Ucapan itu menampar Chloe lebih keras dari yang bisa dia bayangkan. Ada sesuatu dalam intonasinya, sebuah ketajaman yang menyiratkan dendam, kebencian dan sakit hati. “Apa maksudmu?” tanya Chloe.
“Ku dengar kau mengalami kesulitan.”
Chloe mengernyit heran. Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia yang mengirim orang untuk menjebak Alex? Tapi untuk apa? Aku rasa aku dan Alex tidak pernah memiliki hubungan yang rumit dan dendam padanya.
“Hidup memang kadang menyulitkan.” Chloe mencoba tersenyum dan berkelit walau dia tahu maksud Nash kemana. “Tak banyak orang yang lahir istimewa sepertimu.”
Nash mencibir. Dia masih berpura-pura suci. Dia mencoba seperti seorang malaikat, padahal jelas-jelas dia adalah pembunuh. “Kau butuh bantuan?”
Itu hal yang tidak pernah dipikirkan Chloe sebelumnya. Seorang Nash Sullivan menawarkan bantuan padanya. Tapi Chloe yakin, ini tidak sederhana. Chloe dan Nash tidak dekat, jadi aneh jika Nash tiba-tiba menawarkan bantuan padanya.
“Sebutkan syaratmu!”
Adrian benar, dia sangat cerdas. Nash tersenyum, dia mendekat. “Menikah denganku!”
Chloe mematung. Tatapannya kembali bertemu dengan sepasang mata yang menyorot tajam padanya, seolah ingin menelannya hidup-hidup. “Apa?”
“Menikah denganku adalah solusi terbaikmu saat ini. Aku bisa membereskan masalah Alex semudah aku membalikkan telapak tangan.”
“Kau tahu Alex?”
Aku tahu semua hal tentangmu, wanita jahat. Tak ada yang bisa kau sembunyikan dariku walau itu lewat wajahmu yang sendu itu. Semuanya! Aku tahu semuanya tentangmu.
Nash tidak menyahut. Dia menyalakan rokoknya, menyesapnya, dan membiarkan ketegangan meningkat diantara mereka. Nash menatap Chloe ketika gadis itu dipenuhi tanda tanya dan dia harus setuju dengan Adrian, sekali lagi. Chloe memang berubah menjadi seorang wanita yang menarik, jauh lebih menarik dari fotonya selama ini.
“Apa kau mempermainkanku, Nash? Masih tidak cukup 10 tahun lalu itu?”
Nash menjatuhkan rokoknya, menginjak dengan sepatunya lalu dia mendekat pada Chloe. “Tidak,” katanya pelan namun tegas. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Chloe sekarang, suara rendahnya mengguncang ketenangan tipis yang tersisa di diri Chloe. “Ini bukan tentang cinta atau memori masa lalu.”
Ini tentang balas dendam antara kau dan aku. Sudah terlalu lama kau hidup dalam ketenangan Chloe dan kau mendorongku ke dalam jurang yang dalam. Bisakah kau bayangkan bagaimana aku melalui hidup tanpa ibuku?
“Kau butuh uang untuk menyelamatkan Alex. Aku tahu dia berhutang banyak dan kau tak akan sanggup melunasinya.” Nash menyeringai pelan, merasa menang karena dia tahu Chloe kini terpengaruh dan tersudut. “Menikah denganku dan semuanya akan dibereskan atau menolak, dan kau bisa melihat Alex dibawa ke penjara. Kau bisa memilihnya!
Chloe menatap Nash, dadanya naik turun menahan amarah dan luka. “Kau sudah merencanakannya, bukan?”
“Kau berpikir terlalu jauh.” Nash tersenyum. “Aku akan memberimu waktu, enam hari lagi,” bisik Nash, dia tahu persis berapa banyak waktu yang tersisa untuk Chloe. “Dan kau tahu harus mencariku kemana.”
Susah payah Chloe menelan ludah. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Tubuhnya gemetar oleh intimidasi yang dilakukan Nash dan dia sungguh menyesal sudah datang ke perusahaan pria ini. Chloe berbalik, dia melangkah lebih cepat.
“Chloe...”
Langkah kakinya berhenti dengan kaku.
“Kau tidak ingin mengatakan apa pun?” –seperti, meminta pengampunan dariku atas apa yang kau lakukan pada ibuku?
Chloe menggeleng, tanpa menengok ke belakang. “Tidak,” katanya tegas. “Kita tidak terlalu saling mengenal untuk saling berbagi cerita.” Lalu dia menghilang di balik malam.
Langit semakin pekat dan gelap ketika Chloe kembali ke apartemennya. Jemarinya dingin, langkahnya berat. Pintu tertutup rapat di belakangnya tapi gemuruh dalam dadanya tak kunjung mereda.
Di balik tenangnya wajah Nash ketika dia menawarkan bantuan pada Chloe, entah kenapa Chloe merasakan sesuatu yang janggal. Sorot matanya berisi dendam, kemarahan, kebencian dan juga luka. Ada sesuatu yang dalam yang tak bisa diartikan Chloe, seolah Nash menyimpan luka yang belum sepenuhnya sembuh.
Dia berdiri di balkon, menatap kosong ke arah kota yang tertidur. Lampu-lampu jalan tampak samar di balik gerimis yang mulai turun. Tawaran Nash, berikut nada suaranya masih terngiang-ngiang di telinga Chloe.
“Menikahlah denganku!”
Hanya dengan satu kalimat saja, seluruh hidup Chloe akan berubah. Jika dia setuju, besok masalah Alex pasti selesai. Jika tidak, Chloe tahu resiko apa yang harus dia hadapi. Tapi Chloe yakin, pria itu tidak sedang melamarnya. Nash sedang menawarnya dengan harga yang tak bisa ditolak Chloe.
“Chloe?”
Suara Alex membuatnya menoleh. Adiknya itu baru tiba, dia menenteng satu bungkusan berisi makanan siap saji.
“Kau makan itu lagi!” sungut Chloe, dia kembali masuk ke dalam.
“Aku pikir kau sudah tidur,” gumam Alex.
“Baru jam 12 malam.” Chloe berseru santai. “Ada apa? Kau tidak kembali ke asrama?”
“Wajahmu...”
Chloe memegang wajahnya. “Kenapa?”
“Ada masalah? Wajahmu terlihat gelisah.”
Butuh beberapa detik bagi Chloe untuk mengumpulkan keberanian. Dia tahu, di dunia ini, dia hanya memiliki Alex. Apa pun keputusan yang diambilnya, Chloe ingin Alex mengetahuinya. Dia menengadah, menatap Alex yang masih berdiri di depannya. Kedua mata Alex yang dulu ceria dan manja, malah berubah menjadi tatapan yang dibayangi rasa bersalah.
“Kau ingat Nash Sullivan?” tanya Chloe.
Alex mengangguk, dia duduk di samping Chloe. “Pria yang dulu kau sukai, bukan? Tapi dia menolakmu.”
“Ya.” Chloe membenarkan. “Aku bertemu dia dan dia menawarkan bantuan padaku. Dia bilang...” Chloe berhenti, dia menatap Alex lagi. “Aku harus menikah dengannya.”
Alex menegang, sorot matanya berubah lebih sayu. “Tidak Chloe.” Alex menggeleng kuat. “Kau tak bisa menikahinya!”
“Tapi kita tidak punya solusi lain. Dia bisa menyelesaikan masalahmu, sedetik saja.”
“Tapi tidak dengan mengorbankan dirimu. Aku tidak bisa.” Alex menggeleng lagi.
“Alex, sisa tenggat waktunya hanya enam hari. Bahkan jika dengan menggabungkan tabunganku dengan gaji yang akan ku terima, itu masih jauh dari angka itu. Kita tak punya pilihan bukan?”
“Maaf, Chloe.” Alex mengerang pelan. “Ini semua salahku.”
“Well, mungkin ini cara Tuhan agar aku bisa bersamanya,” kelakar Chloe, dia tak mau Alex terlihat lebih stres dibanding dirinya.
“Tapi kau bilang kau membencinya,” gumam Alex. “Kau bilang dia menghinamu di depan teman-temannya.”
Memang benar. Tapi apakah ingatan itu bisa membuat masalahnya selesai? Mungkin sekarang Chloe ada di fase dimana dia merendahkan dirinya sekali lagi untuk seorang Nash Sullivan. Chloe hanya tidak menyangka jika pertemuan pertamanya dengan Nash akan berujung pada sebuah negosiasi tak masuk akal.
“Tidak. Aku tidak akan setuju. Begini saja. Aku akan mencari jalan keluar, aku bisa bekerja part time, siang dan malam. Aku akan...”
“Aku sudah mencari tahu siapa orang yang memberimu pinjaman. Dia bukan orang yang bisa dibayar kembali dengan keringat, Alex,” potong Chloe cepat. “Mereka akan melakukan apa pun jika kau tidak bisa membayar hutangmu tepat waktu. Mereka bisa menyiksamu, skenario terburuknya, bahkan kau bisa kehilangan nyawamu.”
Sesaat, ruangan itu hening. Mereka berdua diam hingga Alex berseru lirih, “Lalu bagaimana denganmu? Siapa yang akan menyelamatkanmu dari pria itu? Kau juga tahu Nash sekarang sudah menjadi salah satu orang terkaya. Dia menikah denganmu, bukankah kau pikir dia sedang merencanakan sesuatu? Bagaimana kalau dia dendam padamu?”
Chloe juga memikirkannya. Tapi sejauh ini, Chloe merasa dia tidak pernah meninggalkan sesuatu sebagai alasan bagi Nash untuk dendam. Jika ungkapan perasaan 10 tahun lalu melahirkan dendam, bukankah Nash terlalu kekanak-kanakan? Dan, harusnya Chloe yang menyimpan dendam, bukan dia.
“Kau terlalu banyak berpikir,” kata Chloe, lagi-lagi dia menenangkan Alex padahal dia sendiri juga takut. “Kami tidak memiliki masalah apa pun.”
“Chloe...”
“Aku akan melakukan apa pun untukmu.” Chloe menggenggam tangan Alex. “Jika dia ingin melakukan sesuatu padaku, aku memilikimu bukan?”
Alex memeluknya, dia mengelus punggung Chloe. “Maafkan aku, Chloe. Tapi aku sungguh tak mau kau mengorbankan hidupmu demi aku.”
“Aku sudah memilih jalanku. Aku hanya perlu memastikan jalan yang ku tempuh tidak akan membunuhku lebih cepat dari yang seharusnya,” tambahnya disertai tawa kecil.
Chloe kembali ke ruang rawat Lori karena ingat ponselnya tertinggal di sana. Tapi ketika dia baru saja masuk, matanya membulat, napasnya tercekat saat mendapati mesin-mesin mati dan kabel-kabel berserak di lantai. Dia menjerit panik, lututnya terhempas ke lantai saat dia mencoba menghubungkan kabel-kabel itu lagi.“Tidak ... Jangan ... Mom, bertahan ...”Tangan Chloe gemetar, air matanya mengalir deras. Dia tak tahu bagaimana memasangnya karena dia tak paham medis sama sekali. Chloe berteriak panik, selang ventilator itu diambilnya lagi namun dia tak berani memasukkannya ke mulut Lori.Di luar, Daisy kembali duduk diantara Nash dan Adrian dengan wajah lelah yang dibuat-buat. Dia melap tangannya, mengambil satu butir obat dari dalam tas –tapi itu hanya vitamin biasa-, dan dia meminumnya di depan Nash dan Adrian.“Kau yakin tidak mau ke dokter?” Nash terlihat khawatir karena wajah Daisy pucat.“Tidak.” Daisy menggeleng pelan. “Oh iya, omong-omong, aku mendengar suara ribut-ribut dari ru
“Kau sudah mendengarnya?” Adrian menyandarkan tubuh, speaker ponselnya menyala dan dia meletakkan benda pintar itu di atas meja. “Dia tidak sengaja melakukannya. Kita memang tak pernah memberitahu saol Chloe pada dia bukan?”Nash menghela napas panjang. Sejak awal pembicaraan Daisy dan Adrian, dia sudah mendengarnya dari ponsel Adrian yang sengaja tersambung ke ponselnya. Nash merasa Daisy memiliki motif lain sehingga dia selalu memojokkan Chloe.Tapi ternyata ini hanya kesalahpahaman.“Aku mendengarnya,” gumam Nash.“Dia memang menyukaimu dan dia sudah mengakuinya. Tapi dia juga mengatakan dia tak akan melakukan apa pun, hanya agar kau bahagia. Apakah itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagimu untuk percaya lagi padanya?”“Well, aku curiga padanya bukan hanya sekali dua kali. Entah kenapa aku merasa Daisy tidak sesederhana yang kita lihat. Tapi, mungkin saja kali ini aku salah.”“Kalau begitu, apakah hubungan pertemanan kita sudah baik-baik saja?”“Selama dia tidak menyentuh Chloe,
“Kau yakin akan melakukannya lagi?”Adrian menatap Daisy sungguh-sungguh saat wanita itu menemuinya di kantor pribadi yayasan miliknya. Dibandingkan kantor pribadinya di Vel’s Company, ruangan ini cukup sempit. Tapi disinilah Adrian merasa dirinya utuh, tak perlu berpura-pura tegar untuk menghadapi para manusia serakah itu.Daisy mengangguk lagi. “Sudah ku pikirkan,” katanya.“Kau memutuskan pensiun menjadi seorang influencer 4 tahun lalu karena kemauanmu sendiri. Sekarang, kau memutuskan kembali. Kenapa?”“Karena yayasanmu butuh dana.” Daisy menatapnya. “Aku bisa membantumu dengan kembali menjadi influencer.”“Tapi kau juga tahu kalau 4 tahun lalu, kau...”“Sampai kapan aku bersembunyi di balik kepahitan itu?” Daisy tersenyum. “Sudah empat tahun, Adrian. Aku sudah lebih kuat, berkat kau dan Nash. Lagipula, kali ini aku tak akan memiliki manager, jadi kau tak perlu khawatir. Dan topik yang akan ku bahas bukan lagi tentang kecantikan dan dunia wanita, melainkan yayasanmu ini.”Adrian m
“Kamu yakin wanita muda waktu itu adalah Chloe?”Helena terkesiap saat Daisy memberitahunya kebenaran itu. Matahari terik bersinar di atas kepala mereka, membuat Daisy menyipitkan mata dan menaungi wajah untuk menghindari cahaya itu mengenai wajahnya secara langsung.“Chloe mengatakannya sendiri padaku!” tegas Daisy. “Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Dan melihat bagaimana respon Nash dan Adrian yang terlihat datar, mereka berdua pasti sudah tahu masalah ini.”“Hebat juga Nash.” Helena mendesah, dia melipat kedua tangan di dada. “Aku terlalu meremehkan pria itu. Harusnya aku tahu dia tidak akan menikahi wanita secara random. Harusnya aku tahu ada sesuatu di balik pernikahan mereka.”Ada jeda sebentar, Helena melirik Daisy, memperhatikan secara detail perubahan ekspresinya. “Tapi, kenapa kau terlihat gugup?” Helena bertanya lagi.“Aku tak gugup. Hanya saja aku agak kaget mendegar jika Nash tahu siapa wanita dalam video itu sejak awal.”“Kau tidak sedang was-was bahwa Nash akan mene
Setelah pembicaraan menyakitkan itu usai dan Chloe tidur di kamar, Nash memilih pergi ke ruang kerjanya di ruangan berbeda, tepat di sebelah kamar tidur mereka. Pintu kayu kokoh itu tertutup dengan rapat setelah Nash masuk, menciptakan gema sedikit di dalamnya.Sejak menikah, ruang kerja ini adalah ruangan yang dilarang Nash untuk dimasuki Chloe. Dan hingga detik ini, Chloe tak pernah menginjakkan kaki di sana. Bukan karena Nash memiliki dokumen perusahaan penting di sana, tapi karena ruangan itu sudah seperti bagian kedua dari dirinya yang tak pernah dia buka pada siapa pun.Ruangan itu menyimpan ribuan rahasia pribadinya –termasuk pada wanita yang kini mengisi hidupnya dengan luka dan kebisuan.Dengan langkah berat dia berjalan menuju meja kerja, menyalakan lampu kecil diatasnya. Dia menyandarkan pinggul di sisi meja, menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Dia menikmati sensasi menenangkan itu sesaat sebelum dia membuka laci paling dasar dan mengeluarkan satu buah bingkai fo
Chloe tak merespon, jemarinya saling memilin lembut di atas pangkuannya.“Aku tahu aku berhutang banyak padamu. Terlalu panjang tahun-tahun yang ku habiskan untuk menaruh dendam yang salah, dan kesalahpahaman ini terlalu lama terpendam. Aku tahu, ini semua salahku, dan tentang Daisy...”“Aku tak mau mendengar namanya,” potong Chloe cepat dengan nada merengut.Nash menahan senyum, dia bergumam, “Tapi kau harus mendengarnya. Aku ingin meluruskan semua ini. Daisy tak tahu kalau...” Nash berhati-hati, kali ini, dia tak mau kata-katanya akan melukai perasaan Chloe. “Intinya, aku tidak memberitahunya soal ini.”“Tapi kalian dekat!”“Sudah ku bilang ini hanya karena aku pernah menyelamatkan dia. Hanya itu. Kedekatan kami hanya teman biasa.”“Pria brengsek,” sungut Chloe.Nash mendengarnya. tapi alih-alih marah, dia malah tersenyum. Setelah selesai mengeringkan rambut Chloe, dia mematikan mesin dan meletakkannya di atas meja. Dia berputar pelan, menarik kursi Chloe agar menghadap ke arahnya,