Dahil sa isang aksidente nasira ang mukha ni Sonia Salazar. Isang batikan na actress at kilala sa taglay nitong ganda at talento. Sa pagbabago ng kaniyang mukha ay kasabay 'non ang pagbabago ng mga tao sa paligid niya. Iniwan siya ng kaniyang asawa, kinatakutan ng anak at tuluyang nasira ang kaniyang career. Pinalayas din ito sa mansion ng mga Valencia at tinalikuran ng mga inaakala niya na kaibigan. Sa pag-aakala na iyon na ang katapusan at sa pagkakataon na malapit na siya sumuko. Dumating ang dalawang tao na tuluyan na magpapabago sa buhay niya. "Mommy!" "Sonia." Lumapit ang dalawang tao na 'yon habang ang mga camera ay kumikislap galing sa iba't ibang bahagi ng lobby. "Pasensya na ngunit nagmamadali kami ng asawa at anak ko. Malapit na mag-start ang movie," ani ni Fabian habang hawak sa bewang si Sonia na nakatingala at nakatingin kay Fabian na buhat ang anak na si France. Noong nagtama ang mata nilang dalawa kasunod 'non ang pagyakap ni France sa leeg no Sonia at tumawag ng mommy. "Ibig sabihin si Sonia Salazar ang nababalitaan na second wife ni Fabian Martinez? Oh my gosh! big news ito!"
Lihat lebih banyakTing!
Satu notifikasi masuk ke gawaiku. Aku yang baru saja selesai mandi menatap gawai tersebut.Kuselesaikan terlebih dahulu kegiatan yang kulakukan, barulah melihat nama pengirim pesan itu.Tiara, nama yang tertera di sana. Sahabat, sekaligus calon Kakak iparku. [Suamimu ada di rumah, Lau?] Bunyi pesan yang dikirimkan Tiara padaku.Aku mengernyitkan dahi heran, tumben-tumbenan dia menanyakan keberadaan Mas Alif, suamiku. Biasanya tak pernah dia menyakan hal itu.[Kenapa memangnya, Ra?] Aku bertanya balik padanya. Penasaran kenapa dia menanyakan keberadaan suamiku. Apakah ada hal penting yang ingin dia lakukan dengan Mas Alid.[Ah, tidak. Hanya menanyakan saja,] tulisnya lagi.Aneh. Aku tak ingin berburuk sangka padanya, tak mungkin bukan dia bermain api dengan suamiku.Namun, kenapa seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Tiara, pikirku.[Oh, kebetulan Mas Alif beberapa Minggu kemarin berangkat ke Ibu kota karena suatu pekerjaan. Jadi, di rumah cuma ada aku sama Bi Wati aja,] balasku padanya. Aku menunggu balasan dari Tiara Tak lama masuk balasan dari Tiara.[Aku ke rumahmu sekarang ya. Tunggu sebentar, aku siap-siap dulu,] balasnya. Aku menyatukan kedua alis, heran dengan apa yang dilakukan sahabatku satu ini. Dari gelagat Tiara yang seperti ini malah membuatku semakin bingung dengan sikapnya. Bolehkah aku berpikiran negatif sekarang padanya?[Oke.] Hanya itu balasan yang kukirimkan padanya. Namun, jika boleh jujur sikap Laura yang seperti ini membuatku semakin banyak berpikir. Takut hal mengerikan terjadi pada Mas Alif.****Aku menunggu Tiara dengan tak sabar, mondar-mandir ke sana kemari. Lalu berakhir duduk di sofa ruang tamu sambil memakan kacang.Sekitar setengah jam, akhirnya Tiara sampai di rumahku. Kulihat dia sangat tergesa-gesa untuk menghampiriku."Duh, maaf lama. Tadi macet banget di jalan. Kamu nggak ke toko?" tanyanya padaku. Dia membenarkan kerudungnya yang berantakan ke sana kemari. Lalu langsung meletakkan bokongnya di sofa."Enggak, toko udah ada yang jaga. Mungkin, agak siangan aku ke sana," jawabku masih memakan kacang.Tiara menatapku dalam, aku salah tingkah ditatap seperti itu."Apa sih?" tanyaku sambil mengibaskan tangan di wajahnya."Berapa bulan Alif kerja di luar kota?" tanyanya dengan wajah serius. Di sini aku merasa seperti di interogasi."Mungkin besok dia udah pulang, soalnya nggak lama katanya. Cuma liat projek yang dibangun perusahaan doang," ucapku panjang lebar. Aku menatap Laura yang nampak berpikir."Kenapa sih emangnya?" tanyaku bingung. Dia tak menjawab, karena penasaran aku menggoyangkan lengannya sambil memainkan kedua alisku.Terlihat Tiara mengambil sesuatu dari dalam tas-nya. Aku masih menanti apa yang ingin diperlihatkan Tiara. "Apa?" tanyaku tak sabar.Tiara mengambil ponselnya, lalu menunjukkan padaku.Aku termenung menatap sesuatu dari layar handphone ini.Foto pernikahan dua pasang insan yang sedang tertawa di sebuah ruangan. Aku mengerutkan kening.Aku menatap foto itu dengan seksama. Mencoba menahan sesak yang tiba-tiba kian mendera di dada."Apa ini?" tanyaku tanpa melihat Tiara. Akalku seperti tak berjalan dengan sesuai."Itu foto pernikahan ... suamimu," ucap Tiara di sampingku.Aku menatapnya dalam. Melihat kebohongan di mata Tiara, tapi dari gelagatnya tak ada tanda-tanda bahwa dia sedang berbohong."Aku mendapatkan foto itu dari temanku. Tidak ... tidak! Lebih tepatnya adik sepupuku, dia curhat padaku bahwa wanitanya memilih menikah dengan lelaki lain. Dan lebih parahnya dia diundang di pernikahan itu. Aku lalu meminta foto itu padanya, dan aku ... aku terkejut melihat siapa yang berada di sana." Tiara paham tatapan mataku, lalu dia menjelaskan tanpa kuminta.Aku lalu menaruh ponsel pada tangan Tiara."Aku tidak percaya, mungkin itu hanya editan saja," ucapku lalu mengalihkan pandangan dari Tiara.Dadaku sesak, rasanya sekarang aku sulit bernafas. Tidak mungkin itu Mas Alif."Aku sahabatmu, untuk apa aku memanipulasi itu semua, Lau. Sudah lama dia mengirimkan ini padaku. Namun, aku berpikir berulang kali, mencari kesempatan yang tepat untuk menceritakan semuanya." Tiara membalikkan badanku.Aku langsung saja memeluk badannya."Katakan itu bohong, Ra. Lima tahun pernikahan yang kujalani dengan Mas Alif berjalan dengan damai, bahkan ia adalah imam yang baik dalam rumah tangga. Dia paham tentang agama, dia juga yang membimbingku untuk menjadi wanita yang lebih baik, Ra," ucapku dalam pelukannya.Rasanya tak percaya, lelaki yang selama ini yang selalu kubanggakan di depan kedua orang tuaku, malah dia menghancurkan kepercayaan yang sudah lama terbangun. Ini seperti mimpi, aku yakin pasti ini mimpi tak mungkin Mas Alif bermain di belakangku.Dari sikap, caranya berbicara tak pernah terpikirkan olehku bahwa dia sebenarnya berkhianat. Aku yakin pasti ini hanyalah sebuah kesalahpahaman."Maafkan aku, Lau. Tapi itulah kenyataannya, aku memberitahukanmu, karena aku menyayangimu. Maafkan aku ...." Tiara memelukku erat.Ting!Tiba-tiba bunyi pesan masuk ke gawaiku.Kulepaskan pelukanku dengan Tiara sambil.menghapus air mata yang masih membasahi pipi, lalu melihat siapa pengirim pesan tersebut."Siapa?" tanya Tiara, yang sepertinya penasaran. Aku menatapnya dengan sendu."Mas Alif," ucapku dengan suara tertahan. Hampir saja aku seperti tak bisa menyebutkan namanya."Lima jam lagi dia sampai di rumah," ucapku menatap kosong gawai yang berada di genggaman. Aku bingung, harus bersikap seperti apa nanti setelah Mas Alif datang ke rumah."Bukankah harusnya dia pulang besok?" tanya Tiara. Ya benar, Mas Alif mengatakan akan pulang besok. Namun, melihat pesan yang dikirimkannya kembali. Membuatku terdiam tak tau harus bereaksi seperti apa dan bagaimana."Dia bilang ... dia merindukanku. Dia ternyata masih punya rindu untukku, Ra." Aku tertawa miris. Foto pernikahan itu seperti lagu yang berputar di ingatan, sambil menari-nari di pikiran."Apa yang harus kulakukan, Ra. Apa aku akan diam saja. Tidak! Berikan gambar itu, aku akan menanyakan padanya langsung." Aku ingin mengambil ponsel Tiara, namun Tiara lebih dahulu mengambilnya."Jangan gegabah, bukan begini caranya menghadapi suatu masalah!" bentak Tiara padaku.Aku menutup wajah dengan kedua tangan."Aku akan mengusir Mas Alif dari rumah ini, ini rumahku. Pemberian orang tuaku, aku takkan rela jika penghianat itu berada di sini!" teriakku menggebu-gebu.Lima tahun, bayangkan saja. Berapa lama kami sudah bertahan dalam ikatan pernikahan.Tiara membawaku dalam pelukannya."Tetaplah jadi Laura yang Alif kenal, jangan berubah. Sampai kita menemukan semua bukti yang tepat, nanti kita pikirkan bersama apa yang akan dilakukan selanjutnya," ucap Tiara mengusap pucuk kepalaku yang terlindungi hijab syar'i."Itu terlalu bertele-tele, Ra! Sudah jelas di situ buktinya," ucapku padanya. Walau dalam hati aku masih belum terlalu yakin dengan fakta yang diberikan Tiara."Tidak! Ini belum valid, Lau. Kita masih membutuhkan banyak bukti lagi!" ucap Tiara penuh penekanan."Bantu aku menyelesaikan masalah ini. Jika suatu saat Mas Alif meninggalkanku, aku pasti akan siap menerima kenyataannya. Tapi itu nanti, bukan sekarang," lirih aku berucap. Otakku buntu, sulit rasanya untuk berpikir."Hapus air matamu, wanita tak boleh terlihat lemah. Bersiaplah, mungkin Alif akan membawa perempuan itu ke rumah ini, entah sebagai adik atau bisa jadi sebagai pembantu kalian," ucap Tiara.Aku tercenung. Benar! Pasti Mas Alif akan membawa istri barunya ke rumah ini.'Baiklah, Mas. Aku ingin melihat seberapa pintar kamu melakukan kebohongan.' Aku tersenyum sinis. Aku akan membuktikan, bahwa aku adalah Laura yang dulu sebelum ia mengenaliku.'Kamu akan menyesal, Mas!' batinku. Aku yakin kamu akan merasakan sakitnya menjadi aku seperti apa, Mas. --Next?Special Chapter"Oh my! Si Sonia!"Nagsigawan ang mga fans after makita ang sasakyan na papasok sa set kung saan gaganapin ang next drama ni Sonia. Pagkababa ni Sonia agad siya pinalibutan ng mga bodyguard niya at sinabihan ang mga fans na huwag lalapit. "Ang ganda talaga ni Sonia! Mukha siyang anghel!"Ngumiti lang si Sonia at kumaway. Nag-sorry siya dahil bawal siya magbigay ng autograph. "Nagmamadali ako," ani ni Sonia at nag-thank you. Dire-diretso si Sonia sa loob at sinalubong agad siya ng mga staff para ayusan. Dinala si Sonia sa tent at sinimulan lagyan ng make up. After ng maraming treatment at operation bumalik na din sa dati ang mukha ni Sonia. Mas gumanda pa nga ito dahil doon. Mas naging flawless ang face ni Sonia kaya kahit saan ito pumunta ay agaw pansin agad ito. "Mas maganda si Sonia sa personal."Napa-wow ang ilang artist din ngayon na nasa set at nakatitig kay Sonia na kasalukuyang nagbubukas ngayon ng script. "Sonia, himala wala dito asawa mo."Napaangat si
EpilogueLumipas ang mga buwan at taon. Pagkatapos ng aksidente at makalabas ng hospital si Fabian bumalik na kami sa work. Agad namin inasikaso ang drama na magkasama kami na dalawa and as expected super naging smooth iyon to the point na abo't abot ang natatanggap namin mga compliment sa mga director bukod kasi sa smooth parehong napaka-flawless ng acting namin na dalawa ni Fabian. Hindi ako naga-assume pero mas nakita namin iyong 100% acting skills ni Fabian 'nong maka-partner niya ako. Hindi din ni Fabian masyado need mag-effort sa character niya kasi natural na lumalabas pagiging sweet, caring at childish ni Fabian kapag nasa harapan ko. Halos maglupasay si Hirayu sa harapan namin na dalawa after makita ang whole series ng buong drama at biniro pa nito na kami na pwede na siya mamatay. Perfect na perfect daw talaga kami sa drama. Ngayon nasa isa kaming conference at maraming nakapaligid sa amin na camera nagsimula na magtanong ang mga reporter siyempre about iyon lahat sa dr
Chapter 59"Look i'm okay. Ayoko kumain."After magising ni Fabian sa aksidente bigla na lang ito nanlamig sa akin at kapag kasama niya ako gusto niya ako palagi paalisin. Ganito siya sa mga lumipas na araw 'nong una iniintindi ko siya dahil baka iritable lang ito dahil nasa hospital lang ito buong araw pero nagtagal— feeling ko nanadya na siya at kapag kakausapin niya ako hindi niya ako tinitingnan sa mata. "Gusto mo ba lumabas? Kukuha ako ng wheel chair. May magandang garden sa baba," ani ko na may kalmado na boses kahit ang totoo naiinis na ako. Agad na sumagot ng no si Fabian. "Gusto ko matulog," bulong ni Fabian at bahagya umikot paharap sa kabilang side. Nahawakan ko ng mahigpit iyong hawak ko na tray. "Ayaw mo na ba sa akin?" tanong ko. Nakita ko na bigla nanigas katawan ni Fabian. Sa inis ko malakas ko na hinagis iyong tray sa sahig dahilan para mapaharap ito sa akin dahil may laman din iyon na soup natapon ang iba 'non sa kamay ko. Masakit at mahapdi pero hindi iyon maik
Chapter 58"Sonia."May gumising kay Sonia kaya napabalikwas ang babae sa bangon. Nakita niya si Amara at Sophia na nag-aalala nakatingin sa kaniya. "Dinner na, kumain ka muna. Nagdala kami ng pagkain kainin niyo ni France habang mainit pa," ani ni Amara. Napatigil si Sonia at luminga-linga. "Nasaan si France?"Napatayo si Sonia. Nagtataka siya tiningnan nina Sophia sinabi na katabi lang ni Sonia kanina doon si France. Abo't abot ang kaba ni Sonia dahil sa pagkakaalala niya ay tulog si France sa lap niya kanina. "Oh my god! France!"Napatakbo si Sonia sa kabilang bahagi ng hallway at ginala-gala ang paningin sa paligid. Abo't abot ang kaba ni Sonia dahil nawala sa isip niya na nagi-sleep walk si France at baka mapaano ito. "France—"Napalingon si Sonia at nakita niya si Francis. Gusot ang mukha ni Francis tinanong si Sonia kung ano sa tingin nito ang ginagawa niya. Naiiyak na napaupo si Sonia sa sahig after makita si France na natutulog sa mga braso ni Francis. "Ano ba ginagawa
Chapter 57"Ayos lang ba outfit ko?"Nag-aalala ako lumingon kina Sophia at Amara na nakaupo sa sofa then umikot sa harap nila. "How is it?" tanong ko. Nag-thumbs up si Amara at sumigaw ng slay. "Ang ganda! Bagay na bagay sa iyo Sonia!"Napangiti ako then tiningnan ko ang sarili ko sa salamin. Itim iyon na dress na may mga disenyo ng bulaklak at nababalutan ng pulang mga burda. Wort it iyong apat na oras na pamimili namin ng mga dress at pag-aayos. "You're so pretty mommy," komento ni France. Napangiti ako at nag-thank you sa mga baby ko na super gwapo din ng gabi na iyon. Naka-suot ang mga ito ng tuxedo na halos pareho lang ng design sa akin. "Ayos na ba kayo? 2 hours na lang before mag-start ang screening," ani ni Fabian na bigla na lang tinulak ang pintuan at napako ang tingin sa akin. Nagtaka ako dahil hindi na ito gumalaw at parang natulala sa akin. Natawa ako at nako-curious ano naman sunod na drama nito. "Miss, single ka ba? Can i get your number?" tanong ni Fabian afte
Chapter 56Noong ipapasok na ni Victor si Sonia sa sasakyan may humawak sa batok ni Victor at bigla ito hinila. Nabalya si Victor sa sahig na kinamura ng lalaki. Napatigil si Sonia at lumingon sa lalaki na nagbalya kay Victor sa sahig. May kahabaan ang buhok nito at puno ng tattoo. Familiar ang amoy nito na may pinagsamang amoy ng kalawang at lumang kahoy. "Anong—""Ang lakas naman ng loob mo na kidnap-pin ang sister in law ko sa sarili nilang mansion," ani ni Francis. Halos mawalan ng kulay ang mukha ni Victor after niya makita si Francis at titigan siya nito sa mata. Sa isip ni Sonia pareho sila ng naging reaksyon 'nong makita niya si Francis 'nong unang besee. Bukod kasi sa kamukha ito ni Fabian kakaiba ang dating ni Francis. Tila kaya ka nito patayin sa titig lang. Sumugod si Victor ngunit agad siya naiiwasan ni Francis at noong nagkaroon ng pagkakataon si Francis hinawakan niya sa ulo si Victor at hinampas ang ulo sa pinto ng sasakyan. Napatakip ng bibig si Sonia after mawa
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Komen