Home / Romansa / The Devil CEO / Lelaki berkacamata hitam

Share

Lelaki berkacamata hitam

Author: Kakarllak
last update Huling Na-update: 2021-06-08 20:05:57

"Emma Liandra Jones." Emma segera mengangkat tangannya. Sudah saatnya dia di tes. Ia melangkah dengan percaya diri memasuki ruangan wawancara.  Namun Emma merasa heran, lelaki berkacamata hitam itu juga melangkah masuk ke dalam ruangan. 

Di dalam ruangan wawancara terdapat empat kursi. Ada tiga peserta yang sudah menempati kursi tersebut. Tersisa satu kursi di sana dan Emma langsung duduk ketika seorang wanita berambut pendek menyuruhnya untuk duduk.

Wawancara pun dimulai. Peserta pertama menjawab secara jelas dan rinci. Berbagai ilmu pengetahuan tentang dunia IT dijawabnya dengan baik. Peserta kedua yang merupakan fresh graduate menjawab pertanyaan sesuai materi yang dipelajarinya semasa kuliah. Emma menghembuskan napas lega. Setidaknya ada satu peserta yang memiliki kemampuan di bawahnya. Peserta ketiga yang merupakan mantan pegawai IT di dunia pemerintahan menjawab semua pertanyaan dengan mudah. Bahkan alasannya untuk masuk di Alves Corp sangat menggugah hati pewawancara dan juga peserta wawancara. Emma harus mengakui jika saingannya sangat berat.

"Emma Liandra Jones," panggil seorang wanita berambut pendek. Dari penampilannya seperti wanita karir yang sukses. Cantik dan juga cerdas.

"Iya, Bu," jawab Emma.

"Frash graduate dari universitas terkemuka di Vunia. Anda satu-satunya peserta wawancara wanita kali ini." Emma sedikit terkejut. Ia baru sadar jika saingannya adalah pria. Emma hanya tersenyum kikuk. Bagaimanapun ia tidak boleh pesimis dan harus optimis.

"Apakah anda bisa coding?" tanya seorang lelaki dengan perut buncit. Lelaki itu berumur sekitar empat puluhan tahun.

"Iya, bisa Pak," jawab Emma tanpa ragu.

"Bahasa program apa saja yang anda kuasai?" Lelaki itu menatap Emma dengan saksama. Ia terpana dengan kecantikannya.

"Java, Bahasa C, PHP, Phyton dan C++, Pak." 

"WOW!"

Para pewawancara terpukau dengan jawaban Emma. Bagaimana mungkin wanita muda ini bisa menguasai empat bahasa pemrograman yang tergolong sangat sulit dipelajari.

"Apakah anda bisa membuktikannya?" Suara seorang lelaki dari arah belakang. Sontak semua mata tertuju pada lelaki tersebut. Begitupun Emma yang harus berbalik untuk melihat pemilik suara bariton tersebut. Mata Emma memelotot. Lelaki yang disebutnya sebagai lelaki yang gila hormat sedang menatapnya sekarang.

'Dia bukan peserta wawancara. Lalu dia siapa?' tanya Emma dalam hatinya. Emma menepis segala pertanyaan di kepalanya. Ia kemudian membalas tatapan lelaki tersebut dan tersenyum.

"Bisa, Pak." 

Semua yang ada dalam ruangan tersebut dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan pewawancara terlihat gugup ketika melihat lelaki berkacamata hitam tersebut.

"Bagaimana anda membuktikannya?" tanya lelaki itu seraya berjalan mendekati tempat duduk Emma.

Emma merasa bingung. Seharusnya merekalah yang memberinya soal atau menyuruhnya membuat program, tapi lelaki itu malah menyuruh Emma untuk membuktikannya. Emma menoleh ke arah pewawancara, namun para pewawancara tidak bergeming.

"Saya bisa membuat sebuah aplikasi atau membobol jaringan," ucap Emma.

Lelaki yang berdiri tepat di depan kursi Emma sontak tersenyum sinis dan membuang tatapan ke samping kanan. Emma tahu betul arti senyum itu. Senyum meremehkan dan kehampaan. Orang seperti ini bisa jadi tak suka dikalahkan atau tipe orang yang sebenarnya tak tahu apa yang diinginkan, tapi agak meremehkan orang lain.

"Itu sudah biasa." Ucapan lelaki itu membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut. Bagaimana mungkin meretas jaringan adalah sesuatu yang biasa?

Emma ingin tertawa namun ia menahannya. 

'Apakah ia tahu apa itu dunia IT?' batin Emma.

"Maaf, Pak." Emma tersenyum sejenak. Siapa saja yang melihat senyumnya pasti akan terpukau. "Apakah ada saran bagi saya untuk membuktikan keahlian saya di dunia IT?" tanya Emma.

Lelaki itu menatap Emma sebentar. Kaca mata hitamnya belum di lepas. 

"Apakah anda bisa bermain CTF?" 

Pertanyaan lelaki tersebut membuat beberapa pewawancara keselek karena kaget. 

CTF (Capture The Flag) merupakan salah satu jenis dari kompetisi hacking yang dimana mengharuskan seorang / tim untuk mengambil sebuah file / string yang sudah disembunyikan sistem yang dimana disebut dengan istilah “Flag”.

"Apakah anda bisa?" Lelaki itu lagi-lagi tersenyum sinis. Wajah Emma tidak berekspresi. Siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir bahwa Emma tidak akan mampu bermain CTF.

"Saya akan mencobanya." 

"Wow!" Lagi-lagi terdengar suara terpukau dari semua orang yang berada dalam ruangan itu.

Tidak lama kemudian seorang pegawai masuk ke dalam ruangan membawa dua buah laptop dan memberikannya kepada Emma dan lelaki tersebut.

Tidak lama kemudian baik Emma maupun lelaki tersebut mulai membuka platform ctfs.me yang merupakan platform penyedia untuk bermain CTF.

Di dinding sudah terpasang proyektor yang menampilkan layar yang terdapat huruf-huruf berwarna hijau yang bagi orang awam sangat sulit untuk mencernanya. 

Detik berikutnya hanya terdengar bunyi tuts keyboard Emma dan lelaki itu. Semua orang yang hadir, hanya bengong dan bingung ketika melihat deretan bahasa pemrograman di layar.

Tangan Emma sangat lincah menekan tuts keyboard laptop. Sesekali Emma tersenyum ketika menemukan celah dan menerobos masuk. 

Lima menit kemudian, Emma menepuk-nepuk tangannya. Ia berhasil mengalahkan lelaki tersebut. Tidak ada yang berani bertepuk tangan. Semuanya terdiam dan hanya Emma yang tersenyum senang.

"Not bad," ucap lelaki itu dengan nada sinis lalu keluar dari ruangan.

Emma yang semula senang tiba-tiba kesal ketika mendengar ucapan lelaki tersebut. Bukan pujian tapi malah mendapat sepotong kalimat yang berhasil membuat mood Emma berantakan.

"Kalah pun tidak mau diakuinya. Dasar lelaki aneh," gumam Emma. 

"Baiklah. Pengumuman hasil wawancara hari ini akan dikirimkan via email," ucap wanita berambut pendek. Ia melihat Emma dengan ekor matanya. Emma yang mendapat tatapan itu hanya mengerutkan keningnya.

Emma menghembuskan napas lega. Wawancara hari ini berjalan lancar walaupun ada beberapa orang yang membuat moodnya berantakan.

Ketika hendak berjalan keluar seorang lelaki menarik lengan Emma. 

"Kamu Emma kan?" 

Emma yang melihat lelaki itu hanya mengerutkan keningnya bingung. "Maaf. Bapak siapa?" 

"Saya, Bryan," ucap lelaki itu seraya mengulurkan tangannya.

Lelaki itu bukan pewawancara tapi seorang pegawai di Alves Corp. Namanya terlihat jelas dari tanda pengenalnya. 

"Bryan-?" Emma mencoba mengingat-ingat semua orang yang pernah ditemuinya. Tidak lama kemudian raut wajah Emma berubah. Dahinya yang semula berkerut berubah menjadi cerah.

"Bryan Danis kan?" ucap Emma.

"Akhirnya kamu ingat juga," ucap Bryan lega. "Kamu sangat hebat. Tadi kamu bahkan mengalahkan senior IT di Alves Corp." 

"Benarkah? Apakah dia benaran senior di perusahaan ini?" tanya Emma tidak yakin.

"Sepertinya begitu, Emma." Bryan terus menatap wajah Emma. Wajah yang mampu membuat candu bagi kaum Adam.

"Aku pikir CEO perusahaan. Ternyata hanya staf biasa. Hufft lelaki itu terlalu banyak tingkah," ucap Emma.

Bryan hanya tertawa ketika mendengar ucapan Emma. "Apakah kamu sudah makan siang? Jika belum, maukah kamu makan bersamaku?" Tawar Bryan. Akan sangat menyenangkan makan siang ditemani wanita cantik.

"Aku mau langsung pulang saja. Maaf yah,Bryan. Ibuku sudah menunggu di rumah," ucap Emma. Bryan pun tidak dapat memaksa Emma.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Tapi lain kali harus yah." Bryan dengan penuh harap. 

"Exactly." Emma kemudian tersenyum manis. Hal itu membuat Bryan seperti tiba-tiba kenyang ketika melihat senyum manis itu.

Tidak di ketahui Emma jika sepasang manik hitam menatap punggungnya dari kejauhan. Setelah Emma memasuki lift, lelaki itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Cari tahu latar belakang seorang wanita." 

"Emma Liandra Jones." 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Devil CEO   CINTA

    Setelah kejadian di menara jam Ester selalu setia menemani Darek di rumah. Merawat dan menjaga suaminya dengan penuh kasih. Seminggu sekali mereka berdua akan pergi mengunjungi Emma di rumah sakit.Sudah sebulan Emma belum sadarkan diri. Selama itu pula Ethand selalu setia mendapinginya. Setiap hari ia akan membacakan berbagai cerita novel dan juga mendengarka musik bersama. Ia akan bergantian bersama Alin dan Jane untuk menjaga wanitanya itu.Seperti hari ini, Ethand kembali membacakan sebuah novel romantic pada Emma. Perlahan Emma menggerakan jari telunjuknya. Hal itu tidak disadari Ethand. Lelaki itu dengan ekspresi mendalami cerita tersebut terus membaca novel pada kekasihnya. Sampai pada cerita itu selesai, Ethand meneteskan air matanya karena kisah dalam cerita novel itu sungguh bahagia berbeda dengan kisah cintanya bersama Emma. Sampai saat ini, Emma belum sadarkan diri.Ethand menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan Emma. Ethand merasa nyaman ketika menggenggam tangan

  • The Devil CEO   Permintaan Ethand

    Emma baru saja selesai mandi dan berniat untuk istirahat namun ponselnya terus berdering. Ia segera mengambil ponselnya. Matanya membelalak kaget ketika membaca isi pesan dari Johan Prima. Lelaki itu mengirim gambar wajah Darek yang sudah membiru.Tanpa pikir panjang Emma langsung mencari koordinat telepon Johan. Setelah mendapatkannya Emma langsung keluar dari rumah Caroline. Namun naas, ketika sampai di depan Wilobi mall, Emma sudah dibekap oleh sebuah sapu tangan yang berisi bius. Tidak lama kemudian wanita itu tidak sadarkan diri.Emma hanya bisa mendengar suara samar-samar para lelaki disekelilingnya. Kepalanya terasa berat dan pusing. Setelah itu Emma tidak mendengar apa-apa lagi dan gelap sepenuhnya.***Rasanya baru terlelap namun kini hawa dingin menerpa tubuh Emma. Ia perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat namun karena pandangan di depannya terlihat asing ia berusaha sadar sepenuhnya. Ia sangat terkejut ketika melihat siapa lelaki yang duduk di depannya.Bar

  • The Devil CEO   Berita Heboh

    Tujuan Emma dan Caroline datang ke Nuni’s Club dan bertemu Johan adalah untuk mendapatkan sidik jari lelaki tersebut. Database prima corp di setting menggunak sidik jari Johan sendiri. Sehingga Emma dan Caroline untuk bertemu dengan lelaki kejam itu.“Jadi bagaimana apakah kamu bisa masuk ke dalam database mereka?” tanya Caroline yang sudah tidak sabar.“Tentu saja, Carol. Lihatlah…” Emma mempersilahkan Carol melihat semua data penting yang disembunyikan Johan begitu rapat. Betapa kagetnya ia ketika melihat data kepemilikan Prima Corp adalah orang tua kandungnya.“Dasar brengsek!” Caroline mengepal kedua tangannya. Wajahnya memerah karena menahan marah. Ia boleh mengemis pada pamannya itu ternyata malah sebaliknya. Sungguh kejam Johan pada orang tuanya. “Aku tidak ingin menunggu sampai besok, malam ini juga dunia harus tahu betapa kejam dan tidak punya perasaan lelaki bernama Johan tersebut.Emma segera menuruti perkataan Caroline. Ternyata Prima Corp adalah miliki wanita yang menolon

  • The Devil CEO   Jebakan

    Suasana Nuni’s Club malam ini mengingatkan Emma pada kejadian lampau. Dimana ia dipukul oleh Daniel Jiani dan diselamatkan oleh Ethand. Dimana ia diselamatkan kedua kalinya di hari yang sama. Hari terpuruk dan terendah dirinya.Emma mengenakan sebuah dress yang sedikit ketat dan menampakkan tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang sebahu dibiarkan terurai. Wajahnya sedikit dipolesi riasan.Sedangkan Caroline memakai pakaian yang kurang kain. Bagian dadanya terbuka lebar dan dress di atas lutut. Di tambah dengan high heels yang membuatnya terlihat tinggi dan juga cantik. Apalagi dia lama hidup di Spanyol.Kedua wanita itu melangkah masuk ke dalam Nuni’s Club. Caroline memakai wig dan menambahkan sebuah tahi lalat di atas bibirnya. Sedangkan Emma tampil apa adanya. Hanya sedkit riasan yang membuatnya terlihat berbeda. Ia terlihat seperti wanita karir dengan uang melimpah.“Di mana ruangan mereka?” tanya Emma. Kedua kalinya ia ke tempat ini dan tidak mengetahui ruangan di klub malam tersebu

  • The Devil CEO   Perihal Wanita

    Setelah mendengar Emma berada di Bank Central Vunia, Ethand dan Ryan langsung menuju ke bank tersebut. Namun ia sedikit terlambat, Emma sudah pergi dari tempat itu.“Bolehkah saya melihat rekaman cctvnya?” tanya Ethand pada Ryan.“Ini, Pak.”Ethand segera melihat rekaman cctv tersebut. “Carol?” ucap Ethand. Ia ingat pakaian yang dikenakan mantan kekasihnya pagi ini. Ethand lebih terkejut lagi ketika melihat Emma dengan busana yang sangat berbeda dari biasanya. Ternyata punggung wanita familiar yang dilihatnya sebelumnya adalah Emma. Ethand membanting ponsel Ryan begitu saja dan menimbulkan suara gaduh di dalam mobil. Ryan yang duduk di kursi kemudia hanya bisa terdiam. Ethand sedang marah dan kesal.“Bagaimana bisa aku tidak menahannya pagi tadi?” Suara berat Ethand diiringi dengan hembusan napas kasar membuat Ryan memberanikan diri melihat atasannya lewat kaca spion di depannya. Ethand terlihat berantakan dan juga wajahnya sangat muram.“Apakah kamu bertemu mereka sebelumnya?” tanya

  • The Devil CEO   Rumah Baru

    Black Card sudah diterima Emma. Setelah urusan di bank usai, Emma dan Caroline segera keluar dari tempat itu. Emma berulang kali melirik ke arah cctv. Ia segera mempercepat langkahnya. Carolina juga demikian.“Aku lupa mengenakan masker. Sepertinya kita harus segera berangkat.” Emma dengan nada serius. Ia segera memasang sabuk pengamannya.“Bukankah itu adalah mobil Ethand?” tanya Caroline. Ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan bank itu.Emma melihat dari kaca spion di depannya. Ia masih bisa melihat lelaki itu keluar dengan terburu-buru dari dalam mobilnya. Wanita itu langsung membuang tatapannya ke tempat lain dengan tatapan sendu menatap pada jalanan yang tampak ramai oleh kendaraan.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Caroline.“Aku baik-baik saja,” balas Emma. Untuk membalas Prima ia harus bisa dan menahan rasa rindunya. Emma juga harus bisa membuktikan bahwa ayahnya sepenuhnya tidak bersalah. Semuanya karena perbuatan Johan Prima.Jika cinta merupakan penyakit m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status