terlalu nyaman di tengah-tengah banyak manusia tapi aku sendirian."

"Kalau begitu aku temani."

"Menjauhlah dariku, Rafan. Aku tidak ingin Danish berpikir yang tidak-tidak. Dia terus mengira kalau kau dan aku ada hubungan karena kau terus membelaku."

"Aku tidak harus melakukan sesuatu yang tidak pernah aku lakukan. Kalau kau menjauhiku karena tuduhannya, itu sama saja kau membenarkan apa yang dia katakan. Kau dan aku tidak punya hubungan, kan? Lalu untuk apa kau dengarkan kata dia? Atau jangan kau berharap ada hubungan denganku?"

"Jangan gila." Yuan meletakkan gelasnya dan hendak berlalu sana.

Namun, tangan Rafan tiba-tiba menarik tangan wanita itu sehingga tubuh mereka saling berhadapan dan sangat dekat. Untunglah kedua tangan Yuan berada di tengah-tengah mereka sehingga tubuh mereka tak terlalu menempel.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Yuan kesal seraya melihat sekeliling. Ia takut jika ada yang melihat posisi mereka barusan dan terjadi kesalah pahaman.

Rafan hanya menjawab dengan gerakan dagunya. Terlihat seseorang yang sedang menghidangkan makanan di meja. Mungkin jika dirinya tak ditarik oleh Rafan, ia sudah bertubrukan dengan pelayan itu.

"Terima kasih," jawab Yuan sekenanya dan pergi dari sana.

Kakinya melangkah ia bawa untuk mencari di mana keberadaan toilet. Ia tak pernah ke kantor keluarga mertuanya sebelumnya, semua serba asing membuat ia melangkah ke mana-mana. Ia mengubungi Danish pun tak bisa lantaran nomornya yang tak bisa dihubungi.

Sementara laki-laki yang sedang dicari oleh Yuan tengah berada di ruangannya. Ruang kerja yang berada di lantai sepuluh tak mungkin akan di jamah oleh siapa pun malam ini.

Wanitanya sedang sibuk mencari di mana dirinya, sementara ia di ruangannya sedang menikmati malam panas dengan sang sekretaris pribadi. Malam panas yang entah keberapa kalinya setelah mereka menjalin hubungan haram dua bulan yang lalu.

"Kenapa cepat-cepat, Danish? Aku baru saja menikmatinya, tapi kau sudah mengakhirinya. Menyebalkan!" ujar Feli memungut pakaiannya dengan mengerucutkan bibirnya.

"Tidak bisa lama-lama, Sayang. Kau tahu kita sedang pesta. Jangan buat semuanya curiga dengan ketidakhadiran kita di lantai bawah."

Kedua pasangan haram itu lalu keluar setelah memastikan dirinya mereka layak untuk kembali ke pesta. Penampilan yang cukup acak adul kini sudah tak lagi terlihat. Dan keduanya keluar ruangan bersamaan dan terpisah di lift. Sungguh manipulasi yang rapi dan luar biasa.

"Ada apa kau menghubungiku?" tanya Danish di sambungan telepon dengan bodohnya.

"Kau bertanya? Apa kau tidak sadar kau berapa lama di kamar mandi? Aku sedang mencarimu!"

"Tunggu saja di sana. Aku akan kembali. Ada urusan sebentar tadi."

Urusan apa yang lebih penting dari istrinya? Perubahan yang kentara tentu membuat kecurigaan Yuan semakin lama semakin bertambah besar. Sungguh ia tak lupa dengan penyebab pertama kali ia bertengkar dengan suaminya.

'Ae-in. Bodoh! Kenapa aku baru terpikir untuk mencari makna dari nama itu?

Nama asing yang tidak mungkin menjadi nama asli dari seseorang.'

Wanita itu pun akhirnya berjalan menuju ke pesta seraya fokus dengan ponselnya. Ia tengah berselancar di internet untuk mencari makna dari kata yang asing di telinganya.

Yuan baru saja akan menekan ikon pencarian, namun fokusnya yang tidak pada jalanan membuat ia tak sengaja menubruk seseorang hingga ponselnya terjatuh.

"Ah, maaf saya tidak sengaja."

"Tidak apa-apa, Bu. Saya juga salah, saya sedang buru-buru, ini ponselnya." Wanita berpawakan tinggi dan semok itu menyerahkan ponsel Yuan.

"Terima kasih"

Yuan hanya menatap kepergian wanita itu dengan sedikit kening yang terlipat.

'Kenapa aroma tubuhnya tidak asing, seperti.... '

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status