Tak sedetik pun terlewat oleh mata Saga, semua pergerakan pelayan maupun para pengawal yang sibuk mencari Juni ke sana kemari.
"Sudah temukan pelayan itu?" tanyanya saat Edward menghadap.
"Kami sudah mendatangi rumahnya, tapi rumah itu kosong dan tetangganya mengatakan dia sudah pergi tiga hari yang lalu."
Kedua alis Saga beradu. "Ke mana dia pergi?"
"Tak ada petunjuk tentang itu, Tuan."
"Aku tak mengharapkan kata 'tak ada' dari mulutmu, Edward. Cari tahu semua tentang keluarganya dan juga adiknya yang bernama serina itu!" Rahang Saga semakin mengetat dengan hunjaman mata yang kian tajam.
Edward tertegun sejenak sebelum menarik napas dan kembali melanjutkan laporannya. "Dari penuturan orang-orang terdekatnya, dia tak punya adik. Dia hanya punya ayah yang sakit-sakitan sejak lama."
"Tidak punya adik? Lalu siapa Serina?" Saga mendecak keras sampai pelayan-pelayan yang lewat bergidik ketakutan.
"Kami sedang mencari tahu, Tuan."
"Kau tampak begitu rapi, ingin ke suatu tempat?"Suasana sarapan di ruang makan kediaman Lahendra tampak tenang saat Sandi bertanya dengan santai pada Maria."Ya." Seperti biasa, Maria akan menjawab singkat dan dingin."Ke mana?""Ke tempat teman."Leticia bergabung dalam obrolan basa-basi itu dan mencoba mencairkan suasana dengan senyum manis yang dibuat-buat. "Wah, seperti biasa Kak Maria punya banyak teman ya, aku jadi iri deh.""Kau juga harus lebih bersosialisasi lagi, Leti." Tatapan Sandi berpindah pada Leticia di sisi meja yang lain dan seketika sorot matanya berubah hangat."Ya, aku juga ingin begitu. Tapi kau tahu ... yaaa para nyonya dari keluarga terhormat itu tidak suka bergaul denganku yang berkasta rendah ini."Kedua alis Sandi tertaut dan tatapannya menajam. "Siapa yang berani mengataimu berkasta rendah?"Sekilas Leticia melirik Maria lewat ekor matanya. "Yah ... orang-orang yang merasa sangat terhor
Langkah kaki Maria bergema ketika memasuki vila pribadinya. Sembari bergelut dengan takhta Lahendra dan orang-orang memuakkan di dalamnya, ia banyak membeli vila, rumah, apartemen dan real estate lainnya untuk dirinya sendiri. Vila yang terletak di pegunungan ujung kota ini memakan waktu tiga sampai empat jam dalam perjalanan. Dengan langkah tegasnya, ia menaiki tangga setelah membuka blazer dan menyampirkan di punggung sofa. Di tengah tangga ia berpapasan dengan Juni yang sepertinya hendak turun. Juni memandangnya heran. Mungkin merasa ganjil karena Maria tiba-tiba perhatian dengan datang mengunjunginya selama dua hari berturut-turut. Padahal perjalanan ke sini memakan waktu yang lumayan lama. Maria bisa membaca isi pikiran Juni dari ekspresinya. "Aku cuma ingin melihatmu." Maria meneliti keseluruhan diri Juni. Anak ini hampir sama seperti dirinya. Dia keras kepala, tegas dan tak segan-segan mengambil risiko tinggi untuk pilihan yang
Usianya 15 tahun. Malam itu Saga ikut makan malam dengan orang tuanya.Dengan seorang wanita seksi di pangkuan sang ayah. Makan sambil bercumbu. Sedang Rosalia memegang sendok dengan tangan bergetar dan memandang mereka murka di ujung meja.Dalam cumbuannya yang tak habis-habis, Rafael melirik Saga yang menatap tajam ke arahnya. Serta merta lelaki itu berhenti kemudian menyorot Saga tak kalah tajam."Apa yang kau lihat?" Sepasang alis Rafael menukik tajam.Saga tak menurunkan tatapannya. Disorotnya sang ayah lebih tajam lagi."Hah! Anak kurang ajar! Beraninya kau menatapku dengan mata melotot begitu!"Wanita di pangkuan Rafael sedikit terkesiap kala nada tinggi lelaki itu bergema di ruang makan."Turunkan pandanganmu, Berengsek!"Tapi Saga tak menurut. Ditatapnya Rafael dengan mata berkilat jijik sekaligus berang.Sekonyong-konyong Rafael menyapu semua piring di atas meja sehingga jatuh berserakan. Pecah dengan makanan y
"Rencana apa lagi sih, Bu?" Jeni memutar bola mata jengah ketika sang ibu tahu-tahu datang ke kamarnya dan meminta untuk membicarakan rencana mereka di pesta nanti."Hei, ada apa denganmu? Besok ulang tahunmu dan Juni pasti datang. Cuma itu kesempatan kita untuk menghancurkannya karena yang terakhir kali gagal."Jeni memutar bola mata sambil berjalan ke arah ranjang. "Baiklah. Sepertinya Ibu mau bernasib sama seperti Saleh Dipomo."Leticia mengekor di belakang Jeni. "Mana bisa Atlanta memenjarakan kita? Jangan sampai ketahuan dan bertindaklah secara halus."Jeni menoleh pada sang ibu dan menatap seolah Leticia adalah anak TK yang tidak mengerti apa pun. "Apa Ibu tidak pernah mendengar rumor tentang beruang kutub itu?"Dan Leticia hanya mengangkat bahu seolah tidak peduli. Wajahnya memancarkan kesombongan bahwa Atlanta tidak bisa mengadilinya karena dia adalah Lahendra.Jeni mengembuskan napas kesal. "Karena inilah Ibu tidak pernah bisa
Jeni tersenyum manis kepada setiap tamu yang menyapanya dan memberinya ucapan selamat ulang tahun dan selamat bertambah umur.Yah, sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan ucapan bertambah umur itu. Terkesan seperti, 'Selamat, ajalmu semakin dekat alias sebentar lagi kamu mati.'Well, bukan pesta mewah dengan dekorasi yang luar biasa indah ini yang menjadi pusat kesenangannya. Melainkan dua orang yang baru saja keluar dari mobil dan melangkah memasuki pesta.Yang satu tersenyum ceria dengan sangat antusias, satunya lagi bermuka tegang dengan gurat-gurat kecemasan seperti orang yang sembelit.Jeni memasang senyum terbaiknya kala kedua orang itu menghampirinya. Nazura bahkan melompat-lompat riang sedang lelaki yang digandengnya sama sekali tidak fokus. Jeni bisa melihat titik-titik keringat di pelipisnya.'Kakak Ipar pertama sudah datang, tinggal tunggu Kakak Ipar kedua.' Jeni bertepuk tangan dalam hati, menanti kedua orang itu benar-benar mend
Maria menjauhi keramaian pesta dengan pikiran penuh tentang Rafael.Bagaimana bisa dia kembali?Rafael tak boleh bertemu dengan Saga.Maria mengembuskan napas berat sebelum menelepon seseorang."Halo, Nyonya Lahendra.""Kenapa Anda membiarkan anak itu kembali ke sini, Tuan Tanaka?""Oh ya, kebetulan sekali teman dekat putriku adalah anak tirimu." Nada suara di seberang sana terdengar santai kendati suara Maria sudah meninggi."Saya tidak tahu kalau Anda bisa mengingkari perjanjian kita dengan sangat mudah.""Tunggu dulu, Nyonya Lahendra. Aku tidak bermaksud mengingkari kontrak perjanjian kita.""Lalu mengapa Rafael ada di rumahku sekarang? Anda sedang memberikan kejutan kepada saya? Sayang sekali, karena bukan saya yang berulang tahun!" Mata Maria menyipit marah. Jika saja Tuan Tanaka ada di depannya, laki-laki itu pasti akan mematung melihat bagaimana mengerikannya wajah dingin yang kini terlihat marah itu.
Rafael terus menunggu dengan tidak sabar kapan Nazura akan mengakhiri pembicaraannya dengan Jeni maupun teman-temannya yang tahu-tahu sudah akrab dengan Nazura.Ia tak ingin berlama-lama di pesta ini."Sudah tidak sabar ingin pulang atau tidak sabar bertemu dengan istri lamamu?"Suara halus dengan nada mengejek itu seketika membuat Rafael menoleh dan mendapati Jeni mengerling jail padanya."Aku sangat kaget lho saat tahu Kakak Ipar adalah calon tunangan Nazura ups—apa mesti kupanggil mantan kakak ipar?"Rafael tidak mengerti apa yang dilakukan oleh gadis ini."Tidak bertemu dengan madumu? Oh, atau racun? Ah, ini sangat membingungkan. Hebat sekali kakakku bisa punya dua suami sekaligus."Rafael mengernyit, tak menyukai ucapan yang terdengar santai itu. Suami Juni hanyalah dirinya. Tidak ada yang lain."Saga Atlanta sudah datang. Sayangnya tidak bersama dengan Juni. Padahal aku ingin melihat drama picisan
Saga menyeringai di dalam mobilnya. Setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada si pemilik pesta, ia langsung minta pamit.Ia tersenyum mengerikan dalam cahaya mobil yang redup."Jadi dia yang bernama Estigo?"Saga bahkan jijik menyebut nama Rafael.Ia tak tanggung-tanggung menyelidiki tentang masa lalu Juni.Semua tentang Rafael ada di tangannya."Dia yang kau ajak bertemu di rumah sempit itu?"Saga berbisik di kegelapan, seolah Juni ada bersamanya. Kedua alisnya menukik mengintimidasi.Ia tahu, pria di samping Jeni adalah Rafael. Pria yang menatapnya seperti akan mencekiknya saat itu juga.Dan Saga harus menahan diri untuk tak menerjangnya dan memberikan peringatan, "Jangan dekati istriku, Berengsek!"Saga menatap lurus dalam redupnya cahaya mobil. Mata cokelatnya berkilat seperti hewan buas."Lihat dan camkan. Akan kuhancurkan orang itu sampai kau tidak punya tempat dan alasan la