Langkah kakinya gontai masuk ke dalam rumah dan Kayla menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, terdengar suara nafas yang memburu keringatnya jatuh bercucuran.
“Hay Bu...,” sapa Kayla lembut.“Hay Sayang,” Erlina menyuguhkan senyuman tipis.“Besok sore Kayla berangkat ke kota xt, Bu.” Kayla beranjak dan duduk menatap ibunya.“Kenapa? Bukanya minggu depan kamu berangkat ke sana?” Erlina menelisik penasaran anak gadisnya.“K-Kayla... a-ada tugas kuliah juga di sana, Bu.” Jawab Kayla gugup.“Benarkah? Kebetulan sekali, ya?” Tukas Erlina.“Jika di sana kamu kesulitan langsung telepon Ibu dan ingat, jangan membahayakan diri sendiri, ok!!” Ucapan Erlina yang penuh penekanan. “Siap Bos, laksanakan!” Seru Kayla dengan di sertai tawa kecil.“Cepat mandi! Bau asem,” selorohnya dengan jari yang memencet hidung.Suasana hati Kayla sangat bahagia saat ini karna mendapat ijin dari ibunya. Setelah selesai dengan ritual mandinya Kayla mengenakan kaos oblong dan di setelkan dengan celana short, penampilan yang sederhana namun tak mengurangi kecantikannya, Tasya geram dengan Kayla yang masih melangkah santai menuruni anak tangga.“Cepat Kak! Kasihan Ibu menunggu Kakak kelamaan.” Pekik Tasya sembari menuang nasi.
“Dasar, ratu bawel!!” Seru Kayla dengan sedikit mengejek.
“Sudah-sudah, jangan berdebat. Ayo makan!” Erlina menyodorkan piring yang berisi nasi kepada Kayla.Disela suara sendok dan garpu yang beradu canda tawa mereka juga terdengar jelas, Kayla bercerita tentang sidang skripsinya yang menegangkan dan cukup membunuh suasana yang tenang, tak lupa dia juga menceritakan kejadian yang menimpa sahabat karibnya itu.
“Lantas bagaimana keadaan Najwa sekarang, Sayang?” Erlina menyesap air minumnya.“Najwa tidak apa-apa Bu, hanya saja dia terlalu mengkhawatirkan kondisi orang yang dia tabrak tadi siang!” Beber Kayla sembari mengangkat piringnya.
“Kakak sudah selesai makannya?” Tasya beranjak mendekati Kayla.“Hmmm!” Gumamnya seraya mencuci tangan.Kegiatan makan malam berlalu kini mereka berbincang seru di ruang tamu begitu lama mereka duduk bersama sembari bercerita.
***
Malam yang panjang berlalu dan berganti pagi yang cerah, suasana rumah masih terasa tenang, terdengar di luar sana suara burung yang berkicau sangat merdu.Sejak jam empat dini hari Kayla sibuk mempersiapkan barang bawaannya karna dia mengambil penerbangan pertama jam 08.15 pagi menuju kota xt, semua barang bawaannya telah siap dan dia pun telah menyelesaikan ritual paginya, Kayla bergegas keluar kamar dan kini dia bergabung di meja makan.
“Pagi Bu!” Sapa Kayla dengan senyuman manis.
“Pagi Sayang, Jangan lupa kalau sudah sampai di sana kabari Ibu!” Erlina menyodorkan roti yang telah di olesi selai kacang.“Berapa hari Kakak di sana?” Tasya menatap wajah Kayla.“Mungkin dua minggu, Sya.” Suara Kayla sedikit tak jelas karna mulutnya penuh dengan roti.Tasya menjawab dengan raut wajah setengah cemberut, “Kenapa lama sekali Kakak di sana?”“Bilang aja kalau kamu suka aku pergi.” Cetus Kayla.Erlina tersenyum lebar melihat kedua anak gadisnya bercengkerama.“Siapa yang bilang? Tasya enggak suka Kakak pergi lama-lama,” Ucapnya lirih.
Kayla mengelus rambut adiknya yang manja itu, setelah selesai sarapan Kayla menarik kopernya keluar menuju mobil yang telah di siapkan oleh Pak Joko sejak pagi.
Setibanya di bandara segera Kayla melakukan chek in dan menunggu beberapa saat kemudian pesawat yang tersebut take off. Empat puluh menit pun berlalu pesawat yang di tumpangi Kayla telah mendarat di bandara terkenal di kota xt, kota yang Kayla yakini menyimpan jawaban atas kecelakaan ayahnya, Kayla menginap di salah satu hotel bintang lima yang sangat terkenal.
Kayla meletakan kopernya di sebelah lemari dan membaringkan tubuhnya di ranjang yang empuk dan nyaman, belum lama bersantai terdengar suara bel kamarnya berbunyi.
“Siapa lagi itu? mengganggu sekali!” Gerutu Kayla, dengan langkah cepat Kayla membuka pintu kamarnya namun tidak ada orang di sana lorong hotel pun tampak sangat sepi tak ada pergerakan yang mencurigakan, ketika mau menutup pintu tanpa sengaja kakinya menyandung sebuah kotak yang terletak di sebelah pintu kamarnya.
Segera dia meraih kotak tersebut dan masuk ke dalam, dengan cekatan tangannya membuka kotak yang berwarna coklat. di dalam kotak itu hanya ada foto Erlan dan seseorang pria yang tidak ia kenal, selain foto ada secarik kertas yang bertuliskan alamat yang harus Kayla datangi.
‘Kenapa petunjuk ini datang dengan begitu mudah?’ gumamnya dalam hati.
***
Keesokan harinya Kayla pergi ke alamat tersebut, dalam benaknya ia membayangkan akan melihat bangunan megah dan bertemu seseorang yang kejam dan angkuh tapi kenyataannya tak sama dengan apa yang di pikirkannya.
Dia hanya menemukan sebuah lahan kosong yang mirip seperti lapangan bola namun lebar lapangan itu tiga kali lipat dari lapangan bola pada umumnya. Kayla pergi dan bertanya pada lingkungan sekitar mencari info yang akurat tentang lahan itu namun tak ada satu orang yang menjawab dan dari semua orang yang Kayla tanyai jawaban mereka sama.
“Saya penduduk baru Non! Saya tidak tahu menahu tentang lahan itu!”
Pernyataan itu semakin membuat Kayla frustrasi dan mengikis kesabarannya juga, sesaat dia menghentikan taksi terdengar teriakan seseorang di ujung jalan. Kayla berbalik badan menatap seorang gadis muda yang berkulit sawo matang.
“N-nona mencari informasi tentang lahan ini, ya?” ucapnya dengan suara nafas yang tersengal-sengal.Kayla mengangguk, “Kamu siapa? Bisa bantu saya menuju ke sana.”“Bisa Non, mari saya antar.”***
Seminggu telah berlalu semenjak pertemuannya degan gadis muda tersebut, pencarian petunjuk itu pun masih belum menemukan titik terang dan semua pertanyaan masih menjadi misteri. karna lelah akan semua ini Kayla memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya, dia merasa usahanya datang ke kotak XT sia-sia dan tak ada gunanya.Dalam perjalanan menuju hotel taksi yang di tumpanginya di hadang oleh mobil berwarna hitam, seseorang yang mengenakan penutup wajah itu keluar dari mobil dia mengetuk kaca jendela yang di mana Kayla duduk.Kayla memberanikan diri untuk membuka kaca jendela, belum sempat bertanya. Pria itu membuka pintu mobil dan menyeret paksa Kayla masuk ke dalam mobil mereka.
Mata Kayla membulat sempurna seraya melontarkan pertanyaan-pertanyaan, “Siapa kalian? Dan apa mau kalian semua?” “Kau tak perlu tahu siapa kami, aku tekankan padamu. Cepat pergi dari kota ini dan jangan pernah kembali lagi!!” tandasnya penuh penekanan. Kayla menelisik kedua pria yang duduk berdampingan dengannya, tanpa di sengaja sepasang matanya menangkap sebuah Relover di balik jaket pria tersebut. ‘Ada rahasia apa di kota ini? Apa yang harus aku lakukan agar bisa lolos dari mereka?!’ Batin Kayla. “Kau dengar ucapanku tidak!!” Bentak pria itu di telinga Kayla. Dan teriakan tersebut membuat Kayla tersadar dari lamunannya, “Aaah, i-iya saya dengar....” “Besok kau harus sudah angkat kaki dari kota ini!!” Ancam pria itu dengan nada yang meninggi. Kayla mengangguk mengerti, telapak tangan gadis itu di basahi keringat. Jantungnya berdegup kencang kecemasan terlihat jelas di wajahnya, ta
Tasya terus menangis tanpa henti melihat saudarinya yang tak kunjung sadar. Beberapa menit berlalu mobil ambulans pun datang membawa Kayla ke Rumah Sakit Cahaya Harapan, sesampainya di rumah sakit Kayla bawa ke UGD, gadis itu di periksa oleh beberapa dokter. “Nyonya Erlina Antawiguna...,” perawat memanggil Erlina dengan suara lantang. “Saya, suster. Ada apa?” Erlina sangat panik menatap perawat wanita itu. “Dokter Ari mau menyampaikan sesuatu!” Perawat itu menuntun Erlina menuju ruang kerja Dokter Ari, orang yang menangani Kayla. Erlina mengikuti langkah suster dan dokter pun berbicara tentang kondisi Kayla, betapa kagetnya Erlina mendengar penjelasan dari dokter bahwa anaknya di bius dengan dosis yang tinggi, bisa membuat Kayla tertidur dua sampai tiga hari ke depan. “Astaga... apa tidak ada cara menyadarkan anak saya, Dok?” Erlina mendekatkan wajahnya ke wajah Dokter Ari. “Nyonya jangan kawatir, tidak ada hal serius dalam masal
“ini saya, Irma. Non!” “Masuk Mbak! Pintunya enggak di kunci kok,” jawab Kayla dari dalam kamar, tangannya menggenggam erat secarik surat yang ia temukan tadi. “Permisi Non!” Irma berlalu dengan membopong buku. Kayla hanya menganggukkan kepalanya, perlahan Kayla membuka kertas itu. Netra gadis itu tampak berkaca-kaca sesaat melihat coretan pena di atas kertas tersebut ‘Hay... Gadis kecil Ayah yang cantik, Semoga Kamu baik-baik saja! Dan Ayah tahu pasti Kamu sudah dewasa sekarang dan lebih bijak menghadapi masalah apa pun. Ayah mohon jangan beritahu Ibu atau Tasya soal surat ini! Biarkan ini menjadi rahasia kita berdua!’ Kayla melanjutkan membaca surat tersebut dengan deraian air mata. ‘Ayah ingin menceritakan tentang pengalaman serta pekerjaan Ayah dahulu! Ayah adalah mantan wakil mafia besar di kota XT dan Ayah mempunyai Bos sekaligus sahabat Ayah dari SMA. Sebenarnya Ayah bukanlah siapa-siapa, Ayah adalah orang biasa sampai Ayah bertemu
“Dia masih bungkam, Non.” Bisik Pak Joko. “Sial! apa yang harus aku lakukan? Agar dia memberitahu siapa bosnya,” gerutu Kayla. Pak Joko terdiam melihat Kayla yang berjalan mondar-mandir di depan pintu. “Akhirnya aku dapat ide bagus,” ucapnya dengan bibir yang tersenyum lebar. Kayla menghampiri Pak Joko dan mereka berdua berdiskusi tentang ide gila yang terlintas di benak Kayla barusan. “Apa Pak Joko setuju dengan ide Kayla ini?” tanya Kayla yang kini menatap Pak Joko dengan cukup serius. Pak Joko mengangguk pelan dan segera memalingkan pandangannya kearah ruang belajar.*** Suasana di meja makan cukup hening membuat Tasya merasa tidak nyaman sama sekali. Saat Tasya beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba semua penerangan dalam rumah padam. “Apa yang terjadi?” tutur Tasya terkekeh. “Duduk saja dengan tenang, nanti juga akan nyala lagi listriknya.” Sahut Kayla yang masih menikmati j
Setelah meeting dengan staf rahasia di ruang bawah tanah Kayla melangkah menuju ke ruang meeting umum yang ada di lantai dua puluh, Kayla mengumpul kan semua karyawan penting di perusahaan ayahnya. Kayla ingin semua perincian keuangan perusahaan dan semua tender harus di laporkan kepadanya. Tapi tanpa sepengetahuan ibu, karna Kayla ingin mengerti masalah apa saja yang ada di perusahaan tersebut entah itu keuntungan atau pun kerugian, baru saja delapan jam ada di perusahaan Kayla sudah merasakan capek yang luar biasa terlihat jelas wajah Kayla sangat lesu dan lelah. Pak Joko menghampiri Kayla menanyakan keadaannya belum sempat berbicara Kayla telah menjelaskan keadaan dirinya saat ini. “Pak Joko pulang saja! Kayla mau jalan-jalan sebentar di sekitar perusahaan,” perintah Kayla yang masih duduk santai di kursi. “Saya temani ya, Non! Takutnya nanti ada yang mau berbuat jahat kepada Nona.” Pak Joko berdiri di samping Kayla. “Pak Joko tenang saja,
Hari yang melelahkan bagi Kayla tapi sebaliknya bagi Tasya, menurutnya hari ini sangat menyenangkan karena dia mendapat bodyguard yang tampan dan pintar, Joy sangat tegas dan patuh apa pun yang di perintahkan Tasya selalu di laksanakan tanpa ragu. “Makasih ya, Kak atas perhatianmu,” ucap Tasya merangkul bahu Kayla. “Perhatian apa maksudmu?” Kayla melirik kearah Tasya. “Itu loh Kak, Bodyguard yang bernama Joy....” Tasya memeluk lengan Kayla. “Iya, ada apa dengannya?” Kayla memicingkan mata. “Kakak ini bikin kesal saja!” Tasya melepas pelukan lengan Kayla dengan sedikit kasar. “Jangan membuat ulah Sya! Hari ini aku capek sekali,” Kayla melangkah melewati anak tangga. “Kakak sangat menjengkelkan dan sangat amat membosankan!” Suara Tasya menggema di ruang tamu. “Apa sih mau mu? aku enggak mengerti!” Kayla berteriak dari lantai dua. “Lupakan saja!” katanya seraya mengibaskan tangan kir
‘Cih, bilang aja kalau kau takut aku mencuri barang-barangmu. Kau pikir Aku ini orang rendahan yang tergiur dengan perabotan murahanmu itu!’ gerutu Kayla dalam hati dan matanya terbelalak ketika melihat guci antik yang terletak di sebelah anak tangga. ‘Astaga guci itu bernilai ratusan juta.’ Kayla kembali berkata-kata dalam hatinya. “Kamu lihat apa Kay?” Bram berbalik badan menatap Kayla. “Hah, t-tidak aku tidak melihat apa-apa!” jawabnya gugup. “Cepat ke sini! Ini ruang kerjamu, besok kamu mulai bekerja denganku dan sekarang kamu boleh pergi dari sini,” Bram menunjuk kearah pintu utama. “Apa maksudmu? Mana ada interviu macam gini!” Protes Kayla sambil berjalan keluar. Bram memberi Isyarat bahwa gadis itu harus segera pergi dari rumahnya, beruntungnya Pak Budi masih menunggu di luar. *** Jarak dari rumah Kayla ke rumah Bram sangat jauh jadi ia memutuskan berangkat lebih awal, setelah sampai di
Bram yang baru selesai meeting meraih handphone-nya di saku celana dan menatap layar yang gelap tanpa cahaya. “Sial, handphone ini mati. Jam berapa ini?” Pemuda itu mengerutkan dahinya. Bram melangkah cepat dari ruang meeting menuju ke lantai bawah, sesampainya di lobi Bram di panggil oleh Rini asisten pribadinya. “Pak Bram, tunggu sebentar!” Teriak Rini dari kejauhan. “Ada apa memanggilku?” Bram menoleh ke belakang “Ini Pak ada telepon dari bos besar!” Rini menyodorkan handphone-nya. “Ada apa?” tanyanya singkat. “Maksudmu Kayla?” Tampak kepanikan di wajah Bram. “Jangan kebanyakan bicara atau dia akan....” Jawaban dari ujung panggilan. “Aku pulang sekarang!” sahut Bram seraya mengembalikan handphone Rini. Bram segara masuk ke mobil dan kakinya menginjak