Share

Kontrak Pernikahan

Author: Mirielle
last update Last Updated: 2025-05-14 12:05:47

“Kau datang lebih cepat dari dugaanku.”

Chloe disambut dengan nada ejekan ketika dia tiba di Oasis Corp. Langit sore memantulkan cahaya temaram ke dinding kaca ruangan itu. Chloe berdiri kaku di depan meja panjang, tangannya mencengkeram tas seolah itu satu-satunya jangkar yang membuatnya tetap berdiri tegak.

Nash duduk di ujung meja, santai dengan jas hitam yang begitu pas di tubuhnya. Dan sorot mata itu masih dingin seolah dia siap untuk menguliti keberadaan Chloe.

“Aku pikir kau akan datang di hari terakhir jatuh tempo. Kenapa? Kau tidak sabar menikahiku dan mewujudkan impian masa mudamu?”

Chloe merasakan wajahnya seperti disiram oleh air es. Namun Chloe sudah di sini, seharusnya dia sudah tahu resiko yang akan diterimanya. Dihina? Tentu saja! Jika Nash bisa melakukannya 10 tahun yang lalu, maka dia pun masih bisa melakukannya sekarang.

“Aku sudah memikirkan tawaranmu,” ucap Chloe pelan. “Aku setuju.”

Sejenak, tak ada reaksi dari Nash. Lalu perlahan-lahan, bibirnya melengkung. Bukan sebuah senyuman yang ramah, tapi ejekan samar yang menusuk dan mengintimidasi, sama seperti 10 tahun lalu.

“Lucu sekali,” katanya, bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat. “Dulu kau datang padaku, mengakui perasaanmu dan aku menolakmu. Sekarang, kau datang lagi. Tapi kali ini kau tidak datang membawa sepucuk surat, melainkan dirimu sendiri untuk menikahiku. Ironis bukan?”

Chloe menunduk, rahangnya menegang kaku. Tak lama, setelah berhasil menenangkan diri dan keluar dari intimidasi Nash, dia kembali mengangkat wajahnya dan menatap Nash tajam. “Kau ingin mempermalukanku, bukan?”

“Kau merasa malu?” Tawa mengejek itu terdengar dari mulut Nash.

Chloe mengerjap, kedua bola matanya mulai berkaca-kaca. “Kau yang menjebak Alex. Kau yang mengirim orang untuk berpura-pura sebagai investor. Kau ingin menghancurkanku atau adikku?”

Tentu saja kau, wanita sialan. Kau bahkan tak tahu dimana letak kesalahanmu dan kau masih berusaha bersikap tenang?

Bukannya menjawab pertanyaan Chloe, dia malah meletakkan dua buah map di atas meja. Nash duduk santai di atas meja, dia menyalakan rokoknya dan menatap Chloe. “Dua pilihan,” katanya ringan, asap putih lolos dari mulutnya. “Kontrak pertama: pernikahan kontrak selama satu tahun dan aku akan melunasi hutang Alex sekarang juga. Setelah setahun, kita berpisah. Nama baikmu utuh, adikmu bebas.”

Chloe meraih lembar pertama dengan tangan gemetar. “Bagaimana dengan kontrak kedua?”

“Kontrak kedua,” lanjut Nash, matanya menyipit seolah dia sedang membaca setiap reaksi Chloe. “Pernikahan kontrak berlangsung selama tiga tahun. Aku akan mendanai semua proyek penelitian Alex, seluruh keperluan studinya. Aku tidak hanya membebaskan dia dari hutangnya tapi juga memberinya jalan menuju masa depan.”

“Dan aku harus membayarnya dengan tiga tahun kehidupanku!”

“Kau bisa menyebutnya dengan pengorbanan kakak yang baik,” ujar Nash, suaranya terdengar manis dan tenang tapi penuh racun.

Ruangan itu sunyi. Hanya detak jam dinding dan deru samar pendingin ruangan yang terdengar . Chloe menatap kedua kontrak itu dan jemarinya menelusuri baris demi baris seolah mencoba mencari celah, jalan keluar. Tapi sungguh tak ada.

Chloe tahu ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak. Ini adalah sebuah penjara yang tampak legal dan Nash adalah penjaganya. Sekali dia menggoreskan tinta di atas namanya, maka dia resmi menyerahkan diri menjadi tahanan Nash.

“Kau perlu waktu untuk memikirkannya?” tanya Nash dengan nada mengejek. “Pilihlah dengan baik, Chloe. Tapi ingat, ini bukan tentang cinta.”

Chloe menggigit bibirnya, menahan getar kepedihan di dadanya. Dia mengambil pena dengan tangan kanan, namun urung. “Bagaimana jika aku bisa melunasi hutang Alex ketika kontrak belum selesai?”

Tak akan ku berikan kau kesempatan itu, Chloe. Kau akan diam dalam genggamanku dan tidak akan bisa melepaskan diri.

“Aku akan memikirkannya nanti ketika kau bisa melunasinya,” sahut Nash santai. “Tapi jika kau melanggar kontrak, maka kau akan dikenakan penalti sebanyak sepuluh kali lipat dari jumlah hutang Alex.”

“Kau...”

“Ini negosiasi, dan aku seorang pebisnis. Aku tidak akan mengambil resiko yang merugikanku!”

Tarikan napas Chloe semakin berat. Dia menggenggam erat pena di tangannya dan menandatangani satu kontrak dengan napas yang tercekat. Setelah tinta hitam itu tergores, maka kebebasan Chloe resmi berakhir.

“Kontrak tiga tahun, ya?” ejek Nash, begitu dia melihat Chloe menandatangani kontrak kedua. “Kau sangat ingin berlama-lama denganku rupanya!”

Chloe tidak menyahut. Dimasukkannya kembali lembaran kertas itu ke dalam map dan menyerahkannya pada Nash. “Sudah ku tanda tangani.”

“Bagus! Tapi sebelum kau melangkah terlalu jauh dengan delusi kebebasan, ada beberapa hal yang harus kau pahami, Nyonya Sullivan!”

Chloe mengangkat wajah, matanya menyala penuh ketegangan. Apa lagi maumu? Belum cukup kau permalukan aku di sini?

Nash kembali ke ujung meja. Dia menyandarkan tubuh di kursinya, menyilangkan kaki, lalu bicara dengan nada ringan seolah sedang memberi pengarahan pada bawahannya. “Sebagai istri, walau hanya diatas kertas, kau perlu menjalankan peranmu. Kau akan memegang peran publik dimana kau wajib menghadiri acara sosial yang kuanggap penting. Pesta amal, peluncuran proyek, jamuan bisnis, dan, oh ya, acara keluarga. Tanpa pengecualian! Dan...” Suara pria itu terhenti, “aku tak mau melihatmu memakai pakaian ini lagi.”

Chloe tidak menyahut. Dia hanya menatap Nash dengan ekspresi yang bercampur aduk atara marah dan rasa tak percaya. Serendah itukah aku di matamu, Nash? Bagaimana bisa kau bahkan mengoreksi pakaianku?

“Jangan tersinggung,” kata Nash lagi, namun nada suara itu tetap sama –mengejek, “kau akan berdiri di sisiku dan tersenyum untuk kamera. Kau harus bersikap seperti kau memang sungguh-sungguh mencintaiku lebih dari hidupmu sendiri. Aku tidak ingin menjadi sorotan karena pakaian istriku yang...” Dia tidak melanjut, hanya mengagkat kedua bahunya dengan gestur seolah dia jijik.

“Aku tahu,” kata Chloe pada akhirnya, tenang, namun sarat kepedihan. Chloe nyaris menangis menghadapi hinaan Nash. Tapi dia memberitahu dirinya sendiri 10 tahun lalu, jika air mata tidak akan membuat dirinya kuat, malah akan terlihat bak boneka rusak yang tak bisa apa-apa.

“Kau juga akan belajar etika...” Chloe mengernyit selagi dia mendengar Nash terus bicara. “Kau harus belajar berjalan, bicara, tertawa dengan anggun. Aku tidak ingin istriku berbicara seperti seorang gadis 16 tahun yang mengungkapkan cintanya di lapangan basket...”

“Cukup!!” Air mata Chloe akhirnya jatuh, tubuhnya bergetar hebat. Dia diam dan menunduk cukup lama, menyadari kepahitan yang ternyata jauh menyakitkan dari 10 tahun lalu. Pundak Chloe naik turun, susah payah dia menelan ludahnya.

“Apa tadi?” tanya Nash dengan tenang.

Chloe membujuk dirinya untuk tetap tenang. Dia menyeka air matanya lalu mengangkat wajah. “Kau sudah menang. Apa kau masih perlu menginjak-injak harga diriku?”

Nash berdiri, dia berjalan mendekati Chloe lagi. Senyuman Nash muncul, seperi biasa, dingin, sinis dan penuh kenangan masa lalu yang tak bisa dikubur. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Chloe yang tegang lalu berbisik, “Memangnya kau punya harga diri?”

“Kau...”

“Ini kenyataan,” potong Nash cepat, dia berjalan ke belakang Chloe. “Kau yang memilih ini, Chloe,” bisiknya tepat di telinga Chloe, pelan dan intim. “Jangan pernah berharap kau mendapatkan kelembutan dalam kesepakatan ini.”

Nash tertawa, dia duduk kembali di depan Chloe lalu mengulurkan kartu akses berbentuk logam kecil ke arahnya. “Mulai malam ini, kau pindah ke kediamanku. Mobil akan mengantarmu ke apartemenmu dan membawamu kembali.”

Chloe tahu dia tidak akan punya pilihan. Diambilnya kartu itu perlahan seolah dia sedang menerima vonis. Dan ketika Nash berjalan melewatinya, pria itu sempat berhenti sejenak dan berbisik di telinganya, “Selamat datang di dunia yang kau pilih, Chloe.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Hamil

    Chloe kembali ke ruang rawat Lori karena ingat ponselnya tertinggal di sana. Tapi ketika dia baru saja masuk, matanya membulat, napasnya tercekat saat mendapati mesin-mesin mati dan kabel-kabel berserak di lantai. Dia menjerit panik, lututnya terhempas ke lantai saat dia mencoba menghubungkan kabel-kabel itu lagi.“Tidak ... Jangan ... Mom, bertahan ...”Tangan Chloe gemetar, air matanya mengalir deras. Dia tak tahu bagaimana memasangnya karena dia tak paham medis sama sekali. Chloe berteriak panik, selang ventilator itu diambilnya lagi namun dia tak berani memasukkannya ke mulut Lori.Di luar, Daisy kembali duduk diantara Nash dan Adrian dengan wajah lelah yang dibuat-buat. Dia melap tangannya, mengambil satu butir obat dari dalam tas –tapi itu hanya vitamin biasa-, dan dia meminumnya di depan Nash dan Adrian.“Kau yakin tidak mau ke dokter?” Nash terlihat khawatir karena wajah Daisy pucat.“Tidak.” Daisy menggeleng pelan. “Oh iya, omong-omong, aku mendengar suara ribut-ribut dari ru

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Rencana Sempurna

    “Kau sudah mendengarnya?” Adrian menyandarkan tubuh, speaker ponselnya menyala dan dia meletakkan benda pintar itu di atas meja. “Dia tidak sengaja melakukannya. Kita memang tak pernah memberitahu saol Chloe pada dia bukan?”Nash menghela napas panjang. Sejak awal pembicaraan Daisy dan Adrian, dia sudah mendengarnya dari ponsel Adrian yang sengaja tersambung ke ponselnya. Nash merasa Daisy memiliki motif lain sehingga dia selalu memojokkan Chloe.Tapi ternyata ini hanya kesalahpahaman.“Aku mendengarnya,” gumam Nash.“Dia memang menyukaimu dan dia sudah mengakuinya. Tapi dia juga mengatakan dia tak akan melakukan apa pun, hanya agar kau bahagia. Apakah itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagimu untuk percaya lagi padanya?”“Well, aku curiga padanya bukan hanya sekali dua kali. Entah kenapa aku merasa Daisy tidak sesederhana yang kita lihat. Tapi, mungkin saja kali ini aku salah.”“Kalau begitu, apakah hubungan pertemanan kita sudah baik-baik saja?”“Selama dia tidak menyentuh Chloe,

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Tidak Semudah Itu

    “Kau yakin akan melakukannya lagi?”Adrian menatap Daisy sungguh-sungguh saat wanita itu menemuinya di kantor pribadi yayasan miliknya. Dibandingkan kantor pribadinya di Vel’s Company, ruangan ini cukup sempit. Tapi disinilah Adrian merasa dirinya utuh, tak perlu berpura-pura tegar untuk menghadapi para manusia serakah itu.Daisy mengangguk lagi. “Sudah ku pikirkan,” katanya.“Kau memutuskan pensiun menjadi seorang influencer 4 tahun lalu karena kemauanmu sendiri. Sekarang, kau memutuskan kembali. Kenapa?”“Karena yayasanmu butuh dana.” Daisy menatapnya. “Aku bisa membantumu dengan kembali menjadi influencer.”“Tapi kau juga tahu kalau 4 tahun lalu, kau...”“Sampai kapan aku bersembunyi di balik kepahitan itu?” Daisy tersenyum. “Sudah empat tahun, Adrian. Aku sudah lebih kuat, berkat kau dan Nash. Lagipula, kali ini aku tak akan memiliki manager, jadi kau tak perlu khawatir. Dan topik yang akan ku bahas bukan lagi tentang kecantikan dan dunia wanita, melainkan yayasanmu ini.”Adrian m

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Dia Kakak Tirimu!

    “Kamu yakin wanita muda waktu itu adalah Chloe?”Helena terkesiap saat Daisy memberitahunya kebenaran itu. Matahari terik bersinar di atas kepala mereka, membuat Daisy menyipitkan mata dan menaungi wajah untuk menghindari cahaya itu mengenai wajahnya secara langsung.“Chloe mengatakannya sendiri padaku!” tegas Daisy. “Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Dan melihat bagaimana respon Nash dan Adrian yang terlihat datar, mereka berdua pasti sudah tahu masalah ini.”“Hebat juga Nash.” Helena mendesah, dia melipat kedua tangan di dada. “Aku terlalu meremehkan pria itu. Harusnya aku tahu dia tidak akan menikahi wanita secara random. Harusnya aku tahu ada sesuatu di balik pernikahan mereka.”Ada jeda sebentar, Helena melirik Daisy, memperhatikan secara detail perubahan ekspresinya. “Tapi, kenapa kau terlihat gugup?” Helena bertanya lagi.“Aku tak gugup. Hanya saja aku agak kaget mendegar jika Nash tahu siapa wanita dalam video itu sejak awal.”“Kau tidak sedang was-was bahwa Nash akan mene

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Lebih Dulu Mencintaimu

    Setelah pembicaraan menyakitkan itu usai dan Chloe tidur di kamar, Nash memilih pergi ke ruang kerjanya di ruangan berbeda, tepat di sebelah kamar tidur mereka. Pintu kayu kokoh itu tertutup dengan rapat setelah Nash masuk, menciptakan gema sedikit di dalamnya.Sejak menikah, ruang kerja ini adalah ruangan yang dilarang Nash untuk dimasuki Chloe. Dan hingga detik ini, Chloe tak pernah menginjakkan kaki di sana. Bukan karena Nash memiliki dokumen perusahaan penting di sana, tapi karena ruangan itu sudah seperti bagian kedua dari dirinya yang tak pernah dia buka pada siapa pun.Ruangan itu menyimpan ribuan rahasia pribadinya –termasuk pada wanita yang kini mengisi hidupnya dengan luka dan kebisuan.Dengan langkah berat dia berjalan menuju meja kerja, menyalakan lampu kecil diatasnya. Dia menyandarkan pinggul di sisi meja, menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Dia menikmati sensasi menenangkan itu sesaat sebelum dia membuka laci paling dasar dan mengeluarkan satu buah bingkai fo

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Aku Akan Jadi Rumahmu

    Chloe tak merespon, jemarinya saling memilin lembut di atas pangkuannya.“Aku tahu aku berhutang banyak padamu. Terlalu panjang tahun-tahun yang ku habiskan untuk menaruh dendam yang salah, dan kesalahpahaman ini terlalu lama terpendam. Aku tahu, ini semua salahku, dan tentang Daisy...”“Aku tak mau mendengar namanya,” potong Chloe cepat dengan nada merengut.Nash menahan senyum, dia bergumam, “Tapi kau harus mendengarnya. Aku ingin meluruskan semua ini. Daisy tak tahu kalau...” Nash berhati-hati, kali ini, dia tak mau kata-katanya akan melukai perasaan Chloe. “Intinya, aku tidak memberitahunya soal ini.”“Tapi kalian dekat!”“Sudah ku bilang ini hanya karena aku pernah menyelamatkan dia. Hanya itu. Kedekatan kami hanya teman biasa.”“Pria brengsek,” sungut Chloe.Nash mendengarnya. tapi alih-alih marah, dia malah tersenyum. Setelah selesai mengeringkan rambut Chloe, dia mematikan mesin dan meletakkannya di atas meja. Dia berputar pelan, menarik kursi Chloe agar menghadap ke arahnya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status