Home / Romansa / The CROWN (Sang Pewaris Takhta) / Bab 5. Selamat Tinggal

Share

Bab 5. Selamat Tinggal

Author: Fitri_alpha
last update Last Updated: 2023-12-18 16:15:43

Jenderal Wallace berdeham sekali, menatap tegas pria yang juga balas menatapnya dengan tatapan tak terbantahkan. Edmund Mars, meskipun hanya seorang bangsawan yang berasal dari desa, tetapi ketegasan dan wibawanya tidak perlu diragukan. Terlihat dari tatapan tajamnya itu.

"Aku juga minta maaf pada Anda, Duke Mars." Wallace menundukkan sedikit kepalanya. "Namun, bagaimanapun juga peraturan kerajaan kita...."

"Kami hanya bangsawan dari desa, Jenderal." Sekali lagi Edmund memotong perkataan jenderal Wallace. "Sangat tidak pantas untuk putriku berada di istana. Crystal lebih pantas berada di kastil kami daripada di istana di ibu kota."

Wallace menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan tanpa gerakan berarti. Bangsawan desa yang keras kepala dan pemberani. Meskipun menentang aturan kerajaan dan negara, pria berambut hitam di depannya ini tetap tidak mau melepaskan putrinya.

"Mereka masih anak-anak, Jenderal." Astrid ikut berbicara. Dia yang sejak beberapa menit yang lalu sudah berada di kereta akhirnya terpaksa turun juga karena suami dan putrinya belum kembali.

Edmund bersama Crystal memeriksa barang bawaan mereka karena putri kecil mereka itu mengatakan dia tertinggal sesuatu, dan sesuatu itu adalah mahkota bunga yang sudah mulai kering, yang berada di tangan putrinya sekarang. Crystal sangat menyayangi mahkota itu, katanya pemberian Alexant.

"Maafkan saya karena sudah tidak sopan menyela pembicaraan kalian, tetapi saya pikir tidak perlu menganggap serius apa yang sudah dikatakan oleh Pangeran Alexant. Pangeran masih kecil, masih belum mengerti apa yang dikatakannya."

Alexant mengepal mendengar perkataan Astrid, ia tidak terima. Bukan karena dikatakan anak kecil, melainkan karena apa yang dikatakannya hanya dianggap bercanda. Seandainya saja perempuan itu bukan Ibu dari Crystal, ia pasti sudah akan menghukumnya.

Ada apa dengan semua orang dewasa ini, mengapa kedua orang tua Crystal seolah menghalangi niatnya? Apa yang dikatakannya adalah janji seorang pangeran, ia hanya menginginkan Crystal untuk menjadi pendampingnya kelak bila ia menjadi raja.

Sementara Wallace hanya mengangguk. Ia tak ingin berdebat dengan wanita. Pengalaman berdebat dengan istrinya selalu dimenangkan oleh sang istri. Wanita selalu menang, apa pun dan di mana pun mereka yang berkuasa. Para wanita selalu memiliki banyak perbendaharaan kata-kata untuk menyangkal perkataan para pria.

"Kami akan kembali ke desa kami sekarang, Jenderal. Permisi!" Astrid menundukkan kepala tanda menghormat sekali lagi, kepada jenderal Wallace, juga pada Alexant. "Selamat tinggal, Yang Mulia. Semoga Anda panjang umur," ucap Astrid mendoakan sebelum menarik tangan Crystal. "Ayo, Sayang. Kita pulang sekarang!"

Crystal mengangguk. Tersenyum lebar pada Alexant dan melambaikan tangan. "Sampai nanti, Alexant. Sampai bertemu lagi!"

"Kau harus kembali ke istana lima tahun lagi, Crystal, karena saat itu kita sudah boleh menikah!" seru Alexant kencang. Ia tak peduli, tak ada siapa pun yang berani melarangnya. Ia bisa melakukan semua yang diinginkan. Ia adalah pangeran, putra mahkota yang akan menggantikan negara ini bila ayahnya turun tahta.

Jenderal Wallace kembali mengembuskan napas. Dalam peraturan negara dan kerajaan mereka, perkataan Alexant harus terlaksana. Tak peduli berapa usia saat ia mengatakan itu, semua adalah janji yang harus ditepati.

Wallace menatap Alexant yang mengepal. Dilihat dari sikapnya, sepertinya Alexant menyukai Crystal. Entah apa yang akan terjadi nanti, hanya waktu yang dapat menjawab. Saat ini, ia hanya harus menjalankan tugasnya sebagai seorang jenderal perang Namira, juga menjaga anggota kerajaan.

Wallace mengernyit melihat noda berwarna merah di lantai yang diinjak Alexant. Diperlukan beberapa detik baginya untuk menyadari jika telapak kaki Alexant terluka.

"Selena!" teriak Wallace, tatapannya menyapu wajah lembut sang pengasuh putra mahkota. Selena tadi menjauh bersama dengan prajurit dan pelayan yang sempat mengerubungi mereka. "Yang Mulia terluka, segera bawa ke kamarnya!"

Selena tergesa menghampiri Alexant dan menggendongnya, membawa anak itu ke kamarnya seperti permintaan Jenderal Wallace. Sepanjang jalan menuju kamar Alexant, perempuan itu merutuki kecerobohannya di dalam hati. Bagaimana mungkin dia sampai tidak menyadari jika telapak kaki Alexant terluka.

Tidak seharusnya Alexant seperti ini, seharusnya anak ini baik-baik saja, atau kepalanya sebagai pengasuh akan melayang. Tadi dia terkejut saat Alexant yang langsung berlari keluar, dan terpana mendengar kata-katanya yang akan menikahi gadis bangsawan Mars kelak mereka dewasa. Entah kenapa dia merasa tidak rela, juga tidak siap.

Tiba-tiba saja bayangan putri kecilnya yang berusia delapan tahun melintas di kepalanya. Bukan, dia tak ingin putrinya yang diberikan Alexant janji untuk dinikahi, dia hanya ingin tahu bagaimana seandainya putrinya juga berada di istana ini, apakah putrinya dan Alexant akan berteman juga, seperti halnya Alexant dan putri keluarga bangsawan Mars.

"Maafkan saya, Yang Mulia, saya sudah membiarkan kaki Anda terluka. Saya mohon, ampuni saya!" pinta Selena menyesal. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri juga pada mendiang Ratu Amora, akan menjaga Alexant baik-baik seperti menjaga anaknya sendiri. Namun, hari ini dia ceroboh dan mengakibatkan Alexant terluka. "Sekali lagi maafkan saya."

Alexant berdecak. "Apa-apaan kau? Ini bukan salahmu, Selena. Kakiku terluka karena kecerobohanku sendiri! Jangan menyalahkan dirimu atas sesuatu yang tidak kau lakukan!"

Usia sepuluh tahun, tetapi sudah bisa berbicara selayaknya orang dewasa seperti itu, Alexant memang benar-benar seorang putra mahkota. Selena yakin Alexant pasti akan menjadi raja yang baik dan bijaksana kelak.

Selena tidak berbicara lagi, dia hanya mengangguk, dan mendudukkan Alexant di kursi setelah tiba di kamar anak itu. Dengan telaten dan hati-hati Selena membersihkan telapak kaki itu, bahkan sesekali dia berhenti, khawatir Alexant akan merasakan sakit atau perih. Meskipun Alexant mengatakan ini bukan kesalahannya, tetap saja Selena merasa dia yang bersalah. Jika saja dia tidak lalai dan ceroboh tak mungkin Alexant terluka seperti sekarang.

"Terima kasih, Selena," ucap Alexant berdiri. "Sekarang kakiku sudah tidak apa-apa lagi, aku sudah bisa berdiri."

Selena tersenyum lega, menganggukkan kepala, dan berdiri. "Syukurlah, saya senang Anda sudah merasa baikan," ucapnya. "Apakah Anda mau mandi sekarang?"

Alexant mengangguk. Melangkah tergesa ke kamar mandi tanpa menunggu Selena yang akan memandikannya. Ia sudah bisa mandi sendiri padahal, tetapi sebagai pangeran ia tetap harus dimandikan. Kadang Alexant iri mendengar George atau Hans, putra dari wakil jenderal Namira, bercerita bahwa mereka bisa melakukan semuanya sesuka hati mereka, tanpa ada yang melarang apalagi mengatur harus ini dan itu.

Ia juga ingin seperti anak lainnya yang dianggapnya memiliki kehidupan normal, dan bebas bermain kapan pun. Sementara itu, dirinya untuk bermain pun harus mencuri waktu, kabur di saat guru yang akan mengajari saat itu masih belum tiba atau berpura-pura sakit setelah itu bisa keluar dengan sembunyi-sembunyi. Hanya saat ulang tahun ayahnya kemarin saja ia dibebaskan dari belajar dan bisa bermain sepuasnya bersama Crystal.

Ingat gadis kecil itu Alexant jadi sedih. Baru saja Crystal meninggalkan istana ia sudah merindukannya.

Waktu, cepatlah berlalu agar aku bisa menyongsong kedewasaanku dan bertemu dengan gadis pujaan hatiku

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 113. Putri yang Dicintai Rakyat

    "Yang Mulia, apakah Anda di dalam? Saya mencari Anda ke mana-mana. Semua orang khawatir pada Anda berdua!" Itu adalah suara George. Alexant tak menyahut. Perlahan ia bangkit, membantu istrinya untuk duduk. "Kau tidak apa-apa, Sayang?" tanyanya serak. Ia masih berada dalam kondisi bergairah, tubuhnya masih memanas, bagian bawahnya masih berdiri sempurna. Sialan George!"Yang Mulia, maafkan saya jika mengganggu Anda, tetapi saya hanya menjalankan tugas!" Alexant mendengkus kasar. Napasnya terasa panas menerpa bibir bagian atasnya."Sebentar lagi Anda dan Putri Crystal harus ke balkon untuk menyapa rakyat!" Geraman tertahan keluar dari mulut Alexant yang terkatup. Ia memeluk istrinya yang tampak lemas. Tubuh Crystal berkeringat, sejuk terasa di tubuhnya yang panas. Alexant membingkai pipi mulus itu dengan tangan kanannya, mengecup bibirnya sekilas. "Ayo, kubantu merapikan diri!" Alexant turun dari ranjang lebih dulu, kemudian membantu Crystal untuk turun dan berdiri. "Kupikir, kau p

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 112. Malam Pertama?

    Awal dan akhir musim semi biasanya ditandai dengan suhu udara yang sedikit lebih dingin. Bahkan, di Namira yang memiliki cuaca yang lebih hangat dibandingkan dua kerajaan besar lainnya yang beriklim lebih dingin. Rans, meskipun tidak ditutupi salju sepanjang tahun seperti Alastoire, suhu udaranya masih jauh lebih lembap dibandingkan Namira yang selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Keadaan itu tak membuat cuaca Namira lebih panas, tetapi hangat. Matahari masih mau menunjukkan diri walau di musim dingin sekalipun sehingga tidak terjadi penumpukan salju yang berlebihan. Di awal musim semi sekarang, suhu udara masih bisa dikatakan rendah di Namira, cuaca sedikit lebih dingin dari biasanya. Itulah sebabnya pesta pernikahan putra mahkota lebih banyak diadakan di dalam ruangan —ballroom— daripada di taman. Pihak penyelenggara khawatir hujan akan turun. Walaupun langit terlihat cerah, tidak menutup kemungkinan akan turun hujan. Angin berembus sedikit lebih kencang dari biasan

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 111. Kabur

    Tanpa bersuara, Alexant menarik pinggang Crystal menjauh. Ia meletakkan jari telunjuk di bibir sang istri saat mulut mungilnya terbuka untuk memprotes. Namun, kemudian bibir yang sejak tadi membuatnya gatal ingin menyentuh itu menyunggingkan senyum. Alexant memperhatikan keadaan sekali lagi sebelum membawa istrinya keluar dari arena pesta. Beruntung, para prajurit yang berjaga di depan ruangan sedang sibuk melahap hidangan pesta bagian mereka sehingga tidak ada yang menghalangi kepergian mereka. Beberapa kali Alexant membawa Crystal bersembunyi di balik tembok sebuah ruangan ataupun gorden saat mereka berpapasan dengan beberapa orang prajurit yang tengah berpatroli. Mereka tidak boleh ketahuan atau akan kembali ke pesta yang sama sekali tidak menyenangkan. Sekali lagi, mereka bersembunyi di balik tirai tebal pembatas ruangan saat dua orang prajurit melintas. Kemudian, langsung berlari meninggalkan tempat itu setelah kedua prajurit sudah tak lagi terlihat. Kamarnya tidak dikunci, k

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 110. (Bukan) Pesta Pernikahan Kita

    Taman bagian selatan istana terlihat lebih indah dari biasanya. Taman yang dipenuhi bunga mawar aneka warna dijadikan sebagai tempat pesta pada siang hari, akan dilanjutkan pada malam hari di tempat yang berbeda. Sebenarnya, Crystal sudah lelah, tetapi dia tetap mencoba bertahan dan tersenyum manis pada setiap tamu yang hadir. Para tamu yang merupakan para bangsawan dari tiga kerajaan seolah tak pernah ada habisnya. Padahal, dia ingin beristirahat sebentar saja, menunggu sore untuk menyapa rakyat yang ingin melihatnya. Seandainya saja bisa, dia akan kabur. Sungguh, berada di medan perang terasa lebih menyenangkan daripada berada di sini. Senyum palsu dari para bangsawan yang datang terlihat menjijikkan di matanya. Dasar penjilat!"Apa kau mau berdansa?" tawar Alexant. Senyum tak pernah lepas dari bibir merah pucat alaminya. Ia terlalu bahagia sampai rasanya ingin terus tersenyum saja selamanya. Sejak beberapa menit yang lalu, beberapa pasangan tampak berdansa di bagian taman yang d

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 109. Lance Loire; Sepenggal Cerita

    Semua seakan terulang kembali. Bayangan-bayangan pesta pernikahannya tujuh belas tahun yang lalu kembali berlarian di benaknya. Melihat putrinya berdiri di sana, seolah ia sedang melihat Charlotte-nya. Bukan, bukan melihat Charlotte yang berdiri di altar, tetapi ia melihatnya berdiri di samping putri mereka, mendampinginya saat mengucapkan sumpah perkawinannya. Beberapa kali ia mengembuskan napas melalui mulut, memikirkan apa yang akan dilakukan Charlotte sekarang seandainya dia masih hidup. Mungkin Charlotte akan memarahinya, atau mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin putri mereka tidak akan besar di kerajaan ini, melainkan di Alastoire, dan tidak bertemu dengan pangeran Alexant. Atau mungkin mereka bertemu, tetapi tidak saling jatuh cinta. Entahlah, yang pasti semuanya akan berbeda, dan akan lebih baik dari sekarang. Lance yakin.Ia tidak pernah membayangkan jika hari ini akan datang juga, di mana putri kecilnya menikah dan menjadi seorang istri. Namun, itulah yang terjadi

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 108. Royal Wedding

    Di antara semua tempat di istana Namira yang dihias paling indah adalah gereja utama. Gereja itu terletak di bagian tenggara istana, di kelilingi oleh taman yang indah dan cukup luas. Gereja itu juga yang paling besar di antara dua gereja lainnya. Alexant menarik napas dalam, mengembuskannya dengan pelan. Ia terus mengulanginya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang kembali hadir kala ia berdiri di depan altar. Ini sudah hampir lima menit ia berdiri di sini, tetapi Crystal masih belum muncul juga. Pintu itu masih tertutup setelah tadi Raja Loire masuk, kemudian di susul oleh Jenderal Wallace. Alexant menunggu dengan dada berdebar keras. Jantungnya berpacu, dua kali lipat lebih cepat dari biasanya seolah saja ia baru selesai berlatih pedang bersama George. Namun, George sedang duduk di sana, bersama keluarganya, jenderal dan Nyonya Bryne, serta dua orang adik laki-lakinya, Hans dan Hiro yang masih berumur dua tahun. Alexant melirik ke arah pintu yang masih saja belum menand

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status