Beranda / Romansa / The CEO'S Forbidden Bride / 19. Saatnya Bermain Peran

Share

19. Saatnya Bermain Peran

Penulis: DF Handayani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 09:00:41

Malam Hari, tiba saatnya Gala Dinner.

Lampu kristal berpendar di langit-langit Palazzo. Tamu-tamu berdatangan dengan jas dan gaun berpotongan presisi, wajah-wajah penting dari industri AI, para dewan komisaris CNC, serta wartawan bisnis ternama.

Deretan lilin panjang menyala di atas meja makan marmer putih yang dihiasi mawar biru dan putih warna identitas perusahaan.

Ketika Sunrise melangkah masuk, semua kepala menoleh.

Gaun satin biru royal itu jatuh sempurna di tubuhnya. Rambutnya diurai anggun, sengaja dibiarkan jatuh menghiasi wajah dan punggungnya yang terbuka. Mata birunya berkilat dingin. Ia terlihat seperti wanita berkelas yang angkuh, misterius, kuat, dan tak terjangkau.

Sunrise sukses mencuri perhatian malam ini. Seperti yang Carmen rencanakan. Jika ia ada di sini, pasti ia akan bangga dengan gaun pilihannya.

Tapi sebelum Sunrise sempat menyapa tamu lainnya, suasana seketika berubah. Khairen Crown melangkah masuk.

Ia memakai tuksedo hitam klasik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • The CEO'S Forbidden Bride    20. Tragedi di Atas Kapal Galleon

    Hampir tengah malam, namun pesta belum usai, mereka berpindah ke atas kapal mewah bergaya Galleon milik CNC, yang hanya diakses oleh para tamu VIP dan VVIP terpilih.Termasuk Sunrise yang mendapat hadiah kejutan sebagai pemenang. Namun, baginya ini bukan hadiah, melainkan teror mengerikan.Kapal itu berlayar perlahan menyusuri perairan hitam keemasan di bawah cahaya malam, dan lampu kota yang jauh, memberikan nuansa eksklusif dan romantis.Pilar kayu mahoni mengkilap, lampu gantung kecil bergoyang mengikuti irama ombak, dan alunan jazz modern mengalun lembut di udara malam.Sunrise berdiri di tepi dermaga sebelum naik, menatap kapal itu lama. Wajahnya kehilangan rona percaya diri yang biasa ia tampilkan. Jari-jarinya mengepal halus di sisi gaun.Bukan karena dingin, tapi karena sesuatu dalam ingatannya mendesak keluar. Suara kayu kapal yang berderit, bau laut asin, suara keras lonceng kapal, dan jeritan.Bayangan kelam itu datang kembali.Namun ia tak pun

  • The CEO'S Forbidden Bride    19. Saatnya Bermain Peran

    Malam Hari, tiba saatnya Gala Dinner.Lampu kristal berpendar di langit-langit Palazzo. Tamu-tamu berdatangan dengan jas dan gaun berpotongan presisi, wajah-wajah penting dari industri AI, para dewan komisaris CNC, serta wartawan bisnis ternama.Deretan lilin panjang menyala di atas meja makan marmer putih yang dihiasi mawar biru dan putih warna identitas perusahaan.Ketika Sunrise melangkah masuk, semua kepala menoleh.Gaun satin biru royal itu jatuh sempurna di tubuhnya. Rambutnya diurai anggun, sengaja dibiarkan jatuh menghiasi wajah dan punggungnya yang terbuka. Mata birunya berkilat dingin. Ia terlihat seperti wanita berkelas yang angkuh, misterius, kuat, dan tak terjangkau.Sunrise sukses mencuri perhatian malam ini. Seperti yang Carmen rencanakan. Jika ia ada di sini, pasti ia akan bangga dengan gaun pilihannya.Tapi sebelum Sunrise sempat menyapa tamu lainnya, suasana seketika berubah. Khairen Crown melangkah masuk.Ia memakai tuksedo hitam klasik

  • The CEO'S Forbidden Bride    18. Venice, Aku Datang!

    Sunrise membeku di tengah dapur saat suara pelan Summer menyebut judul dokumen itu. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk berbalik, namun saat ia melakukannya, wajahnya sudah berubah dingin seperti baja.“Summer.” Suaranya tenang, tapi tegas dan nyaris mematikan.Summer menatapnya dengan wajah pucat, tangannya masih menggenggam laptop yang sekarang terlihat seperti barang terlarang.“Kau... menikah dengan Khairen Crown? Pernikahan Kontrak?” Summer mendekat, kebingungan dan keterkejutan memenuhi matanya. “Kak, ini… ini bukan main-main, kan?”Sunrise melangkah cepat dan mengambil laptop itu dari tangan adiknya. Ia menutupnya dengan satu gerakan tajam, lalu memeluknya ke dadanya seolah itu perisai terakhirnya.“Apa kau membaca semuanya?” tanyanya pelan.Summer menggeleng, gugup. “Tidak semuanya.”Sunrise menutup matanya sebentar, menenangkan napasnya yang mulai berat. “Kau tidak seharusnya membuka barang orang lain tanpa izin.”Summer mengecil. “Aku t

  • The CEO'S Forbidden Bride    17. Ketahuan!

    Langkah Sunrise terdengar cepat dan mantap di lorong marmer. Namun, getar amarah dan kekecewaan di matanya belum sempat mereda. Ia masuk ke dalam lift dengan napas kesal.Pintu lift terbuka dan di sanalah Khairen dan asistennya berdiri. Tubuh tegap keduanya menutup sebagian jalan. Mata mereka saling bertemu.Sunrise tak berkata apa-apa. Ia hanya menatap benci pada Khairen. Sejak kehadiran lelaki di depannya ini, seluruh hidupnya yang nyaris sempurna menjadi berantakan.Ia melangkah keluar, menunduk hormat sedikit, dan berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun.Khairen mengernyit heran, alisnya bertaut tajam saat melihat ekspresi wajah Sunrise. Ia menoleh, matanya mengikuti sosok Sunrise yang menghilang di balik tikungan lorong. Wajahnya berubah. Ada kecurigaan."Sepertinya, ayahku lebih dulu bertindak." Khairen khawatir.Nick mengangguk setuju. "Di luar prediksi. Liem bertindak lebih cepat."Tanpa berpikir panjang, mereka masuk ke lift yang sama. Jari telunjuk Nick menekan lantai p

  • The CEO'S Forbidden Bride    16. Permainan Dimulai

    "Sepertinya kau butuh gaun yang cantik. Jangan khawatir Sunrise, aku akan membantumu. Serahkan padaku!" ucap Carmen menenangkan kegelisahan di mata sahabatnya. Ia berpikir jika Sunrise khawatir dengan penampilannya di gala dinner nanti.Di pusat kota, butik eksklusif dengan jendela kaca besar memantulkan cahaya senja. Carmen menyeret Sunrise masuk, mengabaikan protes halus temannya yang masih belum sepenuhnya berdamai dengan takdir gala dinner di Venice.Carmen terlihat sangat antusias. "Kau butuh gaun yang bisa membuat semua mata tertuju padamu."Sunrise hanya bisa mendesah. "Ini gala teknologi, bukan fashion show.""Justru karena itu. Orang-orang seperti kita, para wanita di dunia penuh jas abu-abu dan dasi ketat, harus tahu cara mencuri panggung. Dengan berkelas." Carmen menjentikkan jari, lalu dengan sigap memanggil asisten butik.Berjam-jam mereka habiskan menelusuri rak-rak elegan, mencoba berbagai gaun, dari warna gelap klasik hingga netral modern. Tapi, s

  • The CEO'S Forbidden Bride    15. Saling Menguntungkan

    "Tiga tahun, itu bukan waktu yang singkat." Sunrise menarik napasnya panjang.Di sudut rest area kecil yang menjadi tempat pelarian dari kepenatan kantor pusat, Sunrise White duduk dengan tangan menggenggam cangkir berisi kopi yang sudah dingin. Di hadapannya, berkas kontrak laknat tergelak di atas meja.Dibacanya lagi dengan hati-hati, bahkan untuk ketiga kalinya. Bukan karena tidak mengerti isi syaratnya, tapi karena tidak percaya Khairen benar-benar menyodorkannya begitu saja.Sebuah pernikahan kontrak. Berdurasi tiga tahun. Dengan jaminan kebebasan penuh setelahnya. Dan sejumlah fasilitas yang jujur saja, bisa membuat siapa pun berpikir dua kali. Namun, bukan itu pertimbangan besarnya, melainkan bisa menyelamatkan keluarganya.Ia memandangi bayangan dirinya sendiri di kaca jendela. Ia melihat gadis yang berani meninggalkan zona nyaman keluarga hanya untuk membuktikan dirinya sendiri.Gadis yang pernah menghajar pria asing yang ternyata CEO perusahaan tempat ia bekerja. Gadis yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status