Yuan yang sedang menikmati coklat hangat itu seketika tersedak ketika mendengar suara bariton dari sang ayah mertua. Ia sedikit salah tingkah saat menatap Rafan yang juga terlihat kikuk dan canggung.
"Ke mana Danish?""Aku di sini, Yah."Sahutan dari arah tangga membuat Yuan yang hendak berucap kembali terdiam.Seperti biasa, sepasang suami istri itu akan terlihat biasa saja saat berada di depan kedua orang tuanya. Tak peduli mereka sesaat sebelumnya terlibat pertengkaran. Hanya Rafan yang melihat apa yang mereka sembunyikan. Entah dirinya yang memang perasa atau dirinya satu-satunya yang mengetahui bahwa keduanya sedang tak baik-baik saja.Malam itu suasana kantor begitu ramai, penuh sesak oleh orang-orang yang berkedudukan penting dalam perusahaan itu dan ada beberapa kolega besar yang turut hadir memeriahkan acara tersebut.Dengan berjalan anggun dan tangan yang terpaut di lengan Danish, Yuan menampilkan senyum keramahan pada setiap manusia yang ia lewati. Nampak beberapa dari mereka berdecak kagum dengan keanggunan yang dimiliki wanita itu. Bahkan beberapa kolega dan klien penting secara terang-terangan memuji kecantikannya.Selesai dengan acara ramah tamah, Danish sedikit menepi dan perlahan menjauh dari kerumunan. Tak ada yang menyadari kepergian pria itu.Satu-satunya yang menyadari bahwa Danish tidak berada di dekat istrinya adalah Rafan. Entah semesta yang sedang mendukung pria itu, atau memang Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. Ia selalu mempunyai kesempatan dekat dengan wanita itu. Meskipun ia sebenarnya tidak ingin berada di sekitar Yuan, tapi tetap saja kakinya melangkah ke arah di mana Yuan berdiri."Kau sendirian, ke mana Danish?""Pergi ke toilet.""Kau bosan?""Tidak juga, hanya saja merasa tidak terlalu nyaman di tengah-tengah banyak manusia tapi aku sendirian.""Kalau begitu aku temani.""Menjauhlah dariku, Rafan. Aku tidak ingin Danish berpikir yang tidak-tidak. Dia terus mengira kalau kau dan aku ada hubungan karena kau terus membelaku.""Aku tidak harus melakukan sesuatu yang tidak pernah aku lakukan. Kalau kau menjauhiku karena tuduhannya, itu sama saja kau membenarkan apa yang dia katakan. Kau dan aku tidak punya hubungan, kan? Lalu untuk apa kau dengarkan kata dia? Atau jangan kau berharap ada hubungan denganku?""Jangan gila." Yuan meletakkan gelasnya dan hendak berlalu sana.Namun, tangan Rafan tiba-tiba menarik tangan wanita itu sehingga tubuh mereka saling berhadapan dan sangat dekat. Untunglah kedua tangan Yuan berada di tengah-tengah mereka sehingga tubuh mereka tak terlalu menempel."Apa yang kau lakukan?" tanya Yuan kesal seraya melihat sekeliling. Ia takut jika ada yang melihat posisi mereka barusan dan terjadi kesalah pahaman.Rafan hanya menjawab dengan gerakan dagunya. Terlihat seseorang yang sedang menghidangkan makanan di meja. Mungkin jika dirinya tak ditarik oleh Rafan, ia sudah bertubrukan dengan pelayan itu."Terima kasih," jawab Yuan sekenanya dan pergi dari sana.Kakinya melangkah ia bawa untuk mencari di mana keberadaan toilet. Ia tak pernah ke kantor keluarga mertuanya sebelumnya, semua serba asing membuat ia melangkah ke mana-mana. Ia mengubungi Danish pun tak bisa lantaran nomornya yang tak bisa dihubungi.Sementara laki-laki yang sedang dicari oleh Yuan tengah berada di ruangannya. Ruang kerja yang berada di lantai sepuluh tak mungkin akan di jamah oleh siapa pun malam ini.Wanitanya sedang sibuk mencari di mana dirinya, sementara ia di ruangannya sedang menikmati malam panas dengan sang sekretaris pribadi. Malam panas yang entah keberapa kalinya setelah mereka menjalin hubungan haram dua bulan yang lalu."Kenapa cepat-cepat, Danish? Aku baru saja menikmatinya, tapi kau sudah mengakhirinya. Menyebalkan!" ujar Feli memungut pakaiannya dengan mengerucutkan bibirnya."Tidak bisa lama-lama, Sayang. Kau tahu kita sedang pesta. Jangan buat semuanya curiga dengan ketidakhadiran kita di lantai bawah."Kedua pasangan haram itu lalu keluar setelah memastikan dirinya mereka layak untuk kembali ke pesta. Penampilan yang cukup acak adul kini sudah tak lagi terlihat. Dan keduanya keluar ruangan bersamaan dan terpisah di lift. Sungguh manipulasi yang rapi dan luar biasa."Ada apa kau menghubungiku?" tanya Danish di sambungan telepon dengan bodohnya."Kau bertanya? Apa kau tidak sadar kau berapa lama di kamar mandi? Aku sedang mencarimu!""Tunggu saja di sana. Aku akan kembali. Ada urusan sebentar tadi."Urusan apa yang lebih penting dari istrinya? Perubahan yang kentara tentu membuat kecurigaan Yuan semakin lama semakin bertambah besar. Sungguh ia tak lupa dengan penyebab pertama kali ia bertengkar dengan suaminya.'Ae-in. Bodoh! Kenapa aku baru terpikir untuk mencari makna dari nama itu?Nama asing yang tidak mungkin menjadi nama asli dari seseorang.'Wanita itu pun akhirnya berjalan menuju ke pesta seraya fokus dengan ponselnya. Ia tengah berselancar di internet untuk mencari makna dari kata yang asing di telinganya.Yuan baru saja akan menekan ikon pencarian, namun fokusnya yang tidak pada jalanan membuat ia tak sengaja menubruk seseorang hingga ponselnya terjatuh."Ah, maaf saya tidak sengaja.""Tidak apa-apa, Bu. Saya juga salah, saya sedang buru-buru, ini ponselnya." Wanita berpawakan tinggi dan semok itu menyerahkan ponsel Yuan."Terima kasih"Yuan hanya menatap kepergian wanita itu dengan sedikit kening yang terlipat.'Kenapa aroma tubuhnya tidak asing, seperti.... 'Tidak mau berpikir yang bukan-bukan membuat Yuan melanjutkan langkahnya. Insiden tadi membuatnya lupa akan sesuatu yang hatusnya ia cari. Ia kembali berkumpul bersama suaminya tanpa bertanya alasan apa yang membuat ia begitu lama di kamar mandi, urusan penting apa yang membuat ia meninggalkan pesta. "Kenapa aromamu seperti bercampur dengan aroma wanita?" "Kau pikir di pesta ini hanya ada pria? Aku bersalaman dengan banyak orang dan tidak hanya dengan pria saja. Tubuhku juga bergesekan dengan banyak orang. Pikiranmu jangan terlalu picik!" "Aku hanya bertanya. Kenapa kau menjawab seolah aku menuduhmu yang tidak-tidak?""Memang pertanyaanmu mengarah ke sana."Pertengkaran yang dilakukan secara berbisik itu berakhir setelah lagi-lagi Danish meninggalkannya untuk yang kedua kalinya. Ia memilih untuk menjamu para mitra bisnisnya dan mengabaikan sang istri. "Aku kalau menjadi kau sudah pasti akan mencari tahu apa yang membuat pasan
Keadaan Yuan sudah berantakan sesaat sampai di rumah. Seperti saat berangkat tadi, ia masuk rumah dengan leluasa tanpa khawatir akan dipergoki oleh orang rumah. Lebih tepatnya, ia tak memikirkan itu, pikirannya terfokus pada rumah tanggannya yang tanpa ia sadari sudah hancur sehancur hidup dan hatinya. Rambut panjang yang acak adul, tubuhnya yang sudah penuh dengan bengkak merah yang terasa gatal membuat siapa pun merasa iba saat melihat penampilannya. Kata-kata Danish tentang dirinya yang bodoh terus saja terdengar di telinganya. Memang benar apa yang dikatakaan pria itu, harusnya ia tidak mengulur-ulur waktu untuk mencari siapa nama asing itu, seharusnya ia tak terlalu acuh pada kenyataan yang sebenarnya sudah membuatnya curiga dari lama. "Yuan, apa itu kau?" tanya seseorang dari belakang. Yuan acuh, ia terus berjalan pelan seakan adegan slow motion di drama-drama. Ia mengabaikan panggilan Rafan seakan telinganya tak mampu mendengar suara selain kata-kata Danish. Bahkan ia tak m
Pagi harinya, semua berjalan seperti biasa. Meskipun berbagai pertanyaan yang sama diterima oleh Yuan, ia tak bosan menjelaskan bahwa ia semalam menjadi korban drama yang ia lihat. "Aku semalam tidak sengaja menemukan drama yang membuat aku sedih dan menangis semalaman. Hanya terbawa suasana, dan aku tertidur setelah melihat dramanya. Jadi aku tertidur setelah aku menangis, itulah kenapa mataku pagi ini sembab."Semua orang percaya bahkan termasuk, Danish. Lebih tepatnya ia tak peduli dan memikirkan apa yang membuat mata istrinya sembab. Ia acuh semenjak kembalinya Feli dalam hidupnya. Mantan kesayangan yang sempat terpisah jauh itu kini kembali sekitar tiga bulan yang lalu. Satu bulan menghabiskan hari bersama membuat Danish kehilangan kendali, dan memilih untuk menjalin hubungan terlarang dengan sang mantan. "Selamat pagi semuanya," sapa Rafan yang baru saja sampai dan langsung menyiduk nasi wadahnya. Untuk sesaat ia melirik ke arah Yuan yang
"Jika kau mengetahui sesuatu tentang kebusukan adikku, tolong jangan gegabah untuk menegurnya. Teruslah berpura-pura bodoh seperti yang dia katakan. Strategi kita tidak boleh berantakan hanya karena kau menuruti emosimu saja. Harus tetap kendalikan diri untuk keberhasilan rencana yang sudah kita bicarakan.""Hm, baiklah. Aku akan mendengarkanmu. Kau pengusaha, kau lebih pintar soal strategi."Rafan berlalu setelah mengingatkan wanita itu untuk tetap pada tujuan yang mereka bicarakan semalam. Ia paham, bahkan sangat paham bahwa wanita itu hanya memanfaatkannya untuk melampiaskan rasa sakitnya. Yuan butuh seseorang untuk menciptakan kebahagiaanya. Jangan lupa, Rafan adalah pria yang cukup pandai menilai sesuatu. Cukup licik sebenarnya cara Yuan baginya, tapi tak apa. Ia sudah jatuh hati pada wanita itu sejak malam di mana ia tak sadarkan diri. Ia suka aroma tubuhnya, ia suka cara Yuan memperlakukannya di ranjang, ia juga tertarik dengan wanita yang acuh pad
Suasana mendadak hening sesaat. Danish dengan segala kegugupanya hanya mampu terdiam, ia tak bisa berpikir jawaban apa yang bisa ia gunakan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Dirinya mengatai istrinya bodoh, secara tak langsung dirinya sendiri juga bodoh."Ma-maaf, Bu. Saya hanya ingin antar makan siang yang dipesan Pak Danish.""Untukmu saja, kau boleh pergi. Istri saya bawakan makan siang," putus Danish yang memberi kode Feli untuk segera pergi. Suara napas lega diam-diam terdengar dari mulut Danish. "Siapa dia? Kenapa datangnya tidak sopan?""Asisten pribadi. Iya, tadi pas aku minta untuk dibelikan makan, aku memang sedang berada di luar ruangan, jadi dia mungkin mengira kalau aku masih belum kembali.""Kau mengganti asisten pribadimu? Aku baru mengetahuinya."Danish memilih untuk diam, ia memilih menggunakan mulutnya untuk makan. Ia berpikir jika menjawab, tak akan ada habisnya untuk terus mencari kebohongan
[Kau di mana? Aku pulang kenapa kau tidak ada di rumah?]Baru saja hendak membawa mobilnya keluar pekarangan perusahaan, ponsel Yuan berdering pendek. Ia meraih benda pipih miliknya dan membaca pesan yang baru saja ia terima. Ia mengernyit saat mengetahui yang mengirimnya pesan adalah nomor baru. Sempat bingung, namun melihat bio yang ada di profil itu membuat ia mengangguk paham tanpa bertanya pemilik nomor tersebut. [Aku sedang di kantor suamiku. Untuk apa kau pulang? Dari mana kau dapat nomorku?][Pulanglah, waktuku tidak banyak. Kau selalu menanyakan hal yang tidak penting]Yuan hanya mengedikkan bahu acuh. Namun, meskipun acuh ia tetap saja menuruti kata Rafan untuk segera pulang. Di tengah terik matahari, Yuan muncul sebagai pembalap liar pemberani yang tak kenal takut, menantang kerumunan jalanan yang ramai seiring jam istirahat segera berakhir. Jalanan dipenuhi oleh para pekerja yang kembali ke tempat di mana mereka me
Yuan merasa jantungnya berdebar kencang saat ia memandang cermin. Ia ingin membuat kesan yang kuat saat bertemu Rafan, orang yang menenangkan hatinya saat ia merasa hatinya sedang dikacaukan keadaan. Dengan segala keyakinan yang ada, ia memilih pakaian terbaiknya. Sebuah dress biru muda yang memancarkan keanggunan dan kepercayaan diri. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan tatanan yang sederhana namun menawan. Mata Yuan diberi sentuhan eyeshadow yang menonjolkan keindahan matanya, dan bibirnya diberi lipstik merah muda yang memberi kesan bersemangat. Perhiasan simpel menambah sentuhan elegan pada penampilannya. Yuan ingin terlihat mengesankan untuk Rafan, orang yang membuatnya merasa kembali menjadi orang istimewa. "Wah, menantu Ibu mau ke mana? Kau terlihat lebih cantik dari biasanya.""Aku ada acara sama teman kampus, teman dekat. Aku sudah izin tadi ke Mas Danish, dan dia mengizinkan. Aku pergi dulu, ya, Bu." Bu Veronica mengangguk, "hati-hati
"Ya mencari tahu latar belakang dia. Kebetulan sekali ada temanku yang bekerja di sana. Mantan sekretarismu, Freya. Dia kakak tinggal di kampusku dulu."Nampak ekpresi terkejut dari Rafan. Ia tak menduga bahwa kepindahan sekretarisnya itu membantu Yuan dalam mencari misi kebusukan suaminya. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini baginya, semua sudah ada yang mengatur. Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini sudah ada dalam rencana-Nya. Dan tidak ada yang sia-sia dalam setiap kejadian. Kesalahan malam panas itu contohnya, lihatlah sekarang! Karena ke khilafan itu, kini mereka justru dekat dan saling mendukung satu sama lain. Semua kejadian pasti akan ada hikmahnya. Tapi tidak semua orang bisa mengambilnya. "Kalau urusan pekerjaan dia bisa dipercaya, tapi kau yakin dia bisa melakukan apa yang kau minta? Mencari latar belakang seseorang melalui perusahaan itu sedikit sulit. Bagaimana jika kita memakai detektif, kebetulan aku punya teman seorang detektif.""S