Aku telah bersumpah atas nama Allah akan komitmenku kepada umat. Komitmen paling suci dan agung bahwa aku harus menyelamatkan mereka dari apa pun yang mengancam kami. Semua ancaman, mulai dari setan terkecil hingga yang paling biadab, harus kami singkirkan.
Semua untuk umat.
Itulah yang sedang kuperjuangkan.
Aku yakin bahwa semua ini akan berhasil.
Karena Allah bersama kami.
Aku tidak pernah meragukan hal tersebut. Bagaimanapun kita ada di sini untuk membela-Nya. Membela-Nya menghabisi musuh besar-Nya, setan raksasa bernama Amerika Serikat.
Karena Amerika Serikat adalah setan raksasa yang telah menzalimi umat-Nya, membuat semua hamba-Nya berada dalam penderitaan. Dan mereka harus membayar harga dari semua perbuatannya.
Mereka telah menyebarkan hukum-hukum buatan manusia ke seluruh dunia, dan membuat umat Islam menderita selama puluhan tahun. Amerika telah mendeklarasikan perang kepada Allah dan Rasul-Nya.
Aku merasa menyesal. Bagaimanapun juga aku pernah ditipu oleh mereka. Aku memang bodoh ketika itu. Bodoh karena mempercayai tipu daya setan.
Dulu aku adalah seorang sekutu mereka. Aku menjadi boneka mereka untuk melawan Soviet dalam delapan tahun penuh penderitaan di Afganistan. Kukorbankan segala yang kumiliki, bahkan kurelakan jika nyawaku yang menjadi taruhannya. Semua karena kupikir bahwa mereka adalah sahabat sejati.
Aku salah.
Mereka, sekutu yang telah kuanggap saudaraku sendiri, mengkhianatiku.
Mereka yang telah bersamaku dan kudampingi hingga mempertaruhkan nyawaku sendiri, kini beralih menyerangku.
Perang Afganistan telah usai bertahun-tahun silam. Setelahnya, Amerika adalah musuh kita. Tahun ini, tidak ada lagi alasan, aku bersumpah bahwa seluruh Amerika akan menderita penuh kesakitan.
Amerika harus menerima akibat dari perbuatan mereka. Perbuatan mereka terhadapku, dan terhadap umatku. Yang mereka khianati bukan hanya kita, tapi juga seluruh dunia.
Dunia menderita, karena Amerika. Umat Islam menderita, karena Amerika. Sekarang menjadi tugas kita untuk mengenyahkan mereka.
Kita telah berhasil menghancurkan Soviet, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa melakukan hal yang sama terhadap Amerika.
Tinggal menunggu waktu, semuanya akan tercapai. Tidak ada yang bisa mengalahkan kita, karena Allah bersama kita semua. Amerika memang kuat, tapi Allah jauh lebih kuat. Karenanya aku tidak pernah takut untuk berperang dengan Amerika. Walaupun saat ini aku tidak memiliki armada sekuat mereka, aku tetap tidak memiliki rasa takut kepada Amerika.
Dulu sejumlah orang mengatakan bahwa aku adalah orang tolol. Tentu saja mereka tidak pernah berani mengatakannya langsung di depan wajahku.
Tapi kemudian mereka mendapati bagaimana Amerika menyakiti umat kita. Mereka menginvasi Irak dengan alasan menyelamatkan Kuwait. Aku tahu bahwa itu semua adalah karena minyak. Walaupun para ulama palsu justru mendukung dan memuji langkah Amerika ini.
Persetan dengan perkataan mereka, bahwa itu adalah tentang penyelamatan masyarakat Kuwait atas kediktatoran Iraknya Saddam Hussein. Aku sendiri tidak habis pikir, kenapa masyarakat internasional masih saja mempercayai alasan Amerika.
Saat ini bagi mereka akulah yang tolol karena menantang Amerika secara langsung.
Siapakah yang lebih tolol?
Apakah aku yang berjuang dengan konkret atau mereka yang hanya diam memandang kebiadaban Amerika?
Mereka buta mata dan buta hati. Sudah jelas apa yang dilakukan Amerika dalam menghancurkan umatku, yang juga umat mereka.
Apakah mereka tidak melihat?
Apakah mereka tidak menyadari?
Amerika hanya memanfaatkan kita untuk kepentingan mereka.
Sementara ulama-ulama palsu yang membangun rezim Saudi hanyalah boneka-boneka Amerika. Mereka diam saat Amerika menyerang negara-negara Islam, tapi bereaksi saat kami yang berjuang.
Wahai ulama-ulama palsu, di manakah hati nurani kalian?
Siapakah yang Muslim, kami ataukah Amerika dan pendukung-pendukungnya?
Bukankah darah orang-orang kafir adalah halal?
Ulama macam apa yang membiarkan orang-orang kafir menguasai Mekkah dan Madinah?
Ulama macam apa yang diam saja melihat Palestina ditindas?
Takutlah kepada Allah, Sheikh!
Tidak akan ada kemenangan melawan orang-orang kafir kecuali dengan jihad. Tidak juga ada gunanya berdiplomasi. Semua hanya akan berakhir dengan jihad dan mengangkat senjata.
Tidak ada artinya semua yang kita lakukan untuk mereka. Pada akhirnya, semua kembali pada kepentingan negaranya. Kita pun disingkirkan karena tidak lagi dibutuhkan. Dulu, mereka membutuhkan kita untuk menghancurkan Soviet. Kini, sasaran mereka berbeda.
Sudah jelas bahwa tidak ada itikad baik sama sekali dari Amerika. Siapa pun yang menjadi teman mereka, harus belajar dari apa yang kita alami. Hanya ketika kita mendukung apa yang menjadi kepentingannya, mereka mendukung kita dan memfasilitasi semua yang kita minta. Setelah mereka mendapatkannya, mereka menghancurkan kita. Saat ini kita sudah tidak berguna bagi mereka. Mereka sudah memiliki keinginan baru.
Amerika menginginkan minyak Irak.
Lagi-lagi, negara Muslim menjadi sasaran mereka.
Kebencianku mulai tumbuh dan terpusat. Kita harus membangun pasukan kita untuk membuat Amerika membayar semua yang telah mereka lakukan terhadap kita. Umat harus bersikap seperti sebuah tubuh manusia yang terintegrasi. Jika salah satu terluka, maka yang lain harus ikut menderita. Umat tidak akan berhasil jika memulai perang langsung dengan Amerika.
Kita harus berperang dengan menggunakan cara lain. Tidak mungkin mengandalkan tentaraku, yang walaupun jumlahnya sudah sangat banyak, tentu takkan sebanding dengan jumlah tentara Amerika. Tapi bagaimanapun perang harus segera dimulai. Amerika adalah bencana bagi dunia. Pemusnahan mereka tidak lagi bisa ditawar-tawar. Semuanya demi umat.
Semula kupikir bahwa aku bisa menggunakan bom nuklir. Tapi risikonya terlalu besar, setelah kupikirkan matang-matang. Walaupun kita telah mempersiapkan pabrik untuk membuat senjata tersebut, sepertinya mustahil mengembangkannya tanpa diketahui oleh Company.
Mata dan telinga mereka ada di semua tempat. bahkan jarum jatuh di seberang lautan pun bisa mereka ketahui. Semua teknologi dan metode mereka telah kupelajari, oleh karenanya aku telah menyimpulkan bahwa kita tidak mungkin bergerak di permukaan.
Kita harus bergerak dalam kebisuan.
Kita harus bergerak dalam kegelapan.
Kusadari bahwa kekuatan mereka ada pada ekonominya. Aku akan sangat senang untuk menghancurkannya. Akan kugunakan sebagian besar sumber dayaku untuk menyerang kekuatan utama mereka.
Sumber perdagangan mereka ada di New York. Dari sana semua transaksi dunia dikendalikan. Juga menjadi lumbung ekonomi utama Amerika melalui imbalan-imbalan transaksi haram yang mereka lakukan. Itu juga yang menjadi devisa utama dalam menunjang ekonominya.
Tanpa penopang ekonomi mereka itu, Amerika akan lumpuh. Mereka akan dpenuhi gelandangan dan pengemis. Amerika akan memohon kepada kita untuk sekerat roti demi mengganjal perut setiap rakyatnya.
Percayalah, itu akan terjadi.
Umat hanya tinggal menunggu waktu.
Di Amerika Serikat, pasukan kita telah mencapai kemajuan yang masif dalam merencanakan sebuah serangan krusial. Akan sangat menarik bagiku untuk menyaksikan langsung bagaimana misi kita diselesaikan. Semuanya akan berlangsung dramatis, secepat kilat, dan tidak mereka duga.
Pusat ekonomi Amerika, dan bahkan juga dunia, akan kita hancurkan hingga luluh lantak. Aku ingin segera melihatnya, bagaimana orang-orang mereka terkejut dan menjadi miskin hanya dalam sekejap mata. Biarkan mereka merasakan pedihnya kemiskinan, menggelandang di jalanan yang dingin pada musim salju, tanpa ada seorangpun yang tertarik untuk menolong mereka.
Karena merekalah yang mencari penyakit. Merekalah yang membuat masalah dengan kita. Karena itu kita menyerang mereka.
Setelah serangan, dunia tidak akan sama dengan sebelumnya, sama sekali tidak. Amerika tidak akan pernah memandang rendah pada kita. Lalu aku akan kembali ke tempatku, memonitor semuanya, dan merencanakan serangan berikutnya.
Serangan yang pasti jauh lebih besar.
Serangan yang pasti akan semakin mengguncangkan dunia.
Amerika akan tahu bahwa mereka telah salah dengan memusuhi kita. Mereka meremehkan kita, dan segera setelahnya akan menyesal. Tapi pada saatnya nanti, semua itu sudah terlambat. Tidak ada ampun bagi mereka, walaupun mereka menangis melolong-lolong.
Sekarang aku tinggal mempersiapkan semuanya.
Semua istriku akan mengikutiku ke tempatku. Bersembunyi untuk menemukan ketenangan, sehingga aku akan dapat lebih tenang memikirkan serangan selanjutnya. Kami akan aman di tempat kami. Di sini aku bisa menyusun konsep dan rencana dengan tenang. Suasananya memungkinkanku untuk berpikir jernih setiap saat, baik itu pagi, siang, maupun malam. Aku tahu bahwa kejayaan kami akan segera tiba. Kita hanya perlu fokus dan terus berjuang.
Semoga aku bisa segera memulainya. Semua yang kubutuhkan sudah kumiliki. Pasukanku sudah lengkap, mereka semua juga telah menjadi loyalisku. Apa pun yang kukatakan, mereka pasti akan mematuhiku. Karena mereka tahu, bahwa semua yang kuperintahkan adalah demi kebaikan mereka. Ini bukan tentang diriku, semua bukan untuk pribadiku. Tapi untuk diri mereka sendiri. Aku adalah perantara mereka untuk berjihad, yang akan membawa mereka semua ke surga. Mereka akan berterimakasih padaku untuk jalan jihad yang telah kuberikan.
Jihad kami melawan iblis.
Jihad kami melawan Amerika.
Ia belajar dari pengalaman pribadinya bahwa sistem pendidikan di masa kini harus dibuang ke tempat sampah. Rais merayakan ulangtahunnya yang ke-21 beberapa saat setelah ia meraih gelar Ph.D. Banyak hal yang dipelajarinya dari universitas, hanya saja baginya itu tidak lebih dari keping-keping butiran debu jika dibandingkan dengan apa yang didapatnya di luar kampus.Rais sering berkeliling di malam-malam yang dingin. Diamatinya kehidupan masyarakat, di negara yang disebut orang sebagai adidaya. Pada kenyataannya banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka yang hidup dengan menggunakan mantel di setiap malam hari, tidur beratapkan langit, dan harus menyalakan api dengan membakar sampah.Ia menjadi seorang insinyur jalanan, memperbaiki alat-alat pemanas dari keluarga-keluarga gelandangan, maupun membuat alat-alat rumah tangga sederhana dengan kemampuannya. Ia kagum akan keteguhan orang-orang itu hidup dari hari ke hari.Rais punya seseorang yang disebu
Salah satu teman Ibunya berkata bahwa seharusnya Rais disekolahkan di sekolah orang-orang jenius. Teman tersebut adalah teman lama Ibunya semasa kuliah. Ia datang berkunjung sebulan sekali, kadang lebih.Rais tahu bahwa orangtuanya tidak setuju dengan temannya tersebut.Ayah Rais menginginkannya mengikuti sekolah biasa. Ia ingin Rais menjadi orang yang “merakyat”, “mengetahui kehidupan masyarakat”, dan “tidak manja”. Ibu Rais juga mengatakan bahwa tidak ada sekolah khusus anak jenius di Amerika. Jika ada, maka sekolah tersebut harus dimasukkan keranjang sampah karena membuat anak-anak jenius menjadi “eksklusif”.Akhirnya mereka memutuskan bahwa Rais akan pergi ke sekolah umum. Ia akan bersekolah di kota kelahirannya, yang juga tidak jauh dari tempat tinggal kedua orangtuanya.Setiap kali ada kesempatan, Ayah dan Ibu Rais mengajarinya semua pengetahuan tentang alam. Pengetahuan-pengetahuan tentang sains
Rais tidak telalu menyukai pesta kelulusan dirinya yang dibuat keluarga Hoetomo. Ia mencoba, tapi tetap tidak bisa. Tidak pernah disukainya pesta-pesta semacam itu. Ayah dan Ibunya mengundang semua orang yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi Rais. Mereka para keluarga Muslim dan juga Indonesia-Amerika yang dikenal keluarga Hoetomo.Selama bertahun-tahun lamanya Ibunya telah mengenalkan Rais kepada sejumlah anak, terutama anak perempuan. Hanya sebagian di antara mereka yang Muslim, karena orangtuanya selalu mengajari Rais untuk tidak menjadi eksklusif. Terkadang Rais bermain ke rumah mereka, terkadang sebaliknya mereka yang mengunjungi Rais.Semula terasa aneh berkunjung ke rumah orang lain, namun lama kelamaan Rais menjadi terbiasa. Dari sini Rais belajar mengeksplorasi kehidupan pertetanggaan mereka. Sesekali mereka bertanya apakah diizinkan bermain ke rumah Rais, di mana rumah itu sangatlah mewah meskipun Ayah Rais berusaha untuk membuatnya “sesederhana mung
Ikhwan sekalian, hari akhir kian dekat. Aku telah diberitahu bahwa Sang Messiah akan segera datang. Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Kupikir sudah jelas bahwa Pemimpin Besar kita adalah Sang Mesiah.Dia adalah penyelamat kita. Dia yang akan membawa kejayaan Islam di seluruh dunia, dan memusnahkan Dajjal Amerika Serikat. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan penyambutan untuknya. Kita harus memulai serangan.Aku telah menyelesaikan rencana kita. New York City akan menjadi alat eksperimen pertama. Aku pribadi tidak berharap banyak dari serangan pertama ini. Aku hanya ingin seluruh Muslim bersatu kembali. Kita harus melawan musuh kita. Dan kita memiliki satu musuh utama: Amerika Serikat.Seluruh Muslim harus berjihad melawan Amerika. Tidak ada keraguan untuk itu. perang mungkin bukan jalan yang utama. Tapi saat ini, tidak ada cara lain.Orang-orang kafir telah menginvasi negara-negara Islam dan mendudukkan para koruptor di pucuk-pucuk ke
Rais tidak melihat World Trade Center sebagai tempat yang istimewa. Ia bahkan tidak mengerti kenapa orang mau bekerja di sini. Ini hanya gedung pencakar langit, seperti gedung-gedung pencakar langit lainnya. Rais hanya pernah membaca tentang World Trade Center dari artikel, dan itu didapatnya dari internet.Ia tahu bahwa orangtuanya memiliki saham dalam jumlah besar pada mayoritas perusahaan di dunia. Dan sebagian perusahaan itu memiliki kantor di World Trade Center.Ayahnya ingin Rais sesekali mengunjungi kantor mereka. Kantor-kantor perusahaan di bawah bendera Hoetomo Group. Termasuk yang berada di World Trade Center.Rais tidak mengenal New York City dengan baik. Tapi ia merasa sesekali harus memenuhi keinginan ayahnya.Maka pagi ini ia memasuki salah satu bangunan menara kembar tersebut. Baginya ini seperti sebuah istana, tapi dengan kubik-kubik. Diliriknya arlojinya. Ini masih terlalu dini untuk memulai hari.Baru ada sedikit orang di sini, da
Letnan Andrea Izmaylov mencapai rumahnya menjelang tengah malam. Adiknya, Svetlana, telah meninggalkan makan malam untuknya. Mereka telah tinggal di New York sejak lahir. Orangtua mereka yang imigran telah berusaha sangat keras untuk bisa keluar dari Soviet dan menjadi warga negara Amerika.Andrea mendapati adiknya telah tidur. Svetlana telah menumpang di rumahnya selama enam tahun sambil berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Tak disangkanya, Svetlana terbangun. Ia lalu mengambil segelas air dan menemani kakaknya menonton televisi sambil makan malam.“Sangat mengerikan,” kata Svetlana.“Bisa dibilang demikian,”“Memang,”“Andai kau ada di sana untuk melihat apa yang terjadi,”“Kuharap tidak perlu. Menyaksikannya dari sini saja sudah cukup membuatku bermimpi buruk.”Andrea menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa.“Kau tidak apa-apa?” Svetlan
Beberapa hari telah berlalu.Pada sebuah pagi yang terik, Rais menghadiri pemakaman puluhan orang yang menjadi korban 11 September. Mereka diantar dan dimakamkan dengan diiringi tangisan dari keluarganya.Rais ingin ikut menangis, ia sangat ingin. Bagaimanapun di antara mereka ada pegawai-pegawainya. Ia ingin menunjukkan simpati, tapi sekeras apapun ia berusaha, air matanya tak kunjung turun.Kerumunan orang saling mengucapkan bela sungkawa, lalu disusul dengan ucapan-ucapan selamat tinggal. Rais berdiri di samping ayahnya sampai seluruh upacara pemakaman selesai. Perlahan langit tertutupi awan. Tidak lama kemudian cuaca cerah berubah menjadi rintik-rintik gerimis.Pandji Hoetomo, ayah Rais, menepuk pundak anaknya.“Ini akan menjadi masa sulit. Aku harap kau kuat.”“Maksud Ayah?”“Kita mengalami kerugian cukup besar, tapi asuransi akan menanggungnya. Tidak akan ada masalah finansial. Tapi ada sebuah kerug
Hari ini Rais telah melewati semuanya. Di usianya yang keduapuluh dua, ia memperhatikan apa yang terjadi dari waktu ke waktu sejak kejadian yang memilukan di New York City. Dari sana ia berpikir bahwa diriya harus bisa menjadi pembela masyarakat sipil. Membela mereka dari teror-teror besar maupun kecil. Juga menghancurkan para teroris yang menebar ketakutan di mana-mana.Maka ia harus mempelajari ilmu bela diri. Semua itu sebagai awalan dari rencana-rencana besarnya. Satu tahun sudah dihabiskannya waktu mempelajari martial arts yang sangat dinikmatinya.Ia menghadapi satu demi satu lawan tandingnya. Memukul, menendang, menghindar, mengelabui, dan merobohkan. Hari-hari indah yang sangat ia nikmati. Selain itu, apa yang ia lakukan ini juga cukup untuk membuatnya teralih dari tragedi besar umat manusia, di mana ia sendiri menjadi saksi hidupnya.Selama setahun Rais tidak pernah menghubungi keluarganya. Ia merasa perlu untuk mengunjungi orangtuanya, melihat