Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.
Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu.- Ardhy Wijaya -
•☆☆☆•
Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya.
"Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
Pemikiran dan penilaian setiap manusia terhadap lingkungan sekitarnya bergantung pada apa yang diterima oleh indera penglihatannya.Itulah hukum dunia.Apa?"Don't judge book by its cover."?Omong kosong macam apa itu?Jika ada manusia yang tidak sedikit saja menilai orang lain hanya dari penampilannya, mungkin dia adalah minoritas di Bumi ini. Sulit diterima, namun itu semua adalah sebuah ironi yang terjadi."Dia layaknya seorang jalang.""Bahkan dari penampilannya saja, dia tidak seperti seorang gadis baik-baik."Kurang lebih itulah isi dialog dari dua wanita paruh baya yang sedang duduk menikmati kopi panas di sebuah caffe. Sembari menatap tajam pada seorang gadis berambut panjang yang mengenakan cropped tank top berwarna hitam berpadukan hot pants jeans yang seda
Berada di puncak tidak akan terasa baik saat kau tidak menemukan ketenangan dalam dirimu.Aku akan menemukan kebahagiaanku bagaimanapun caranya.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 saat Jihan tiba di rumahnya.Sesampainya di rumah, Jihan langsung disambut oleh Anita dan Anton yang tengah duduk di ruang tamu. Mereka sedang membicarakan hal yang serius dan sepertinya hal itu adalah kabar baik."Sepertinya ada hal baik?" tanya Jihan setelah menyampaikan salam dan mencium tangan kedua orang tuanya itu.Anton meminta puterinya untuk duduk bersamanya."Ayah punya kabar baik."Jihan mendengarkan dengan seksama."Karena Ayah dipindahtugaskan,
Belasan tahun silam, bertepatan dengan turunnya salju pertama di bulan Desember.Di sebuah rumah sakit swasta di kota London, seorang malaikat kecil lahir ke dunia.Puteri pertama dari pasangan Antony Hardian dan Anita Joana itu lahir dengan melalui proses normal persalinan.Seolah hadiah dari Tuhan, kehadiran bayi mungil itu semakin melengkapi kesempurnaan hidup bagi Anton dan Anita.Bertemu dengan seorang kyai di rumah sakit yang sama, Anton memberanikan diri meminta sang kyai untuk memberikan nama pada puteri kecilnya itu."Jihan Azzahra"Sang kyai menyebutkan sebuah nama cantik yang langsung disetujui oleh Anton dan Anita saat itu.Nama yang memiliki arti "Bunga surgawi yang luar biasa" itu seolah menggambarkan kecantikan rupa yang dimiliki oleh si bayi mungil yang selalu tersenyum tersebut.Dengan nama itu pula sang kyai berharap gadis mungil itu akan tumbuh menjadi seora
Matahari belum begitu menyengat saat Jihan keluar rumah untuk pergi menjelajahi kota kecil tempatnya sekarang tinggal.Dengan mengenakan tank top putih dibalut dengan jaket kulit berwarna dark brown dan zip front mini skirt berwarna senada sebagai bawahannya, gadis itu melangkah mantap memasuki mobil berwarna hitam metalik miliknya."Jangan pergi begitu jauh, kau belum mengenal baik kota ini."Sebuah pesan dari Anita terlihat di notification box pada layar depan ponsel Jihan."Siap bos! " Balas Jihan."Mari kita lihat seperti apa kota kecil ini." gumamnya.Satu jam berlalu, matahari sudah beraksi dengan memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan dan udara yang terasa memanas."Hey kenapa kalian begitu menyebalkan?! " Pekik gadis cantik itu dari dalam mobilnya ketika Ia terjebak dalam kemacetan di dekat sebuah pasar tradisional.Terlihat semrawut jalanan di area Pa
Waktu menunjukkan pukul 20.05 ketika Jihan baru saja selesai membersihkan dirinya setelah berkeliling kota seharian. Terlihat beberapa paper bags masih tergeletak tak beraturan di atas tempat tidurnya. Tok... tok... Anita memasuki kamar puterinya itu dengan lima buah paper bags berukuran sedang di tangannya. "Surprise!" Dengan bersemangat Jihan segera membuka paper bags yang diberikan Anita padanya.Namun ketika melihat isinya, Jihan justru merasa kurang senang. "Lihat, Ibu membawakanmu beberapa gamis yang sangat cantik dengan warna favoritmu." ucap Anita. "Gamis? Kau yakin, Bu?" Anita mengangguk "Tentu saja, apa yang salah?" "Tidak ada yang salah, tapi maafkan aku... untuk apa semua ini? Di sekolah aku akan memakai seragam dan tentu saja aku tidak akan mengenakan gamis di rumah. Aku tidak aka
"Assalamualaikum everybody!"Jay yang baru saja tiba langsung terbelalak melihat Jihan sudah ada di dalam kelas yang sama dengannya."Oh my God! Aku tak percaya ini adalah harinya. Kau tidak memberitahuku bahwa kau akan datang hari ini. Seharusnya aku berpenampilan lebih tampan dari ini." canda Jay."Kau akan cukup tampan jika kau segera duduk di kursimu dan kita akan memulai mata pelajaran hari ini." sahut Yusuf yang lalu disambut tawa kecil oleh para muridnya.Jay pun mengajak Jihan untuk duduk bersamanya, namun Indah menarik tangan Jihan dan memintanya untuk duduk di sisinya. Segera setelah pelajaran dimulai, kelas pun mulai hening.Semua berjalan lancar, hingga sebuah notifikasi muncul di salah satu ponsel seorang siswa. Siswa bernama Tio itu mendapatkan foto beserta link akun youtube Jihan dari seorang temannya di Jakarta."Apakah kau mengingat gadis ini? Kita pernah melihat penampi
"Kita akan pulang lebih awal hari ini." kata Jihan setelah mendengar percakapan antara Yusuf dan salah seorang guru lainnya."Kau benar, jika rapat guru diadakan, di sanalah letak kebahagiaan para murid yang bisa pulang lebih awal." kekeh Indah."Dan setelah ini, kau akan langsung pulang?"Jihan mengangguk "Yah, sepertinya begitu. Tidak ada hal lain yang akan kulakukan hari ini."Dini datang untuk bergabung bersama mereka."Hai, apa yang sedang kalian bicarakan?"Tanpa menjawab pertanyaan Dini, Indah langsung mengemukakan pendapatnya setelah terlintas sebuah ide di benaknya."Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini? Ayo kita pergi bermain."Saran Indah saat itu langsung disetujui oleh Jihan dan mereka pun menunjuk sebuah mall di Cilegon untuk menjadi tempat tujuan mereka hari itu."Tapi bukankah itu terlalu jauh?" tanya Dini.
"Jika mereka benar-benar temanmu, mereka akan menerimamu apa adanya. Tidak ada syarat dalam sebuah pertemanan"- Abdul Qadir Jaelani ( Jay ) -•☆☆☆•Dini berjalan seorang diri memasuki perpustakaan sekolah dengan membawa beberapa buku yang hendak Ia kembalikan dan meminjam buku lainnya.Ketika hendak mengambil buku dari salah satu rak, lagi-lagi Ia mendapati Indah sedang bersama dengan Jihan.Dini menghampiri mereka, namun Jihan segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu."Aku harus keluar sebentar." katanya sembari menunjukkan ponselnya, memberikan isyarat bahwa Ia harus menerima panggilan telepon dari seseorang."Dia langsung pergi setelah aku duduk di sini."Indah menghela nafas atas