Share

Bosan

Penulis: Venus
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-14 21:58:23

"Cepat makan sarapan mu!" Abimana membentak kembali Luna.

Saat ini mereka sudah duduk berhadapan diruang makan.

"Aku tidak lapar!" Luna membuang wajahnya, melihat kearah lain dengan beraninya.

Abimana berhenti mengunyah rotinya. Ia melempar roti milik Luna kelantai.

"Mayaaaa!" Abimana berteriak keras memanggil Maya.

Maya tergopoh-gopoh menghadap tuannya. Ia tahu, pagi ini sepertinya suasana hati tuannya sedang tidak baik.

"I__iya Tuan. Ada apa?" Maya menunduk takut.

"Makan roti itu!" 

Maya mendongak menatap Abimana tak percaya. Kesalahan apa yang ia buat, sehingga ia dipaksa memakan roti berserakan dilantai?

"Tu__tuan?" Maya tidak yakin.

Luna sudah melotot kearah Abimana. Sedangkan iblis didepannya hanya tersenyum jahat.

"Kau tuli?! Makan cepat! Habiskan!" Abimana melotot kearah Maya.

Maya gugup dan takut, ia berjongkok mengambil roti tersebut.

"Jangan Maya!" Luna bangun dari duduknya.

"Kenapa honey? Kau mau menggantikannya?" Abimana bertanya selembut mungkin.

"Biar aku saja yang memakannya!" Luna menghampiri Maya dan berjongkok disampingnya.

"Tapi Nona___" Maya.

"Pergilah cepat! Biar aku saja," Luna tersenyum kearah Maya.

“Maafkan saya Nona,” Maya berdiri dan segera berlari dari sana. Menjauh dari tuannya yang menyeramkan.

Luna mengambil roti itu, ia rapikan. Ia kembali duduk di kursinya yang tadi.

Dengan perlahan, ia memakan roti itu dan menghabiskannya.

"Kenapa kau suka sekali mempersulit keadaan? Kalau saja dari tadi kau menurut, tidak akan seperti ini honey," Abimana berkata dengan enteng dan tersenyum puas melihat Luna memakan roti yang ia lempar tadi.

Brengsek!

Iblis tak punya hati!

Luna terus mengumpat dalam hatinya.

"Mulai sekarang, kesalahanmu akan ditanggung oleh Maya. Jadi, berhati-hatilah sebelum bertindak. Dan, jangan mengumpatiku terus!" Lanjutnya, seakan ia bisa membaca pikiran Luna.

Luna berdehem dan meminum teh manis hangatnya. Ia menatap tajam kearah Abimana.

"Apa lagi yang harus kulakukan sekarang?" Tanya Luna menantang.

“Tidak ada. Kau hanya tinggal menungguku pulang kerja dan bersiap diranjang untuk memuaskan ku saat aku membutuhkanmu,” Abimana menenggak kopinya dengan santai.

"Brengsek! Kenapa kau tidak membunuhku saja iblis?!" Luna berteriak seraya berdiri tegak. Ia segera meninggalkan ruang makan menuju kamarnya - ah bukan, itu kamar mereka.

"Minum obatmu, Luna!" Teriak Abimana ketika tubuh Luna sudah sedikit menjauh.

Abimana tertawa senang, dipagi ini ia menemukan cara lain untuk menghibur dirinya. Ia sangat menikmati wajah kesal Luna, makiannya dan sorot tajam menantangnya. 

Berani sekali gadis imut itu.

“Rudi!” Panggil Abimana.

"Iya Tuan." Rudi, chef utama di mansion ini datang menghampiri. Ia sudah berumur 47 tahun, namun Abimana memanggilnya hanya dengan namanya saja.

"Buatkan makanan yang sehat untuknya, tanya padanya, apakah Luna memiliki alergi pada makanan tertentu." Abimana.

"Baik tuan." Rudi menunduk hormat.

Abimana beranjak pergi dan menghampiri Vino, asisten pribadinya yang sudah menunggu didepan mobilnya. 

Dan merekapun menuju perusahaan milik Abimana.

*

*

*

Siang ini sungguh membosankan. Entah sudah berapa lama ia berada disini. Ia rindu pekerjaannya, rindu Devi rekan kerjanya yang paling mengerti dirinya, rindu candaan Mas Andre, rindu kak Raka bosnya.

Bagaimana ia membayar hutang-hutangnya pada kak Raka? Saat ini saja ia tidak bekerja dan tidak mempunyai uang sepeserpun.

Setelah meletakkan majalah lama milik Maya, ia beranjak keluar kamar. Ia menuruni tangga dan mengelilingi mansion besar nan mewah milik si iblis.

Huh, padahal semalam saat mabuk, dia berubah seperti malaikat. Namun pagi tadi, ia berubah kembali menjadi sosok aslinya. 

Luna sampai dihalaman belakang mansion, ia melihat ada taman bunga yang cantik dan ada bangunan kaca berisi aneka bunga. Ia tidak menyangka si iblis itu memiliki taman bunga yang sangat indah. Sangat bertolak belakang dengan sisi gelapnya.

"Nona kecil mau kemana?" Tiba-tiba terdengar suara yang menghentikan langkah Luna.

Luna menengok, seorang pria paruh baya memakai topi dan membawa sekop kecil. Sepertinya pria ini yang bertugas merawat kebun ini.

“Saya mau melihat bunga dirumah kaca itu,” jelas Luna seraya menunjuk kearah rumah kaca.

"Baik, silakan saya temani." Pria tersebut berjalan didepan Luna. Luna mengikutinya dibelakang.

"Emm, ini milik siapa pak?" Luna memulai bertanya.

"Panggil Tono saja, Nona. Seperti Tuan Abimana memanggil saya." Jelasnya.

"Ah tidak, itu tidak sopan. Apa kebun ini Pak Tono yang merawatnya?" Tanya Luna.

"Iya Nona. Tadinya ini milik Nyonya besar. Namun semenjak Nyonya besar meninggal, ini jadi kewajiban saya yang merawatnya." Pak Tono menaruh sekop kecilnya dekat pot, ia memulai pekerjaannya.

"Nyonya besar?" 

"Iya. Nyonya Paula RaJendra, ibu kandung Tuan Abimana Rajendra. Nona kecil belum tahu?" Tanya Pak Tono.

Luna menggeleng dan kembali memperhatikan bunga mawar cantik yang ada didalam sana.

"Nyonya Paula seperti Nona kecil. Ramah dan sangat baik kepada kami para pelayan disini. Mansion ini dulunya hangat." Pak Tono menjelaskan.

"Apa hanya Abimana saja anaknya?" Luna mulai penasaran.

"Ada adiknya, Abimanyu. Namun Tuan Abimanyu juga sudah meninggal, rumornya beliau dijebak oleh temannya Tuan Abimana. Katanya ditembak. Tapi sampai sekarang masih simpang siur. Tuan Abimana tidak pernah mau membahasnya." Pak Tono.

"Nona kecil, Tuan Abimana sifatnya seperti almarhum Tuan Rajendra. Beliau nampak dingin dan tak peduli, namun mereka selalu memperhatikan yang detil-detil untuk orang-orang yang mereka sayangi." Lanjutnya.

'sayangnya aku bukan orang yang dia sayangi.' gumam Luna dalam hati.

"Pak Tono, jangan memanggil saya Nona kecil. Panggil Luna saja." Luna tersenyum sungkan.

"Tidak boleh Nona, Tuan Abimana sudah memberi perintah kepada kami untuk memanggil anda Nona dan melayani anda dengan baik selama disini." 

"Yah terserahlah. Jika sudah seperti itu, saya tidak bisa menolaknya lagi kan? Apalagi melawan perintah si iblis itu!" Cibir Luna.

"Si iblis?" Pak Tono heran.

"Ah bukan apa-apa kok. Saya masuk kedalam dulu ya Pak. Terima kasih untuk hari ini, sedikit mengurangi rasa bosan saya." Luna pamit undur diri dan dibalas anggukan hormat oleh Pak Tono.

Luna kembali masuk kedalam mansion. Tiap pintu mansion disini dijaga oleh beberapa bodyguard, bahkan tadi ditaman belakang saja ada bodyguard juga yang berjaga. Padahal tiap sudut dinding disini banyak CCTV. Memangnya mansion ini pernah kemalingan ya? Sampai-sampai penjagaannya begitu ketat.

Luna berjalan dengan santai, beberapa bodyguard sangar melihatnya dengan tatapan yang....sulit diartikan. 

Saat tiba diruang makan tadi, Luna melihat salah satu juru masak disini sedang entah melakukan apa. 

"Ah Nona kecil, untung bertemu disini. Nona, apakah anda ada alergi dengan beberapa makanan?" Tanya si juru masak.

"Ah chef, panggil Luna saja ya?" Luna risih dipanggil Nona, rasanya aneh dan ia tidak pantas. Padahal dirinya lebih hina dibanding para pekerja disini. Ia hanya bertugas melayani hasrat si iblis.

"Tidak bisa Nona. Tuan Abimana menyu___" ucapan si juru masak terpotong.

"Baiklah! Saya sudah mendengarnya beberapa kali hari ini. Saya alergi kacang. Aneka kacang-kacangan." Luna menjawab pertanyaan juru masak tadi.

"Panggil saya Rudi Nona. Baik kalau begitu, saya tidak akan memasak yang mengandung bahan kacang. Saya pamit dulu Nona." Rudi pamit menuju dapur.

Luna kembali menaiki tangga dan bermaksud menuju kamarnya. Namun sebelum menuju tangga, ia dikejutkan dengan suara lelaki memanggilnya.

"Halo Luna. Bagaimana keadaan mu?" Ternyata itu Dokter Syam.

“Halo Dokter Syam. Saya sekarang sudah baik-baik saja,” jawab Luna seraya menuju sofa ruang tengah. Mereka duduk berhadapan kini.

"Baiklah, saya hanya akan memeriksa sebentar saja tensi darahmu." Dokter Syam mengeluarkan alat-alatnya dari tas dan menghampiri tempat Luna duduk. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Devil In Love   Sebuah Kebenaran

    "Roy belum keluar dari sana, Tuan!" Leo menginformasikan pada Abimana yang sedang duduk di dalam mobil. Menunggu targetnya keluar dari sarangnya."Kita tunggu saja!"Leo menunduk hormat dan ia berdiri tak jauh dari mobil Abimana. Ia memantau terus keberadaan Roy dari informannya melalui earpiece.Abimana duduk di kursi belakang memeriksa senjata apinya berjenis berreta M9, pistol semi otomatis kesayangannya. Hadiah dari seorang teman. Ia pasangkan sebuah peredam pada pistolnya."Tuan, Roy sedang keluar bersama seorang wanita!" Leo datang dan memberi kabar yang memang sudah Abimana tunggu-tunggu. Dua jam dia menunggu Roy dengan sabar. Bagai predator yang sabar menunggu buruannya keluar dari sarangnya.Tanpa berkata-kata, ia keluar dari mobil, berjalan tanpa ragu menuju target. Roy yang sedang tertawa dengan teman wanitanya, belum menyadari kedatangan Abimana.Begitu Abimana berada di jarak dua meter, Roy melihatnya. Ia sangat terkejut dengan kedatangan Abimana. Dengan cepat, ia merogoh

  • The Devil In Love   Paman Reynaldi

    Di sinilah dia sekarang. Abimana berdiri tegak mematung di samping ranjang Luna. Ia sungguh tidak tega melihat kondisi Luna yang masih lemah dan tak sadarkan diri. Rasa bersalah langsung memenuhi relung hatinya."Luna, aku di sini. Akan selalu di sini." Abimana berbisik di samping telinga Luna lalu mengecup keningnya dengan lembut.Ia duduk di sebelah ranjang Luna. Tak lama kemudian, dokter dan perawat masuk. Mereka melakukan tugasnya, seperti biasa memeriksa keadaannya."Kapan Luna akan sadar? Kenapa sampai sekarang, dia belum bangun juga?" tanya Abimana."Kondisi setiap pasien berbeda-beda, bisa lebih cepat sadar atau bisa juga sedikit lebih lama. Saat ini, kondisi Nona Luna sudah stabil. Kita hanya tinggal menunggunya bangun. Berdoa saja," dokter menjelaskan.Dokter dan para perawat keluar dari kamar rawat Luna. Abimana hanya memandangi wajah Luna yang pucat."Bangun, Luna. Bicaralah! Apapun itu ... memakiku pun aku siap mendengarnya.""Aku merindukanmu ... tolong bangunlah."Tubuh

  • The Devil In Love   Who?

    Abimana berjalan gontai menuju ruang ICU bersama dokter Laras melewati lorong rumah sakit."Apakah keadaan Luna tidak baik-baik saja, sehingga harus ditempatkan di ICU? Operasinya berhasil kan?" Abimana."Dokter Farhan yang mengoperasi Nona Luna bilang, keadaannya sejauh ini stabil. Operasi otak yang Nona Luna jalani, adalah operasi besar. Nona Luna harus di ICU untuk mendapatkan pengawasan langsung dari dokter selama masa pemulihan pasca operasi."Wajah Abimana tampak lelah, entah selama perjalanan itu sudah berapa kali ia menghela napas panjang, hanya untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Tidak pernah terlintas dalam benaknya, ia akan mengalami hal seperti ini. Melihat dan hanya bisa menunggu wanitanya yang terbaring belum sadarkan diri."Tapi Luna akan baik-baik saja kan dok?"Dokter Laras menoleh, ada rasa iba saat melihat Abimana cemas, kacau dan lelah.Ia tidak menyangka bisa bertatapan langsung seorang konglomerat yang sangat terkenal dingin dan tak pernah mau terlibat dengan

  • The Devil In Love   Bukan Tuhan Yang Meninggalkanmu

    "Lunaaaa....."Suara Abimana seperti tercekik di tenggorokan, dia hanya terpaku di samping Luna yang terbujur lemah bermandikan darah dan jantungnya yang berhenti berdetak."Buka matamu Luna!" Teriak Abimana seraya air matanya mengalir deras. Ia pun tidak sadar telah menangis tergugu menatap wajah Luna yang sudah pucat pasi."Bangun Luna, kumohon..."Para pengawal yang masih tersisa di lokasi, sangat merasa kasihan pada Abimana. Selama mereka bekerja dengan Abimana, tidak pernah sekalipun melihat Tuannya menangis meraung dan ketakutan seperti itu."Denyut jantungnya sudah kembali! Cepat ke rumah sakit!" Petugas medis segera memerintah sopir ambulance."Cari ponselku di dalam studio, kabari Vino dan Syam segera!" Abimana memberi perintah kepada pengawal yang masih berdiri di depan mobil Ambulance.Tangan Abimana bagai tremor, terus gemetar saat meraih tangan Luna yang sedang berbaring di atas brankar dengan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya.Mobil ambulance melaju cepat

  • The Devil In Love   Accident

    Sejak kepulangan mereka ke Ibukota, hubungan keduanya semakin dekat. Luna sudah pindah kembali ke mansion. Mereka tinggal dan hidup bersama lagi. Dan, Abimana benar-benar serius perihal ingin menikah.Ini sudah bulan kedua rencana pernikahan mereka akan digelar. Tentu saja, Luna merasa ini terlalu cepat. Ia masih belum percaya, bahwa hidupnya akan berubah.Ya, berubah sangat drastis. Dari seorang yatim piatu, kini ia akan mendapat gelar seorang Nyonya Rajendra. Keluarga Rajendra yang sangat dikenal oleh para pengusaha besar dan kaum jetset di negeri ini.Luna bagaikan seorang cinderella. Dalam waktu singkat, ia akan berubah menjadi istri seseorang yang sangat berpengaruh.Luna sudah mengetahui semua perihal pekerjaan Abimana. Dari pekerjaan legalnya dan pekerjaan gelapnya di dunia hitam.Luna hanya berharap, Abimana segera berhenti dari dunia hitam. Bagaimanapun, itu adalah ti

  • The Devil In Love   Kembali

    Abimana dan Luna saat ini sedang menikmati waktunya berjalan-jalan ke tempat wisata. Tentu saja beserta para pengawalnya.Abimana tak mau mengambil resiko karena lalai. Kenapa?Dia sadar betul, bahwa ia juga berada di dunia hitam. Tentu saja dunia hitam tidak selamanya akan segan padanya. Mungkin didepannya banyak saingannya yang segan padanya, tapi satu hal yang pasti, rasa iri dan benci akan selalu ada.Di dunia manapun."Bisa tidak, kalau pengawalmu tidak usah ikut?" Luna."Tidak.""Ini aneh, kita berwisata tapi pengawalmu membuat ini seperti sedang di mata-matai," Luna protes."Memang itu tugas mereka. Aku membayar mereka mahal untuk menjaga keselamatan kita. Mau tidak mau, suka tidak suka, you have to accept it," terang Abimana.Luna menghela napasnya, ia melanjutkan memakan makanannya. Saat ini mereka sudah berada d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status