“Stanley?” Shula berlari dengan riang, menghampiri Stanley yang keluar dari ruang kerja ayahnya. Dia langsung memeluk lengan pria itu, bergelayut manja. Posisinya sekarang adalah calon tunangan Stanley, jadi dia berhak bermanja-manja dengan sang pujaan hati.Stanley terdiam di kala Shula bergelayut manja di lengannya. Pria tampan itu sama sekali tidak menolak, dan juga tidak membalas pelukan Shula. Dia hanya bergeming, membiarkan Shula bergelayut manja di lengannya.“Aku sudah selesai bicara dengan ayahmu. Sekarang aku harus pulang. Ada beberapa hal yang aku ingin urus,” ucap Stanley dingin, dan datar.Shula mendongakkan kepalanya, menatap jengkel Stanley. “Kenapa kau langsung pulang? Jika kau ada pekerjaan penting, kau bisa serahkan pada asistenmu saja. Ayo luangkan waktu untukku.”Stanley menyingkirkan tangan Shula. “Maaf, aku tidak bisa. Aku ingin bertemu dengan seseorang,” jawabnya menolak ajakan Shula.“Kau ingin bertemu siapa?” tanya Shula lagi, yang sedikit kesal. Padahal dia b
Stanley duduk di depan Raja Jokum, dengan tenang dan menunjukkan wibawa. Pria tampan itu baru saja tiba di keranjaan Denmark, dan sang Raja mempersilakan Stanley untuk duduk. Mereka berada di ruang kerja khusus sang Raja—di mana tidak ada yang bisa masuk dengan mudah ke sana. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke ruang kerja sang Raja yang berkuasa itu.“Minum?” tawar Raja Jokum seraya menuangkan wine, ke gelas kosong di hadapan Stanley.Stanley menghormati, dan langsung mengambil gelas yang berisikan wine yang telah dituang oleh Raja Jokum. “Terima kasih,” jawabnya sambil menyesap wine perlahan.Raja Jokum tersenyum. “Aku yang berterima kasih, karena kau sudah datang, Stanley. Terima kasih kau telah meluangkan waktumu bertemu denganku. Aku yakin kau pasti pria yang sibuk.”Stanley menatap sopan sang Raja. “Aku akan berupaya meluangkan waktu, jika kau meminta bertemu denganku. Aku sangat yakin, kau memintaku datang, karena ada hal penting yang ingin kau katakan.”Raja Jokum ke
“Stanley, di mana Shula?” tanya Stella hangat, menatap putranya sudah masuk ke dalam mansion. Wanita paruh baya itu melihat ke belakang putranya tidak ada siapa pun. Padahal dia pikir Shula akan diajak masuk oleh putranya, tapi kenyataan yang ada putranya itu masuk ke mansion hanya seorang diri.“Shula sudah pulang,” jawab Stanley datar, yang membuat Stella langsung mengerutkan kening. Tampak jelas raut wajah Stella bingung, sedangkan Stanley terlihat tenang.“Kenapa Shula ke sini cepat sekali? Kau tidak bersikap buruk padanya, kan?” tanya Stella memastikan. Wanita paruh baya itu khawatir, putranya memprilakukan Shula dengan tak baik.Stanley tersenyum samar. “Shula ke sini, karena menyampaikan pesan ayahnya. Dia tadi bilang ayahnya ingin bertemu denganku hanya berdua.”Stella mengangguk paham. “Ah, mungkin Raja Jokum ingin membahas pertunanganmu dan Shula. Sebentar lag ikan kalian akan bertunangan.”“Aku tidak tahu, tapi mungkin saja iya.” Stanley mengecup kening ibunya, dengan penuh
“Terima kasih sudah mengantarku pulang.” Perkataan yang Shakira ucapkan di kala dirinya sudah tiba di depan rumah. Dia diantar oleh Stanley tepat di depan rumah. Tadi, dia sempat meminta Stanley menurunkan di ujung jalan, tetapi lagi lagi Stanley mengatakan jika menurunkan di pinggir jalan terkesan dirinya seperti ‘wanita bayaran’. Sial sekali, akhirnya Shakira menyetujui Stanley mengantarnya hingga di depan rumah.Stanley memasukan tangannya ke saku celananya. “Harusnya aku yang berterima kasih, karena kau meluangkan waktumu untuk menemaniku. Well, hari ini cukup menyenangkan.”Shakira mendesah panjang. “Aku bukan meluangkan waktuku, tapi kau memaksaku, Tuan Geovan. Kau tahu itu?” balasnya dengan nada sindiran.Stanley mengangguk santai, tanpa ragu. “I know, tapi kau menurutiku. Jadi, aku tetap harus mengucapkan terima kasih padamu.”Shakira memutar bola matanya malas. “Lebih baik kau pulang. Aku ingin istirahat. Hari ini cukup melelahkan.” Stanley kembali menangguk, menghargai Sha
“Stanley, kenapa kau tadi menarikku?” protes Shakira seraya menatap Stanley yang sedang melajukan mobil. Ya, dia dan Stanley sudah meninggalkan restoran. Namun, ada sesuatu yang membuat hati dan pikiran Shakira menjadi tidak tenang yaitu ucapan sang manager restoran.Stanley yang fokus mengemudikan mobil, melirik sekilas di kala Shakira memprotes. “Lalu, kau ingin tetap berada di sana?” balasnya dingin.Shakira mendesah kasar. “Paling tidak, aku harus memberikan penjelasan pada manager restoran tadi, Stanley.”Kening Stanley mengerut dalam. “Memberikan penjelasan apa?” tanyanya masih dengan nada dingin, akibat masih emosi.“Stanley, tadi manager restoran itu salah paham. Dia bilang kalau aku ini istrimu. Kau jelas tahu jika kejadian tadi tercium media, habislah aku. Media akan mengenaliku dengan mudah. Aku juga sangat yakin media mudah mengenalimu, Staney. Ck! Astaga, kita dalam masalah besar!” seru Shakira tampak jelas menunjukkan kekhawatiran yang melanda.“Kau lebih memikirkan beri
Shakira mengajak Stanley makan di sebuah restoran di North Sealand. Tentu harus menggunakan mobil menuju restoran ini. Sebab, tidak akan mungkin ada restoran di dekat hutan. Shakira mengajak Stanle makan di North Sealand, bermaksud dengan satu wilayah dengan tempay di mana mereka berkunjung tadi. Meski sebenarnya menempuh jarak yang tidak bisa dikatakan dekat.Restoran Far Til 4 adalah tempat yang menjadi tempat di mana Shakira dan Stanley menghabiskan waktu sejenak. Restoran ini memiliki tema nautikal yang kental dengan dekorasi yang mengingatkan pada suasana laut dan pelabuhan.“Kenapa kau mengajakku ke restoran ini? Jarak restoran ini cukup jauh dari tempat kita. Aku pikir kau akan membawaku ke restoran yang benar-benar dekat dengan tempat kita tadi,” kata Stanley seraya menatap Shakira yang duduk di hadapannya.“Kita baru saja pergi ke hutan. Tidak mungkin ada restoran di hutan, kan, Stanley?” balas Shakira dengan nada jengkel.Stanley mengambil wine di hadapannya, dan menyesap pe
Mobil Stanley berhenti tepat di sebuah hutan yang ada di North Sealand. Perjalanan dari pusat kota Kopenhagen menuju North Sealand melalui mobil membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Ya, tentu Shakira sama sekali tak menyangka Stanley membawanya ke North Sealand.North Sealand adalah kawasan yang memukau di sebelah utara Kopenhagen, Denmark, dikenal dengan pemandangan alam yang memesona dan sejarah yang kaya. Suasana wilayah ini sangat tenang dan damai langsung terasa, di kelilingi oleh hamparan hutan-hutan hijau lebat yang segar dan udara yang jernih.“Stanley? Kenapa kau membawaku ke hutan?” tanya Shakira cukup terkejut, di kala Stanley membawanya ke hutan.Shakira tak tahu apa rencana pria itu sebenarnya. Dia terpaksa menuruti ajakan Stanley guna mencari ‘aman’. Bukan karena takut, tapi dia hanya malas mendapatkan masalah. Apalagi ancaman Stanley membawa-bawa ibunya. Itu tindakan yang sangat menyebalkan.“Nanti kau akan tahu. Kita turun sekarang,” jawab Stanley lebih dulu turun
“Kenapa kau di sini, Stanley?” Pertanyaan spontan yang lolos di bibir Shakira di kala mendapati Stanley ada di rumahnya. Sungguh, dia tak mengerti kenapa bisa Stanley mendatangi rumahnya. Padahal dia tak merasa memiliki janji dengan pria itu. Pun dia bermaksud untuk menjaga jarak dengan Stanley, karena tak ingin jika ada gossip murahan.“Shakira, kau tidak sopan bicara seperti itu pada Stanley,” tegur Filipa langsung, menatap putrinya penuh peringatan. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu, tak suka akan ucapan putrinya yang menurutnya sangat tidak sopan.Stanley menoleh, menatap ramah Filipa. “Bibi, kau tidak perlu khawatir, Shakira sering melontarkan candaan denganku. Ini bukan masalah.”Filipa menghela napas lega mendengar jawaban dari Stanley. “Ya sudah, Bibi tinggal dulu, ya? Kau dan Shakira mengobrol saja. Kebetulan Bibi ingin pergi ke supermarket membeli bahan-bahan makanan.”“Mom, aku akan menemanimu,” sambung Shakira cepat, bermaksud menghindar dari Stanley.Filipa m
Shakira bangun di pagi hari yang cerah, tapi tidak dengan suasana hatinya yang tak baik. Wanita cantik itu menatap cermin, tubuhnya terbalut dengan jeans dan kaus lengan panjang oversize. Pun dia tak memakai riasan wajah. Hanya lip balm guna membuat bibirnya tetap lembab. Meski demikian, dia tetap tampak sangat cantik dan menawan.Pulang. Itu yang ada di benak Shakira. Dia ingin segera kembali ke rumahnya bertemu dengan ibunya, lalu istirahat di kamarnya yang sederhana tetapi membuat kenyamanan dan kedamaian. Istana memberikan kamar yang mewah, tapi tidak ada kenyamanan dan kedamaian. Sebab memang, istana bukan tempatnya.Shakira melangkah keluar kamar, bermaksud meninggalkan istana, tetapi seketika langkahnya terhenti di kala melihat sang pelayan menghampirinya. Embusan napas kasar lolos di bibirnya. Dia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh pelayannya itu.“Nona,” panggil sang pelayan sopan di kala sudah tiba di depan Shakira.Shakira menatap dingin sang pelayan. “Kau ingin mengat