Share

Rapat Stephen dan Kondisi Deniar

Seorang lelaki sekitaran berumur awal 30 tahun itu sedang berjalan santai dengan seorang lelaki lainnya yang juga berumuran sama di sebuah tempat perkantoran lantai tengah sekitar lantai tujuh belas. Seorang resepsionis yang tadinya melihat kedatangan lelaki yang sedang berjalan santai itu pun berdiri dan membungkuk tanda hormat kepada lelaki yang barusaja lewat tersebut.

Dia sangat menawan dengan memakai celana jeans hitam dengan kemeja putih dan vest berwarna hijau botol, tidak lupa ditangannya sudah bertengger manis sebuah iPad keluaran terbaru dengan beberapa berkas yang ternyata dia bawa sebagai bahan pertemuan dengan klientnya untuk meeting saat ini.

Lantaran lelaki itu sedang berada di depan depan kantor majalahnya yaitu ‘Foodie’ In’ dimana di depan terdapat sebuah stand poster yang menyebutkan nama kantor pada lot tempat itu, agar lebih mudah untuk didapati oleh banyak orang asing lain yang mencari kantor redaksi majalah ‘Foodie’ In’ ini.

Seorang resepsionis ini pun menyebutkan kepada seorang lelaki berumur awal 30 tahun yang ternyata adalah Co Founder dan CEO dari majalah kuliner ternama di Indonesia untuk segera masuk ke dalam ruangan rapat karena disana sudah beredar klient yang akan bekerjasama dengan Stephen kali ini,

“Maaf, Pak Stephen. Anda sudah telat selama lima belas menit. Klient anda sudah menunggu tepat waktu dan saya sudah memberikan pelayanan dengan memberi minuman dan kudapan yang tersedia untuk Klient anda. Lebih baik anda segera menuju ke salah satu ruangan rapat di tempat paling pojok dari lorong sebelah kanan, Pak Stephen Stanlee yang terhormat. Sebelumnya selamat datang kembali dari Kerja anda dari Australia, sungguh banyak karyawan yang menunggu kedatangan anda kembali Pak, Stephen Stanlee,” begitu kata yang dituturkan oleh sang resepsionis kepada Stephen Stanlee.

“Baik. Terimakasih atas informasinya Mbak Tari. Maafkan saya telat datang karena sebelumnya saya baru kembali datang dari Australia pada jam 9 pagi dan masih harus menemani pasangan saya untuk berkumpul dengan keluarganya, jadwal saya menumpuk hari ini. Apa klient sudah anda kabari sebelumnya dengan keadaan saya yang baru datang dari Australia ?” Stephen menjelaskan mengapa dia datang telat kepada bagian resepsionisnya.

“Sudah, Pak Stanlee. Dan Klient juga dapat memakluminya. Silahkan Pak Stanlee langsung saja masuk ke dalam karena Klient sudah menunggu, untuk membicarakan mengenai beberapa macam perjanjian kerjasama sebagai rubik artikel tahun mendatang,” kata si resepsionis mempersilahkan Stephen langsung masuk ke ruang rapat.

Tidak lama kemudian Stephen masuk ke perkantoran tersebut dengan Amir yang merupakan rekan kerja yang memiliki kedudukan tinggi di redaksi majalah ‘Foodie’ In’ ini.

Seketika semua karyawan yang berada di banyak kubikel kerja mereka serta banyak orang yang berpapasan dengan kedua lelaki tersebut langsung membungkukan badan mereka kepada dua orang berpengaruh besar dibalik kesuksesan perusahaan majalah ini.

Akhirnya Stephen dan Amir pun langsung masuk ke dalam sebuah lorong dimana disebelahnya terdapat tiga macam ruang rapat dibatasi hanya kaca di tiap ruangannya. Dan ruang tengah saat itu tepat digunakan untuk rapat sudah berisi beberapa Klient penting dari jalannya proyek majalah setahun kedepannya.

Dan kedua lelaki ini datang yang saat itu disambut banyak para Klient yang sudah duduk di masing-masing kursi yang ada di ruangan rapat dengan meja membentuk persegi dengan layar presentasi dan juga whiteboard biasa digunakan untuk atribut rapat.

Sekiranya Stephen dan Amir yang baru saja datang mengundang banyak salam dan jabat tangan ke masing-masing orang yang ada disana berjumlah sekitar lima orang itu. Stephen yang adalah CEO itu pun langsung saja menduduki posisi di ujung depan untuk memimpin rapat saat itu. Rapat dimulai dengan perkenalan masing-masing regu klient dan juga tujuan dari rapat kali ini,

“Selamat malam, pak Stanlee sudah lama saya ingin berkenalan dengan bapak. Dan kali ini saya datang dari perusahaan adiboga ‘Romaine’ yang akan bekerjasama dengan perusahaan majalah bapak untuk membuat konten kuliner dengan majalah ‘Foodie’ In’ selama satu tahun mendatang. Nama saya adalah Pak Tio. Saya dan beberapa team saya akan membantu perusahaan majalah ini membuat perencanaan matang dan direct project mendatang. Salah satu konten yang bisa saya beri akan kita bahas pada rapat tahunan saat ini,” kata Pak Tio yang adalah bagian dari perusahaan adiboga ‘Romaine’.

“Oke. Saya mengucapkan terimakasih atas kedatangan anda dan team kali ini. Jadi bisa saja kita langsung ke pembahasan akan rapat untuk direct project tahunan majalah ‘Foodie’ In’. Baik, jadi pertanyaannya adalah saya sudah mendapat email dari anda berisi file doc. Disana saya mendapat keterangan dari anda jika konten yang akan menjadi pilihan editor nantinya dan saya menjatuhkan putusan saya kepada review restaurant dan juga artikel informasi yang punya lead membantu foodpreneur membangun bisnis food and baverage. Dan untuk konten lainnya kita masih bisa mengandalkan pada konten food-culture dimana tahun kemarin kita membahas hanya sebatas Indonesia, yang saya akan kembangkan meluas wilayah Asia Tenggara. Apa pihak team adiboga anda bisa menyepakati keputusan saya dalam memilih topik konten setahun kedepannya  ?” Stephen membuka percakapan pada rapat kali ini dan dia sedang mengecek apakah pihak koordinasi konten oleh Klient yang bekerja sama dengan mereka telah menyepakati dan juga siap dengan konten yang masih menjadi one year project term itu.

“Iya saya akan sepakati keputusan kita. Namun sebelumnya kita harus membuat schedule plan untuk membuat konten yang baik. Nanti kita akan membagi konten dari tiga macam konsep yang sudah dibicarakan sebelummya. Team saya juga dapat dibagi menjadi dua macam sesuai dengan dua konsep baru yang akan jadi konten dari majalah untuk satu tahun kedepannya. Untuk Mbak Candra dan Mbak Erna akan membantu konten mengenai review reastaurant dan Kak Hilman dan Kak Ovi bisa membantu akan konten informasi membangun bisnis foodpreneur. Dan untuk karyawan ‘Foodie’ In’ lainnya bisa mengerjakan konten Food-culture dengan cakupan lebih luas yaitu mencakup Asia Tenggara,” kata Pak Tio memberikan kata sepakat atas usul yang telah diberikan oleh Stephen sebelumnya.

“Langsung saja kita bahas pertama kali mengenai konten review restaurant. Untuk konten ini saya akan memberi arahan mengenai isi dari konten ini sendiri. Saya ingin kalian nanti menghighlight pendiri restaurant ini sehingga sebelumnya kita sudah harus janjian dengan pemilik resturant. Untuk restaurantnya sendiri saya akan memberi batasan untuk mereview restaurant yang sudah terkenal. Dan kita bagi menjadi beragam section untuk dessert, traditional, western, hingga style restaurant yang berbeda seperti khusus masakan negara mancanegara. Pihak editor in chief atau karyawan saya akan mencari list restaurant dengan section yang bergilir dan juga rekomen di banyak situs jejaring review restaurant. Untuk Mbak Candra dan Mbak Erna bisa langsung menghubungi editor in chief redaksi majalah ‘Foodie’ In’ nanti. Dan besok saya sudah akan mendapat langsung daftar restaurant selama sebulan penuh ini. Usahakan dalam sebulan akan ada dua sampai tiga restaurant yang akan direview. Dan saya akan menyempatkan datang langsung ke rastaurant yang memang sudah terkenal bersama dengan anda berdua. Pastikan kita sudah menghubungi restaurant yang akan kita review sebulan sebelum kita mendatanginya atau mulai dari besok malam kita bisa langsung mengabari list untuk restaurant review. Dan jangan lupa untuk menyerahkan ke saya keterangan restaurant yang akan kita review. Awal minggu Januari besok kita bisa langsung mendatangi beberapa resturant terpilih dengan section restaurant yang di acak,” Kata Stephen memberi arahan mengenai konten mereka mengenai review restaurant yang menimbulkan kata setuju atas argumen Stephen yang mengoordinasi konten jenis ini dalam waktu satu tahun mendatang.

“Apa ada yang harus didiskusikan selanjutnya mengenai konten review restaurant ?” tanya Stephen ingin meneliti kembali kekurangannya dalam managing konten review restaurant.

Dan gelengen kepala semua team adiboga ‘Romaine’ kali ini menandakan tidak ada yang perlu lagi dibenarkan mengenai perencanaan konten review restaurant, sehingga Stephen pun kemudian melanjutkan ke konsep konten selanjutnya.

.......

Deniar sedang berjalan dengan baki ukuran besar yang diatasnya terdapat dua potong roll cake. Satu berasa chocolate cherry rum dan satunya lagi berasa vanilla strawbery chantily. Yang menurutnya cocok untuk dia jadikan sebagai kudapan saat malam hari bagi sanak keluarganya yang sedang menginap di Villa Sentul milik keluarganya.

Dia membawa baki yang juga diatasnya tidak lupa diletakkan lepek bertumpuk banyak dan juga garpu kecil untuk memakan roll cake itu. Kakinya sekarang menuju ke beberapa anakan tangga yang naik ke atas menuju ke ruang keluarga yang cukup lapang itu.

Ketika Deniar menampakkan dirinya dengan baki yang besar, kemudian Tante Nila yang juga tantenya membantunya membawa baki dengan mengambil dua piring ceper lonjong yang berisi dua buah roll cake itu membawa ke meja di depan ruangan yang dilingkari oleh banyak sofa disana yang sudah diduduki banyak para sanak keluarga yang bersantai diruangan itu.

Kali ini Deniar mendapatkan sorakan dari para sepupunya dan juga oleh keponakannya yang menyukai dessert buatannya itu apalagi macaroons yang baru saja dia buat tadi pagi di toko kuenya yang sudah habis tak bersisa di kotak khas milik toko kue crumble.mu.

Sebuah macaroons pistachio dengan mocca krim, vanilla dan butterscoth, blueberry dan mascarpone cheese serta chocolate dan almond krim itu berjumlah tiap jenisnya satu kotak berisi dua puluh buah macaroon yang dia buat khusus untuk kumpul keluarga besar Adigunawan di Vila Sentul.

“Wah, Deniar kamu memang mahir membuat kue ya. Tante masih sangat mendambakan macaroon buatan kamu. Almond krimnya lezat sekali. Begitu pula dengan banyak lainnya. Farah saja tadi mengambil lima buah macaroon. Bagaimana kau bisa membuat macaroon seenak itu hanya sendirian saja ? Benar-benar,” kata Tante Fei yang memuji kemampuan baking Deniar yang mesam-mesem mendengar salah satu pujian yang baru dia dapat ketika duduk di sofa dekat dengan Farah, sepupunya yang adalah anak dari tante Fei.

“Bisa aja Tante. Oh iya karena sedang di Sentul apa Tante dan yang lainnya mau melihat toko kue milik Deniar ? Tante hanya memuji kue-kue saja dan belum pernah datang ke toko kue milik Deniar,” kata Deniar mengajak sang Tante untuk datang ke toko kue Crumble.by.

“Apa besok kita bisa berkunjung Deniar ? Mungkin di malam harinya. Karena besok siang Dinira mau dianterin sama tante pergi ke butik yang ada di pertengahan kota Sentul untuk membeli gaun . Kamu juga harus ikut besok karena lusa malam kita akan pergi makan malam untuk merayakan kembalinya Kakakmu dan juga memperkenalkan pasangan Dinira. Apa kamu keberatan ? Malam masih ada waktu untuk Tante, Farah dan Tante Nilam untuk mendatangi toko kue Crumble.by. Jadi janganlah putus asa dulu jika tante tidak pernah ke toko kuemu karena Tante baru saja sempat ke Sentul tiga hari dari sekarang, biasa Tante sibuk dengan usaha retail online tante,” kata Tante Fei yang saat itu menjawab Deniar akan mengunjungi toko kuenya besok setelah menemani Kakaknya Dinira pergi mencari gaun untuk acara makan malam yang entah apakah Deniar akan menikmatinya atau tidak, karena dia tau itu acara si Kakaknya yang akan mengenalkan pasangannya itu.

“Oh jadi, Kakak mau membeli gaun terlebih dahulu ? Tidak apa-apa kok Tante, Deniar akan mengikuti juga. Sekalian Deniar juga mau mencari udara bersih dan memanjakan mata. Sudah lama Deniar tidak pergi shopping karena sibuk dengan toko kue Deniar. Apa ada schedule lain di dinner lusa malam nanti ? Jika Kakak sampai membeli gaun yang tepat untuk acara penyambutannya ?” tanya Deniar saat itu menanyakan apakah Dinira Kakaknya itu memiliki acara yang mewah itu atau hanya sebatas ingin berdandan cantik saja ?

“Bunda yang menyuruh Dinira untuk membeli gaun Sayang. Kamu juga harus ikut ya. Biar nanti kamu berkenalan dengan lelaki pasangan Kakakmu Dinira. Karena Bunda juga mau merayakan sekali-sekali agar kamu dan Kakakmu bisa terlihat menawan. Deniar apa kamu lupa jika Kakakmu juga akan membuka pastry school di bilangan Jakarta ? Kamu nanti apa bisa datang ke acara launching sekolah memasak Kak Dinira nanti ?” kata Bunda menjawab dan menanyakan apakah dia mau untuk pergi juga ke launcing pastry school milik kakaknya Dinira.

Deniar yang mendengar jawaban dari Bunda sedikit meneguk air liurnya saat itu. Dia merasa sama seperti perasaannya yang selalu sama.

Mengapa dia memiliki kakak wanita yang sama dengannya yang dia rasa tidak mudah menerima kesamaan dan juga kebahagian yang dikira sangat indah jika dialah yang hanya merupakan satu-satunya anak wanita di keluarganya itu. Namun dia tau dia adalah adik Kakaknya itu, Dinira Rossalina. Deniar pun menjawab sang Bunda.

“Pasti Bunda. Deniar sudah lama tidak menemani Kakak atau pergi bersama dengan Kakak. Deniar merasa jika itu kesempatan baik. Apalagi jika Kakak juga membuka pastry school, Deniar juga akan tidak melupakan untuk datang ke acara launching itu,” kata Deniar menjawab bahwa dia tidak segan dengan agenda si Kakaknya itu.

“Kamu. Adikku yang aku sayang, Terimakasih ya Kakak juga merasa senang jika kamu mau ikut ke acara launcing pastry school Kakak,” kata Dinira kala itu memberi ucapan terimakasih kepada adiknya yang jika dia pikir dia memang takut akan profil mereka yang hampir mirip sehingga Dinira tidak mau untuk mengenalkan Stephen sedini mungkin.

“Iya, Kakakku. Aku juga sudah lama tidak bertemu dengan kamu. Apa kabar Kakak ? Apa kamu baik-baik saja di Australia selama ini ?” tanya Deniar saat itu menjawab Kakaknya.

“Oh, iya Deniar. Kakakmu disana baik-baik saja karena dia juga ditemani oleh pasangannya. Dia darah campuran Indo dan Australia. Mungkin lusa malam kamu akan bertemu dengan pasangan Kakakmu. Kamu saja yang belum berkenalan dengan Pacar Kakakmu itu,” kata Bunda menyela jawaban dari Deniar tersebut.

Bagi Deniar dia masih merasa apa yang didapatkan Kakaknya sangatlah berarti. Dia pun mulai memikirkan kapan dia memiliki pasangan seperti Kakaknya itu. Deniar terlihat lelah.

Dia pun menawari memotongkan roll cakenya itu untuk disantap banyak sanak keluarganya yang ada di ruang keluarga yang luas itu dan kemudian memutuskan untuk pergi ke Kamar atas untuk tidur satu kamar dengan Dinira, Kakaknya. Di kamar biru khusus punya dia dan Dinira.

“Apa ada yang mau aku potongkan roll cakenya ? Aku buatkan ini khusus untuk kalian semua. Ini cocok dimakan dengan minuman anggur. Atau hanya dimakan biasa saja,” lugas Deniar yang kemudian beranjak ke meja depan di tengah sofa itu untuk memotong roll cake dan membagikannya ke banyak sanak keluarganya termasuk Kakaknya itu. Yang dia diam-diam kurang menyukai keberadannya. Namun mau bagaimana lagi jika memang saudara.

Setelah semua sedang saling mengambil jatah potongan roll cake itu kemudian Deniar langsung pamit menuju ke lantai atas. Dan semua memperbolehkannya.

Dalam diam Deniar merasa hatinya terkeruk. Namun dia hanya memandang jernih hingga tidak ada satupun keluarganya yang mengetahuinya.

Sampai di dalam kamar birunya dan dia sudah merebahkan dirinya di kasur, kemudian terdengar ketukan pintu kamar, dia mempesilahkan masuk. Dan kemudian mendapati Farah, sepupunya sedang berjalan masuk ke kamar hingga naik ke kasur dan berkata.

“Deniar, masih ada aku yang bisa menjadi tempatmu untuk mengerti perasaanmu. Aku tau kamu masih hopeless dengan keadaan kamu dengan Kakakmu Dinira. Aku tau itu susah,” kata Farah memberi Deniar kekuatan sembari sama-sama tidur di kasur yang sama dengan balasan senyuman dari Deniar yang kemudian bangkit dan saling memeluk Farah, sepupunya yang paling terbaik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status