Stella kembali dibawa masuk kedalam kamar oleh Alma dan nyonya
Rose. Tetapi kali ini Stella meminta Alma dan nyonya Rose untuk keluar dari kamarnya. Karena melihat mereka membuat Stella tambah pusing dan frustasi.Stella berjalan bolak balik didalam kamarnya. Dia sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Bukannya Stella hampir mati karena kecelakaan, kenapa bisa dia berakhir ditahun 1781?"Kenapa aku bisa berakhir disini? Kenapa semuanya jadi tambah buruk aaaa?" Stella kembali mengacak acak rambutnya."Nona nona kenapa?" UjarAlma dari balik pintu.Stella tidak menghiraukan ucapan Alma. Dia harus berpikir bagaimana caranya untuk kembali ke 2023. Bagaimana bisa dia hidup sebagai Anastasya yang berstatus putri bangsawan. Tunggu bukankah tidak terlalu buruk menjadi putri bangsawan dari pada menjadi seorang pencuri?"Benar tidak terlalu buruk menjadi Anastasya. Kehidupanku dimasa depan lebih buruk, aku bahkan tidak punya keluarga jadi lebih baik aku bersenang senang disini" Ujar Stella dengan senyuman yang mengembang diwajahnya.Stella mencari cermin disekitar kamarnya. Akhirnya dia menemukan cermin yang terpajang dipojok kamarnya. Cermin nya lumayan besar dan terlihat mahal. Pinggiran cerminnya saja terlihat berbalut emas. Apapun yang mahal membuat jiwa bandit Stella berkobar kobar, rasanya dia ingin membawa semua barang yang ada disini."AAAAAAAA"Stella berteriak terkejut saat melihat wajahnya di cermin. Alma dan nyonya Rose yang sudah tidak tahan berada diluar akhirnya menerobos masuk untuk melihat keadaan Stella. Mereka takut Stella akan berbuat macam macam kepada dirinya sendiri."Ada apa nona?""Ada apa Tasya?"Ujar Alma dan nyonya Rose bersamaan.Stella menoleh ke arah Alma dan nyonya Rose yang terlihat kaget. Stella memasang raut wajah sedih saat melihat mereka. Sehingga membuat Alma dan Nyonya Rose khawatir."Kenapa aku sangat cantik?" Ujar Stella.Alma dan nyonya Rose menatap Stella dengan tatapan tak percaya. Mereka pikir terjadi sesuatu kepada Stella. Tetapi yang mereka temukan malah seorang wanita yang kagum dengan wajahnya sendiri, bahkan sampai berteriak histeris.Nyonya Rose sudah kehilangan kesabaran menghadapi putrinya yang selalu membuat dirinya khawatir. Mulai dari pergi ke taman sendirian, kepalanya yang terbentur batu sampai hilang ingatan, dan bertingkah aneh. Nyonya Rose benar benar pusing menghadapi putrinya yang baru saja siuman."Aku benar benar tidak tahan. Kemari kamu!" Ujar nyonya Rose yang terlihat emosi.Nyonya Rose memukul punggung Stella. Stella yang ketakutan dengan amukan ibu barunya, berlindung dibalik punggung Alma. Nyonya Rose terus berusaha untuk bisa memukul putrinya yang membuat kepalanya pusing. Sedangkan Alma hanya bisa pasrah ketika badannya digeser ke kanan dan ke kiri oleh Stella.Setelah acara pukul memukul selesai. Stella yang merasa badannya gerah dan lengket ingin segera mandi. Awalnya Stella hanya meminta Alma menunjukkan dimana tempat yang bisa dipakai untuk mandi. Tetapi Alma malah meminta untuk memandikan Stella, dengan alasan Stella baru siuman setelah 3 hari koma. Hal itu dibantah habis habisan oleh Stella karena urat malu Stella yang masih terjaga walaupun sudah berpindah tubuh. Memang kadang Alma membantu Anastasya saat mandi, tetapi sekarang Stella lah yang berkuasa atas tubuh Anastasya."Ahh segarnya" Ujar Stella yang sedang membersihkan badannya.Tempat mandi di tahun ini memang sangat berbeda dengan tahun dimana Stella berasal. Disini Stella mandi menggunakan tempat seperti kolam kecil yang dihiasi dengan bunga bunga yang wangi. Sabun yang dipakai pun ditabur dan sangat wangi tetapi tidak mengeluarkan busa sama sekali."Nona sudah belum? Nona sudah mandi cukup lama" Ujar Alma yang tiba tiba datang menghampiri Stella."Hei jangan mengintip! Kamu tunggu dikamar saja, sebentar lagi aku selesai" Ujar Stella.Alma mengangguk paham lalu pergi menuju kamar Stella. Stella yang sadar bahwa sudah cukup lama dia berada di pemandian akhirnya memutuskan untuk merapikan diri lalu kembali ke kamarnya.Setelah sampai dikamar. Alma dengan telaten merapikan rambut Stella layaknya seorang ibu. Alma juga membantu Stella yang nampak kesusahan saat memakai dress indah berwarna biru. Stella nampak sangat cantik, dengan rambut yang di kuncir setengah, ditambah hiasan hiasan di rambutnya yang membuatnya nampak anggun. Apalagi dress biru muda yang dia kenakan terlihat sangat cocok dengan kulitnya yang putih."Ahh apakah aku seorang putri?" Ujar Stella sambil menatap dirinya sendiri di cermin."Nona memang sangat cantik" Ujar Alma dengan senyum menggoda."Kamu membuatku malu Alma, kamu juga tak kalah cantik" Ujar Stella dengan malu malu, bahkan tanpa sadar tangannya memukul bahu Alma dengan lebay.Alma yang dipuji oleh Stella pun ikut malu. Karena ini pertama kali dalam hidupnya seseorang menyebutnya cantik. Alma hanyalah pelayan rendahan yang melayani Anastasya sejak umur 15 tahun, bisa dibilang Alma adalah pelayan dan juga sahabat bagi Anastasya. Siapa yang mau menyebut seorang pelayan rendahan seperti dirinya cantik? Pelayan hanya lah pelayan, bahkan mereka tidak pantas mengharapkan pujian dari orang lain."Nona, Tadi Nyonya Rose meminta nona untuk segera makan keluarga bersama" Ujar Alma."Benarkah? Baiklah perutku juga lapar. Tolong antar aku kesana" Ujar Stella."Baik nona" Ujar Alma.Alma mengantar Stella ke tempat makan keluarga. Saat sampai Stella hanya berdiri menatap tempat makan yang penuh dengan makanan. Ada 2 orang pria yang tidak Stella kenal dan juga nyonya Rose, mereka duduk di sekeliling meja makan. Stella tebak pria paruh baya yang duduk disebelah nyonya Rose adalah tuan Henry tau ayah Anastasya. Kalau pria muda tampan yang duduk berhadapan dengan Tuan Rose, sepertinya adik atau Kakak laki laki Anastasya.Nyonya Rose yang sadar dengan kehadiran Stella. langsung bangkit dari duduknya. Dia segera menghampiri Stella, lalu membawa Stella untuk duduk disebelah laki laki muda yang tampan. Stella sangat takjub dengan wajah keluarga Anastasya yang diatas rata rata."Anastasya bagaimana keadaan mu?" Ujar Tuan Henry."Aku baik baik saja" Ujar Stella dengan selembut mungkin."Anastasya ini adalah ayahmu" Ujar Nyonya Rose sambil menunjuk Tuan Henry "Dan ini adalah kakak laki laki mu Calvin" Ujar Nyonya Rose sambil menunjuk ke arah laki laki yang duduk disebelah Stella.Stella mengangguk paham. Lalu memberikan senyum manisnya kepada ayah dan kakak barunya. Akhirnya Stella bisa merasakan kehangatan didalam keluarga, walaupun mereka bukanlah keluarga kandung Stella."Hai kak, hai yah" Ujar Stella dengan santai. Sepertinya Stella lupa dimana dia saat ini.Semua orang menatap Stella dengan tatapan bingung. Sejak kapan Anastasya berbicara santai kepada keluarganya? Bahkan cara bicaranya sangatlah tidak sopan. Tetapi mereka memakluminya karena mengingat kondisi Anastasya yang buruk.Mereka memulai acara makan malam. Semua orang makan dengan sopan dan anggun berbeda dengan Stella yang terlihat seperti belum makan selama berhari hari. Hal itu pun dimaklumi oleh semua orang yang bera dimeja makan, mengingat Anastasya yang pingsan selama 3 hari."Kenapa Anastasya terlihat seperti tidak normal? Apakah otaknya mengalami perubahan?" Ujar Calvin kepada nyonya Rose."Jaga bicaramu Calvin! Bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu kepada adikmu?" Ujar Tuan Henry."Tidak apa apa ayah. Jangan marahi kakak ku yang tampan" Ujar Stella sambil tersenyum kepada Calvin yang berada disebelahnya."Terimakasih atas pujiannya adikku" Ujar Calvin lalu membalas senyuman Stella.Tuan Henry dan nyonya Rose menatap Stella dan Calvin dengan tatapan bahagia. Akhirnya putra dan putrinya akur. Karena sebelumnya Calvin tidak pernah akur dengan Anastasya. Tetapi mereka tidak sadar bahwa jiwa putri mereka sudah hilang dan digantikan oleh jiwa wanita dari masa depan, yaitu Stella.Stella yang sedang sibuk menyantap makanannya teringat sesuatu. Sepertinya jalan jalan menelusuri pasar sangat seru. Didalam film film kuno yang dia lihat, pasar adalah salah satu tempat favorit yang sangat ramai. Sepertinya dia akan cukup bersenang senang jika pergi kesana."Ayah apakah aku boleh menanyakan sesuatu?" Ujar Stella."Bicaralah Anastasya" Ujar Tuan Henry."Aku sangat bosan berada dirumah, apa boleh aku pergi keluar besok untuk jalan jalan?" Ujar Stella.Tuan Hery menatap istrinya. Meminta persetujuan untuk Stella yang ingin keluar jalan jalan. Nyonya Rose yang masih trauma dengan kejadian yang menimpa putrinya, memberikan isyarat agar tuan Henry menentang permintaan Anastasya. Tuan Henry ikut setuju dengan keputusan istrinya. Bagaimanapun keadaan Anastasya belum sepenuhnya pulih."Tidak, kamu hanya boleh berkeliling rumah saja" Ujar Tuan Henry."Ayah aku janji akan jaga diri. Lagipula aku akan pergi bersama Alma" Ujar Stella."Turuti saja perintah ayahmu Stella" Ujar Nyonya Rose.Stella terlihat kecewa dengan keputusan ayah dan ibu barunya. Baru saja dia akan bersenang senang diluar, menikmati hidup dimasa lalu tetapi ternyata tidak semudah itu untuk keluar dari rumah.Calvin yang melihat raut wajah adiknya muram. Berniat untuk membantu adiknya agar diizinkan. Mungkin ini kali pertama Calvin membantu adiknya agar mendapatkan izin keluar, hanya karena kata kata tampan yang dia dapat dari mulut adiknya. Kata kata itu sangatlah langka jika keluar dari mulut adiknya."Ayah izinkan saja Anastasya! Aku takut Anastasya akan nekat untuk keluar rumah sendirian nantinya" Ujar Calvin.Tuan Henry kembali menatap ke arah istrinya. Dan jawaban yang dia dapat sama seperti tadi. Saat menatap ke arah putrinya, dia melihat raut wajah Stella yang terlihat melas sehingga membuat Tuan Henry tidak tega. Dia benar benar bingung sekarang."Baiklah ayah akan izinkan. Tetapi dengan satu syarat" Ujar Tuan Hendry."Apa syaratnya ayah?" Ujar Stella."Calvin yang harus menemanimu keluar besok" Ujar Tuan Henry."Dengan senang hati ayah" Ujar Calvin.Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
Stella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli