Share

6. Sah

Ya, setiap ucapan adalah doa yang terlantunkan. Aku tidak pernah menyangka, bahwa seminggu setelah ucapan di hari Jumat waktu itu benar-benar membawaku pada situasi aneh ini. Aneh. Ya, sangat aneh sekali.

Pesona mantan yang belum sepenuhnya sirna, kini kembali lagi hadir di pelupuk mata. Memaksaku untuk kembali mencari kunci hati dan membukanya, hanya untuk sekadar memastikan, apakah mantan masih tetap bertahan?

“Di antara kita enggak ada kata putus, kan, Kal?” Ucapan Mas Vino menarikku dari lamunan. “Keputusan menjauh murni maumu, bukan mauku.”

Aku bergeming. Mencoba berdamai dengan diri sendiri.

Memang, tidak ada kata putus di antara aku dan Kak Vino. Keputusan untuk menjauh adalah keinginanku sendiri. Dibilang mantan juga bukan, dibilang masih pacaran juga enggak, dan sekarang ... semesta seolah-olah ingin kembali mempersatukan.

Persiapan serba mendadak sudah selesai. Bakda salat Magrib; penghulu, wali, dan saksi sudah memenuhi ruang VVIP Lily ini. Mama, Luna, dan Ratu akan menjadi saksi dari pihakku. Sementara dari pihak Kak Vino hanya ada kedua orang tuanya berikut suami Ratu. Ya, Wisnu dan Kak Vino ternyata teman dekat.

“Kal, kamu minta mahar berapa sama Kak Vino?” bisik Luna.

“Enggak tahu!” jawabku.

“Kok, enggak tahu, sih?”

“Terserah dia mau ngasih mahar berapa. Manut.”

“Hmm... iya, sih. Sebaik-baik wanita adalah yang paling sedikit maharnya, tapi sebaik-baiknya lelaki adalah dia yang tahu diri.”

Tawaku hampir menyembur saat mendengar kalimatnya. Tukang rias yang sedang mendandaniku malah tertawa. “Mbak Luna memang realistis sekali,” ungkapnya jujur.

“Benar, to, Mbak?” puji Luna akan opininya. “Jangan mau dikasih mahar dikit, Kal. Kamu bakalan seutuhnya jadi milik Vino. Minta jangan tanggung-tanggung. Toh, keluarganya lumayan tajir.”

Aku hanya diam menyimak cuitan Luna yang seolah-olah belum percaya bahwa sahabat jomlo yang diam-diam memang tak punya gandengan, sekali bergerak langsung naik pelaminan.

“Maudy Ayunda mah kalah viral ini. Sat set sat set!” ungkapnya.

“Eh, bentar. Kalau Kak Vino belum bisa duduk apalagi berjalan, berarti pesta kalian dipending, dong?”

“Yang penting halal dulu,” jawabku singkat.

“Cieee, yang menuju halal,” godanya.

Ish! Anak ini benar-benar cerewet. Mengalahkan cuitan sales shampo anti rambut lepek.

“Malam pertama juga di-pending, dong?”

Ya ampun, Luna. Benar-benar membuat rasa grogiku bertambah. Ratu yang mungkin semalam sudah melakukan ritual malam pertama memilih menjauh dengan alasan ingin ke kamar mandi. Ya, dia pasti tidak mau diwawancarai oleh Luna, si Ratu Kepo.

Kebaya putih milik Mama yang dulu dikenakan saat dinikahi Papa sangat pas di badanku. Ditambah riasan natural yang sengaja aku minta kepada tukang paes yang sering bekerjasama dengan hotel, membuat mata Mama berkaca-kaca.

“Anak Mama cantik,” ungkapnya. “Jumat kemarin masih Mama elus-elus. Jumat ini sudah mau dielus orang lain,” lanjutnya. Seperti menyembunyikan raut sedih dengan sedikit bercanda, tetapi bisa kutangkap rasa gelisahnya.

“Mama kenapa?” tanyaku.

Beliau hanya menggeleng dan tersenyum lebar. Sementara seorang pria di atas tempat tidur pesakitannya tampak memperhatikanku. Tersenyum hangat dengan sedikit menahan sakit saat akan dibantu duduk.

Tidak pernah terbayangkan jika aku akan menikah dalam suasana haru seperti saat ini, dengan mantan pula. Insiden semalam itu benar-benar membuatku merasa bersalah. Namun, sedikit pun aku tak keberatan dengan permintaan Vino agar kami menikah sebagai bentuk rasa tanggung jawab.

Tak bisa kuungkapkan rasa aneh yang seperti sedang bereuforia dan melakukan tumpengan di dalam hati dengan adanya pernikahan ini. Apa artinya aku menerima semua ini? Ah, what’s wrong with me?

Walau dengan baju koko putih dan kopiah hitam sederhana, pesona Kak Vino benar-benar sukses  membuatku terpana. Uang 31 juta rupiah berikut 31 gram emas dalam bentuk satu set perhiasan disebutkan sebagai mahar untuk menghalalkan diri ini.

“Saya terima nikah dan kawinnya Kalila Izzatun Nazeem binti Khoirun Nazeem dengan mas kawin tersebut, tunai!”

Kata ‘sah’ terucap. Hati seketika menghangat. Kupejamkan mata, menikmati gemuruh di dada yang menggaungkan lagu bahagia. Oh, Tuhan, kenapa terikat kehalalan dengannya menyenangkan seperti ini?

Suasana haru mengepung ruangan putih yang sedikit dingin dengan sentuhan AC. Namun, hatiku menghangat, terperangkap rasa bahagia walau dalam keadaan terpaksa pada awalnya. Mama menangis menciumi wajahku. Ratu dan Luna juga bergantian memeluk.

Papa menyambutku dengan perlakuan yang sama. Setelah kucium punggung tangannya, beliau menciumi dan memeluk putri tunggalnya ini dengan suara bergetar.

“Tugas Papa sudah diambil alih oleh Nak Excel. Patuh dan taatlah dengan semua perintahnya, selama tidak melanggar aturan agama.”

Aku mengangguk dalam isak yang mulai terpancing keluar. Menangis di dadanya seperti masih kecil dulu. Papa mengurai pelukan dan mengantarkanku pada lelaki bergelar suami yang tersenyum dengan mata sedikit berair. Terharukah dia?

“Nak, Papa serahkan gadis semata wayang kami padamu. Papa percaya, kamu akan membimbingnya dengan baik,” ujar papa dengan suara serak.

“Insya Allah, Pa. Doakan kami bisa menjaga amanah bernama pernikahan ini.”

“Papa percaya padamu, Nak.” Serta merta cinta pertamaku memeluk Mas Vino.

Kulihat Papa menangis di pundak menantunya. Berkata lirih dan tak bisa kudengar. Namun, keduanya sama-sama menangis usai kalimat yang Papa ucapkan di telinga sang menantu.

“Kalila ... ayo sambut suamimu, Nak,” ucap Papa. Sisa air mata masih menjejak di pipinya.

Dengan sedikit kikuk, aku mendatangi dan perlahan mengulurkan tangan untuk meraih tangan Kak Vino. Ia pun memberikan tangannya untuk kucium. Sesaat ada haru yang menyergap. Entah kenapa aku malah tergugu. Apalagi saat sebuah doa lirih ia ucapkan tepat di pucuk kepala ini. Sungai jiwa mulai meluap menumpahkan segala rasa.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Aku Siapa
syukka' apikk...
goodnovel comment avatar
Wildatuz Zaqiyyah
sing nulis we melu nangis og, wkwk
goodnovel comment avatar
Jasmine Aurora
nuangeess reekkk, kapan aku sah......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status