Belasan tahun silam, bertepatan dengan turunnya salju pertama di bulan Desember.
Di sebuah rumah sakit swasta di kota London, seorang malaikat kecil lahir ke dunia.
Puteri pertama dari pasangan Antony Hardian dan Anita Joana itu lahir dengan melalui proses normal persalinan.Seolah hadiah dari Tuhan, kehadiran bayi mungil itu semakin melengkapi kesempurnaan hidup bagi Anton dan Anita.Bertemu dengan seorang kyai di rumah sakit yang sama, Anton memberanikan diri meminta sang kyai untuk memberikan nama pada puteri kecilnya itu.
"Jihan Azzahra"
Sang kyai menyebutkan sebuah nama cantik yang langsung disetujui oleh Anton dan Anita saat itu.Nama yang memiliki arti "Bunga surgawi yang luar biasa" itu seolah menggambarkan kecantikan rupa yang dimiliki oleh si bayi mungil yang selalu tersenyum tersebut.
Dengan nama itu pula sang kyai berharap gadis mungil itu akan tumbuh menjadi seorang wanita hebat yang akan menjadi seindah bunga dan akan memperindah akhlaknya dengan agama yang kuat sehingga Ia pun akan menjadi wanita dunia penghuni surga yang memiliki derajat lebih tinggi dibanding para bidadari surga.
Tahun berlalu, si bayi mungil telah tumbuh menjadi gadis kecil yang manja.
Sebagai anak semata wayang, Jihan selalu mendapatkan apapun keinginannya.Memiliki jabatan sebagai seorang direktur perencanaan di sebuah perusahaan properti terkemuka juga memiliki beberapa butik pakaian yang tersebar di Jakarta secara otomatis membuat Anton dan Anita berhasil memanen pundi-pundi rupiah ke kantong mereka.Dengan kondisi finansial yang baik membuat mereka bisa dengan mudah memenuhi apapun keinginan si buah hati.Jihan tumbuh bak seorang puteri raja.
Semua yang diinginkan akan dengan mudah Ia dapatkan.Tanpa sadar Anton dan Anita telah membuat puteri mereka tumbuh menjadi seorang gadis manja dan egois.Namun di balik itu semua, sebenarnya Jihan juga memiliki hati yang baik. Tak jarang Ia akan dengan senang hati memberikan sebagian uang sakunya untuk fakir miskin yang ditemuinya di jalan atau menyumbangkan beberapa mainannya ke panti asuhan di dekat sekolahnya.
Di sekolah, Jihan tak memiliki teman dekat. Ia tak begitu suka bermain dengan teman-temannya di sekolah.
Gadis itu justru menunggu waktu untuk pulang sekolah, karena di rumah Ia akan bermain dengan Ardhy.Ardhy adalah sahabat yang tinggal di dekat rumahnya.
Hubungan baik antar kedua keluarga membuat Ardhy bisa dengan mudah keluar masuk ke dalam rumah Jihan seolah Ia juga merupakan anggota keluarga tersebut.Meski berusia sama dengan Jihan, Ardhy memiliki kepribadian yang lebih dewasa untuk anak seusianya.
Saat Jihan bersamanya, Jihan seolah memiliki seorang sahabat dan juga seorang kakak yang selalu menjaganya.Tak ada hari tanpa kehadiran Ardhy di kehidupan Jihan.Suatu hari, Jihan yang tak pernah terpikirkan untuk menginginkan sesuatu yang lebih besar dibandingkan sebuah mainan yang bisa dengan mudah Ia dapatkan akhirnya memiliki sebuah impian dalam hidupnya.
Melihat sang idola menari di sebuah saluran televisi Korea, membuat gadis itu juga menginginkan hal yang sama.
"Ayah, Ibu, aku ingin menari seperti mereka."
Sebuah ucapan sederhana dari bibir mungil seorang gadis kecil yang sedang mengutarakan impiannya.Namun kalimat itu tak berarti banyak bagi Anton dan Anita. Mereka hanya menganggap kalimat itu seperti angin lalu. Satu dari sekian banyak celoteh seorang gadis manja demi mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya.
"Iya nanti kamu akan menari dengan baik." jawaban yang selalu diberikan Anita ketika sang puteri sedang mengatakan keinginannya.
Namun hal itu Ia katakan sembari terus mengutak-atik layar ponselnya, mengurus keperluan butik baru yang harus Ia kontrol langsung sehingga Ia tak memiliki banyak waktu untuk menanggapi celoteh anaknya saat itu.Hanya Ardhy yang menganggap kata-kata Jihan sebagai sesuatu yang serius saat itu.
Bahkan Ardhy dengan senang hati meminjam beberapa CD berisi vidio koreografi sebuah tarian dari seorang penari yang dikenalnya.Di halaman belakang rumah Jihan, di sanalah tempat Jihan dan Ardhy biasa bermain. Dan sejak Jihan mengatakan keinginannya untuk menari, tempat itu juga menjadi tempat latihan bagi Jihan.
Dengan sebuah televisi yang diletakkan di atas meja sesuai permintaan Jihan sebelumnya, gadis itu menari sesuai dengan arahan sang koreografer dari vidio yang sedang diputar.Tak lupa Ardhy juga mengabadikan momen-momen latihan Jihan kala itu dengan sebuah handy cam miliknya dan mereka berdua akan menontonnya setelah itu.
Melihat Jihan yang berkali-kali terjatuh dan salah gerakan membuat kedua anak kecil itu tertawa terbahak-bahak. Mereka saling melontarkan candaan khas anak kecil dan saling menertawakan hal-hal sederhana.Beberapa tahun berlalu, kini gadis kecil itu tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cerdas.
Ia juga memiliki karir yang sukes di usia muda.Sebagai seorang Kpop dance cover dan sebagai influencer yang sukses.Namun sebagai seorang gadis muda yang sedang berjuang mencapai mimpinya tak ada hal yang mudah untuk itu, seolah tak ada waktu untuk beristirahat.
Semua itu Ia lakukan agar semua orang memandangnya sebagai seorang gadis yang hebat.Gadis itu benar-benar sangat suka pujian.Namun sesuai dengan perjuangannya, Ia mendapatkan begitu banyak pujian atas semua kerja kerasnya.Kehidupannya begitu sempurna sejak Ia dilahirkan ke dunia ini.
Tak pernah terlintas di benaknya untuk menukar kehidupannya dengan orang lain.Suatu malam yang kelam di bulan desember, hujan deras mengguyur kota Jakarta dengan kilatan cahaya dan petir yang menggelegar.
Jihan berjalan di sebuah jalan setapak yang gelap, tak ada penerangan di sekitarnya.
Sebuah cahaya putih terlihat begitu tipis di ujung jalan.Memberanikan diri, gadis itu mulai melangkah perlahan untuk menghampiri cahaya tersebut.
Tiba-tiba suara gemuruh kembali menggelegar, kilatan petir menyambar sebuah pohon dan menyebabkan pohon tersebut terbakar dengan hebatnya.Dengan rasa takut yang amat sangat, Jihan berlari semakin kencang menuju cahaya tipis di ujung jalan yang sinarnya mulai memudar.
Sebuah suara terdengar samar namun jelas memasuki rongga pendengarannya.Bagaimana kau akan hidup di dunia yang fana dengan kesombongan dalam hatimu? Bagaimana kau akan menghadapi panasnya Neraka? Dapatkah kau membawa semua rasa percaya dirimu ke akhirat yang kekal?
Mata Jihan terbelalak. Peluh sebesar biji jagung menetes di dahinya.
Suara dari dalam mimpi yang begitu menakutkan baginya hingga membuat jantungnya berdegup kencang."Siapa itu?" Gumamnya.
Gadis itu berpikir lebih keras untuk mencari tahu asal dari suara tersebut.
Suara wanita yang samar namun begitu jelas. Suara tanpa wujud yang berhasil membuat hatinya tak tenang.Sejak saat itu tak ada kedamaian dalam diri Jihan.
Semua yang Ia lakukan tak pernah benar-benar memuaskan hatinya.Kegelisahan terus mendesak relung hatinya.Kehidupannya berubah hanya karena satu malam yang gelap dan seolah kegelapan itu terus bersarang di suatu sisi di dalam hati Jihan.
- To Be Continued -
Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
"Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari
"Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.
Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa
Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a