Share

Menikah Denganku

Author: Mirielle
last update Last Updated: 2025-05-14 12:05:10

Ucapan itu menampar Chloe lebih keras dari yang bisa dia bayangkan. Ada sesuatu dalam intonasinya, sebuah ketajaman yang menyiratkan dendam, kebencian dan sakit hati. “Apa maksudmu?”  tanya Chloe.

“Ku dengar kau mengalami kesulitan.”

Chloe mengernyit heran. Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia yang mengirim orang untuk menjebak Alex? Tapi untuk apa? Aku rasa aku dan Alex tidak pernah memiliki hubungan yang rumit dan dendam padanya.

“Hidup memang kadang menyulitkan.” Chloe mencoba tersenyum dan berkelit walau dia tahu maksud Nash kemana. “Tak banyak orang yang lahir istimewa sepertimu.”

Nash mencibir. Dia masih berpura-pura suci. Dia mencoba seperti seorang malaikat, padahal jelas-jelas dia adalah pembunuh. “Kau butuh bantuan?”

Itu hal yang tidak pernah dipikirkan Chloe sebelumnya. Seorang Nash Sullivan menawarkan bantuan padanya. Tapi Chloe yakin, ini tidak sederhana. Chloe dan Nash tidak dekat, jadi aneh jika Nash tiba-tiba menawarkan bantuan padanya.

“Sebutkan syaratmu!”

Adrian benar, dia sangat cerdas. Nash tersenyum, dia mendekat. “Menikah denganku!”

Chloe mematung. Tatapannya kembali bertemu dengan sepasang mata yang menyorot tajam padanya, seolah ingin menelannya hidup-hidup. “Apa?”

“Menikah denganku adalah solusi terbaikmu saat ini. Aku bisa membereskan masalah Alex semudah aku membalikkan telapak tangan.”

“Kau tahu Alex?”

Aku tahu semua hal tentangmu, wanita jahat. Tak ada yang bisa kau sembunyikan dariku walau itu lewat wajahmu yang sendu itu. Semuanya! Aku tahu semuanya tentangmu.

Nash tidak menyahut. Dia menyalakan rokoknya, menyesapnya, dan membiarkan ketegangan meningkat diantara mereka. Nash menatap Chloe ketika gadis itu dipenuhi tanda tanya dan dia harus setuju dengan Adrian, sekali lagi. Chloe memang berubah menjadi seorang wanita yang menarik, jauh lebih menarik dari fotonya selama ini.

“Apa kau mempermainkanku, Nash? Masih tidak cukup 10 tahun lalu itu?”

Nash menjatuhkan rokoknya, menginjak dengan sepatunya lalu dia mendekat pada Chloe. “Tidak,” katanya pelan namun tegas. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Chloe sekarang, suara rendahnya mengguncang ketenangan tipis yang tersisa di diri Chloe. “Ini bukan tentang cinta atau memori masa lalu.”

Ini tentang balas dendam antara kau dan aku. Sudah terlalu lama kau hidup dalam ketenangan Chloe dan kau mendorongku ke dalam jurang yang dalam. Bisakah kau bayangkan bagaimana aku melalui hidup tanpa ibuku?

“Kau butuh uang untuk menyelamatkan Alex. Aku tahu dia berhutang banyak dan kau tak akan sanggup melunasinya.” Nash menyeringai pelan, merasa menang karena dia tahu Chloe kini terpengaruh dan tersudut. “Menikah denganku dan semuanya akan dibereskan atau menolak, dan kau bisa melihat Alex dibawa ke penjara. Kau bisa memilihnya!

Chloe menatap Nash, dadanya naik turun menahan amarah dan luka. “Kau sudah merencanakannya, bukan?”

“Kau berpikir terlalu jauh.” Nash tersenyum. “Aku akan memberimu waktu, enam hari lagi,” bisik Nash, dia tahu persis berapa banyak waktu yang tersisa untuk Chloe. “Dan kau tahu harus mencariku kemana.”

Susah payah Chloe menelan ludah. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Tubuhnya gemetar oleh intimidasi yang dilakukan Nash dan dia sungguh menyesal sudah datang ke perusahaan pria ini. Chloe berbalik, dia melangkah lebih cepat.

“Chloe...”

Langkah kakinya berhenti dengan kaku.

“Kau tidak ingin mengatakan apa pun?” –seperti, meminta pengampunan dariku atas apa yang kau lakukan pada ibuku?

Chloe menggeleng, tanpa menengok ke belakang. “Tidak,” katanya tegas. “Kita tidak terlalu saling mengenal untuk saling berbagi cerita.” Lalu dia menghilang di balik malam.

Langit semakin pekat dan gelap ketika Chloe kembali ke apartemennya. Jemarinya dingin, langkahnya berat. Pintu tertutup rapat di belakangnya tapi gemuruh dalam dadanya tak kunjung mereda.

Di balik tenangnya wajah Nash ketika dia menawarkan bantuan pada Chloe, entah kenapa Chloe merasakan sesuatu yang janggal. Sorot matanya berisi dendam, kemarahan, kebencian dan juga luka. Ada sesuatu yang dalam yang tak bisa diartikan Chloe, seolah Nash menyimpan luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Dia berdiri di balkon, menatap kosong ke arah kota yang tertidur. Lampu-lampu jalan tampak samar di balik gerimis yang mulai turun. Tawaran Nash, berikut nada suaranya masih terngiang-ngiang di telinga Chloe.

“Menikahlah denganku!”

Hanya dengan satu kalimat saja, seluruh hidup Chloe akan berubah. Jika dia setuju, besok masalah Alex pasti selesai. Jika tidak, Chloe tahu resiko apa yang harus dia hadapi. Tapi Chloe yakin, pria itu tidak sedang melamarnya. Nash sedang menawarnya dengan harga yang tak bisa ditolak Chloe.

“Chloe?”

Suara Alex membuatnya menoleh. Adiknya itu baru tiba, dia menenteng satu bungkusan berisi makanan siap saji.

“Kau makan itu lagi!” sungut Chloe, dia kembali masuk ke dalam.

“Aku pikir kau sudah tidur,” gumam Alex.

“Baru jam 12 malam.” Chloe berseru santai. “Ada apa? Kau tidak kembali ke asrama?”

“Wajahmu...”

Chloe memegang wajahnya. “Kenapa?”

“Ada masalah? Wajahmu terlihat gelisah.”

Butuh beberapa detik bagi Chloe untuk mengumpulkan keberanian. Dia tahu, di dunia ini, dia hanya memiliki Alex. Apa pun keputusan yang diambilnya, Chloe ingin Alex mengetahuinya. Dia menengadah, menatap Alex yang masih berdiri di depannya. Kedua mata Alex yang dulu ceria dan manja, malah berubah menjadi tatapan yang dibayangi rasa bersalah.

“Kau ingat Nash Sullivan?” tanya Chloe.

Alex mengangguk, dia duduk di samping Chloe. “Pria yang dulu kau sukai, bukan? Tapi dia menolakmu.”

“Ya.” Chloe membenarkan. “Aku bertemu dia dan dia menawarkan bantuan padaku. Dia bilang...” Chloe berhenti, dia menatap Alex lagi. “Aku harus menikah dengannya.”

Alex menegang, sorot matanya berubah lebih sayu. “Tidak Chloe.” Alex menggeleng kuat. “Kau tak bisa menikahinya!”

“Tapi kita tidak punya solusi lain. Dia bisa menyelesaikan masalahmu, sedetik saja.”

“Tapi tidak dengan mengorbankan dirimu. Aku tidak bisa.” Alex menggeleng lagi.

“Alex, sisa tenggat waktunya hanya enam hari. Bahkan jika dengan menggabungkan tabunganku dengan gaji yang akan ku terima, itu masih jauh dari angka itu. Kita tak punya pilihan bukan?”

“Maaf, Chloe.” Alex mengerang pelan. “Ini semua salahku.”

“Well, mungkin ini cara Tuhan agar aku bisa bersamanya,” kelakar Chloe, dia tak mau Alex terlihat lebih stres dibanding dirinya.

“Tapi kau bilang kau membencinya,” gumam Alex. “Kau bilang dia menghinamu di depan teman-temannya.”

Memang benar. Tapi apakah ingatan itu bisa membuat masalahnya selesai? Mungkin sekarang Chloe ada di fase dimana dia merendahkan dirinya sekali lagi untuk seorang Nash Sullivan. Chloe hanya tidak menyangka jika pertemuan pertamanya dengan Nash akan berujung pada sebuah negosiasi tak masuk akal.

“Tidak. Aku tidak akan setuju. Begini saja. Aku akan mencari jalan keluar, aku bisa bekerja part time, siang dan malam. Aku akan...”

“Aku sudah mencari tahu siapa orang yang memberimu pinjaman. Dia bukan orang yang bisa dibayar kembali dengan keringat, Alex,” potong Chloe cepat. “Mereka akan melakukan apa pun jika kau tidak bisa membayar hutangmu tepat waktu. Mereka bisa menyiksamu, skenario terburuknya, bahkan kau bisa kehilangan nyawamu.”

Sesaat, ruangan itu hening. Mereka berdua diam hingga Alex berseru lirih, “Lalu bagaimana denganmu? Siapa yang akan menyelamatkanmu dari pria itu? Kau juga tahu Nash sekarang sudah menjadi salah satu orang terkaya. Dia menikah denganmu, bukankah kau pikir dia sedang merencanakan sesuatu? Bagaimana kalau dia dendam padamu?”

Chloe juga memikirkannya. Tapi sejauh ini, Chloe merasa dia tidak pernah meninggalkan sesuatu sebagai alasan bagi Nash untuk dendam. Jika ungkapan perasaan 10 tahun lalu melahirkan dendam, bukankah Nash terlalu kekanak-kanakan? Dan, harusnya Chloe yang menyimpan dendam, bukan dia.

“Kau terlalu banyak berpikir,” kata Chloe, lagi-lagi dia menenangkan Alex padahal dia sendiri juga takut. “Kami tidak memiliki masalah apa pun.”

“Chloe...”

“Aku akan melakukan apa pun untukmu.” Chloe menggenggam tangan Alex. “Jika dia ingin melakukan sesuatu padaku, aku memilikimu bukan?”

Alex memeluknya, dia mengelus punggung Chloe. “Maafkan aku, Chloe. Tapi aku sungguh tak mau kau mengorbankan hidupmu demi aku.”

“Aku sudah memilih jalanku. Aku hanya perlu memastikan jalan yang ku tempuh tidak akan membunuhku lebih cepat dari yang seharusnya,” tambahnya disertai tawa kecil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Meniduriku (II)

    Sepi menggantung ditengah mereka. Nash menggaruk kepalanya. “Benarkah? Aku tidak ingat bagian itu.”Chloe terhenyak, tangannya mengepal di balik gaun pendek yang dipakainya. Tapi tangan kekar Nash langsung menggenggamnya, diam-diam, tanpa melirik Chloe. Dia terus bertatap muka dengan Daisy seolah dia sedang memfokuskan dirinya pada wanita itu.Jangan bilang kau berbohong padaku, pinta Chloe dengan lirih dalam hati ketika dia menemukan ekspresi Nash yang datar. Jangan bilang keputusanku untuk memulai lagi sejak awal denganmu adalah sebuah kesalahan.Tolong, Nash.Jika kau menghancurkanku sekarang, aku tidak bisa percaya padamu lagi selamanya, dan aku akan bercerai darimu.“Kita bahkan ...” Daisy mulai bertingkah panik. “Kau ...”“Aku kenapa?” Nash mengangkat alis.Air mata Daisy kembali jatuh, dia menggeleng, menangis sesenggukan. Mila mengernyit, mulai merasa jengah dengan tingkah Daisy. Dan melihat Nash juga Adrian bahkan tidak melakukan apa pun pada wanita ular itu membuat emosi dal

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Meniduriku

    Nash menyerbu masuk ketika Chloe hendak menutup pintu kamar mandi. Pria itu menatapnya dengan mata sensual, seolah sudah tidak sabar untuk menunggu hal yang ditahannya selama ini. Namun Chloe tahu, dia baru saja kehilangan janin dan melewati proses kuretase.Dia tidak bisa mewujudkan hasrat Nash, dan dia belum siap.“Kau mau apa?” Chloe mendelik.“Kita mandi berdua saja, lebih cepat!”“Kau mau cepat? Kau bisa mandi lebih dulu.”Nash berdecak, dia menyandarkan tubuhnya di sisi pintu kamar mandi. “Kau pikir aku buru-buru?”“Jadi?” Chloe pura-pura tidak mengerti. “Adrian dan yang lain ada di bawah. Kau ingin menemani mereka, kan?”“Mereka bisa menunggu, Chloe,” gumam Nash putus asa.“Lalu?” Alis Chloe naik.Nash mendorong Chloe lalu menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Dia menangkup wajah gadis itu, menciumnya lagi dan mendorong tubuh Chloe hingga menempel di dinding. Tangannya dengan cepat meraih kancing gaun Chloe tapi gadis itu menghentikannya.“Kau tidak menginginkannya?” bisik Na

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Tak Ada Perceraian

    Petir menyambar cukup dekat, menciptakan cahaya lebih terang selama beberapa detik, mengalahkan sinar matahari yang terhalang awan-awan gelap. Chloe dan Nash masih berdiri berhadap-hadapan, jarak diantara mereka makin tertutup usai Chloe memberikan penawaran pada Nash.Tidak ada perceraian.Tidak ada perpisahan.Semuanya akan kembali seperti awal.“Tentu saja.” Chloe menghela napas, melihat Nash justru tidak bereaksi apa-apa. “Jika kau menginginkan Daisy, kau bisa menceraikanku secepatnya.”Nash mengernyit. “Kenapa kau membawa nama Daisy?”“Oh? Aku lupa, kau adalah tiang penyangga gadis itu. Aku tak bisa menyebut namanya tanpa izinmu,” dengus Chloe makin kesal.Nash tersenyum, untuk pertama kali sejak kemarin dia mengetahui kebenaran itu. Ditariknya pinggang Chloe untuk memupus jarak diantara mereka sampai tubuh gadis itu menempel padanya. Nash menatap wajah Chloe yang damai dan tenang, tangannya perlahan naik untuk menggantikan gadis itu memegang payung.Tangannya meraba punggung Chl

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Bersedia?

    Gerimis perlahan turun. Bunyi guruh sahut menyahut di langit, awan hitam bergulung malas menaungi tempat pemakaman khusus yang telah disiapkan oleh Nash beberapa tahun lalu. Berada di atas perbukitan, hanya ada makam ibunya di sana, berikut makam dirinya sendiri yang juga telah disiapkan Nash.Foster dan Helena tidak terlihat di sana, hanya ada Eross, juga Alex, Adrian, Mila dan Chloe. Gadis itu memastikan dirinya tetap berada di sisi Nash, berusaha menjadi titik tumpuan pria itu di fase terendahnya.Nash tidak banyak bicara. Pun setelah peti diturunkan dan petugas menutup liang lahat, pria itu tetap diam. Namun sorot mata itu menceritakan semuanya. Bagaimana kepedihan hati Nash melepas ibunya, walau sejak beberapa tahun terakhir dia sudah mempersiapkan diri.“Kak ...” Eross berdiri di samping Nash, menatap batu nisan yang terpasang sempurna dan cantik. “Bibi Lori telah menemukan kehidupannya yang lebih baik. Aku ... minta maaf atas nama ibuku. Jika tidak ada kami, kau pasti masih mer

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Lori Meninggal

    Nash tersenyum, dia mengangguk setuju alih-alih menolak. Adrian mengangkat alis, tidak percaya Nash justru memberinya reaksi santai seperti itu. “Kau bersedia?”“Kenapa tidak?”“Kau? Seorang Nash Sullivan?”“Jika menjadi pelayan Chloe, seumur hidup pun aku bersedia!”Adrian menggelengkan kepala sambil berdecak. “Kau sungguh tak tertolong lagi, Nash. Otakmu benar-benar sudah diekspansi oleh Chloe.”Nash tertawa pelan, keduanya saling berpandangan lagi ketika mendengar suara jerit Daisy lebih kencang. “Pria itu bermain cukup kasar sepertinya,” kelakar Adrian. “Daisy bahkan berteriak seperti itu.”Dia mengeluarkan ponselnya, mengatur sudut untuk menangkap dirinya dan Nash yang tergeletak di atas tempat tidur.“Kau mau apa?” lirik Nash tajam.“Tentu saja membuat bukti untuk mematahkan tuduhan Daisy,” sahutnya santai. “Kau tahu kan, dia pasti datang besok dan menangis tersedu-sedu. Dia akan mengatakan kau melecehkannya.”Nash tertawa kecil, dia mengangguk setuju. “Setelah ku pikir-pikir, d

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Salah Orang

    Begitu Daisy pergi, Nash duduk dengan tegak. Diambilnya sapu tangan dari sakunya, lalu melap lehernya dengan kasar, begitu juga dengan kedua telapak tangannya. Dia memungut jasnya. Dengan tatapan dingin, pria itu turun dari ranjang dan keluar.Di ambang pintu, dia bertemu Adrian dan seorang pria yang perawakannya persis Nash. Sahabatnya itu tertawa kecil, dia menepuk lengan pria itu dan berkata, “Gantikan Nash untuk memuaskan nafsu wanita itu!”“Tapi bagaimana kalau ketahuan?” Pria itu sedikit khawatir.“Buat saja suara mendesah dan gumaman yang dibuat-buat, seolah kau mabuk berat. Katakan lampunya tidak boleh menyala, atau Daisy tak boleh menyentuh wajahmu. Bilang saja kau yang akan memuaskannya sendiri. Ingat, kau tak perlu banyak bicara jika tidak diperlukan,” sahut Adrian.“Aku akan menjaminmu,” tambah Nash lagi. “Dia tidak akan bisa menyentuhmu selama ada aku.”“Kalau begitu, aku akan masuk.” Pria itu bergumam riang dan nada bicaranya lebih santai.Adrian dan Nash mengangguk bers

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status