James menarik Lea dalam pelukan, menghirup aromanya dalam-dalam dan membiarkan rasa rindunya mengalir yang membuat Lea terdiam tanpa mampu bersuara. Karena sejujurnya wanita itu merasakan hal yang sama. Rindu yang terpendam berbalut kekecewaan yang mendalam. Dia tak ingin membiarkan rindu itu menguasai dirinya.
"Gendong aku Dad!
Aku juga ingin memeluk kalian!" Jason berseru.James melepas pelukannya dan menggendong Jason. Dia menatap Lea yang tak menolak perlakuannya barusan. Dia memilih membawa masuk Jason ke dalam dan membiarkan Lea mengikutinya sampai ke ruang tamu.
"Aku membawakanmu sarapan. Jason mengatakan kau tak memiliki bahan makanan apa-apa di dalam lemari pendingin," kata Lea.
"Baiklah, terima kasih," balas James seraya mengambil kotak makanan yang Lea bawakan.
"Kau dan Jason tak pergi?" tanya James saat dia berjalan menuju meja makan.
"Pergi ke mana? Apa Jason ada mengatakan bahwa hari ini kami akan pergi?" tanya Le
Lea mulai sibuk memasak tanpa memperhatikan bahwa James sudah berada di hadapannya. Pria itu duduk manis memperhatikannya. Hal itu justru membuat Lea terkejut dan tak sengaja tangannya terkena panci panas yang dia gunakan untuk merebus pastanya."Ash!!" pekik Lea."Hati-hati, Lea! Matikan kompornya dan hentikan kegiatanmu!" perintah James yang kemudian Lea menurutinya.James membawa tangan Lea untuk dia bersihkan dan keringkan dengan kain bersih. Dia mengambil madu dan mulai mengolesi luka bakar Lea yang terlihat memerah."Tahanlah, ini pasti perih.”James terlihat telaten mengobati luka Lea. Hal ini membuat Lea menatapnya kagum. Dia tahu bahwa James seorang dokter namun baru kali ini dia melihat James melakukan kegiatan yang menampakkan bahwa dia sungguh seorang dokter."Jangan menatapku seperti itu. Perlu kau ingat aku seorang dokter," kata James sambil tersenyum."Aku tak lupa, hanya saja baru kali ini aku melihatmu bertindak
"Iya, aku masih mencintaimu, James."James yang terlalu bahagia mendengar pernyataan yang telah lama dia nantikan itu segera bangkit dari atas Lea. Dia menarik Lea ke dalam pelukannya dan bertanya sekali lagi untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi."Katakan lagi, Lea.”"Iya, aku mencintaimu, James." Lea menjawab sambil meneteskan air matanya.James melepas pelukannya karena merasa ada yang salah dengan suara Lea. Yang terdengar seperti suara tangisan.James menghapus air mata Lea dengan perlahan. "Kenapa kau menangis, Lea? Apa kau terpaksa? Aku tak ingin memaksamu. Jawablah dengan jujur.”"Aku sudah jujur, James. Kau telah berhasil meruntuhkan pertahananku. Kau juga sudah tahu bahwa aku masih mencintaimu. Jadi kumohon pergilah. Semua ini salah." Lea menggelengkan kepalanya lalu dia kembali berujar untuk menjawab kebingungan James. "Pergilah. Sungguh jika kau mencintaiku, lepaskan aku. Aku memang mencintaimu, namun cintany
—30—Ternyata mimpiku tentang Lea yang berselingkuh dengan James bukanlah pertanda kejadian itu akan terulang. Kejadian aku menembak Natasha dalam keadaan yang sama. Natashaku yang bercumbu dengan si brengsek itu. Mimpi itu seolah memperingatkanku bahwa aku akan bertemu kembali denganmu, Natasha. Tapi... kenapa harus sekarang? Di saat aku telah mencintai Lea, wanita yang selama ini aku lindungi.batin Joe dalam perjalanannya ke apartemen.Joe memilih pulang ke apartemennya untuk menghindari siapa pun yang berada di dekatnya agar kondisi dia tak kembali seperti dulu. Dia tak ingin membuat orang lain takut padanya termasuk Aleandra yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.Sesampainya dia di depan pintu apartemennya, dia menekanpasswordyang tak pernah dia ganti. Setelah menekan tombolenter, pintu itu terbuka. Joe masuk dan tak merasa heran dengan lampu yang menyala."Aku tah
Joe keluar dari kamar mandi. Dia melihat Natasha yang duduk di ranjang dan bersandar dengan menekuk kakinya dan menutup dengan selimut, menahan perih di dada dan bibirnya yang tergores walau tak begitu dalam."Kenapa tidak tidur?""Aku tidak bisa.”Joe memilih mengabaikan tatapan redup Natasha. Dia memakai celananya dan berjalan menuju ranjang. Dia duduk di samping wanita yang tertunduk takut. Dia mengangkat wajah Natasha dengan perlahan, melihat dan mengusap bibirnya yang tergores."Buka bajumu.”"Untuk apa, Nathan?""Just open it!"Mendengar suara tertahan Joe, Natasha lantas menurut. Dia membuka satu persatu kancing kemejanya. Joe melihat dan menyentuh luka gores di dada Natasha. Wanita itu sedikit meringis menahan perih.Joe beranjak dari duduknya menuju lemari serba guna. Dia mengambil kotak obat dan kembali lagi pada Natasha. Dia mulai mengobati luka di dada Natasha.Natasha meringis sakit keti
Lea tak bisa menahan tawanya saat James mengumpat karena anaknya. Di tambah dia berlari ke kamar mandi dengan tubuh polosnya."Mom,i'm hungry."Terdengar lagi suara ketukan dan rengekan Jason yang membuat Lea beranjak dan memakai bajunya dengan segera. Dia kemudian membuka pintu kamarnya."Maaf, Sayang. Mombelum sempat memasak. Kita makan di luar saja, bagaimana?" tanya Lea dan putranya hanya mengangguk."Kenapa banyak sekali bunga di siniMom?ApaMommenanamnya?""Itu dariayahmu," jawab Lea."DaddyJoe? Dia sudah datang?" Seketika rasa bersalah kembali menjalar dihati dan pikirannya saat mendengar nama Joe."I-i-itu bukan dariDaddyJoe, Sayang. Tapi dariDaddyJames," jawab Lea mengalihkan diri dari Jason. "Ayo, kita bersiap selagiDaddyJames mandi."James kel
Joe terbangun dan tak mendapati Natasha di sampingnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat waktu yang tertera saat itu di London menunjukkan pukul tujuh pagi.Dia beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Harum masakan menyambut indera penciumannya lantas membuatnya melangkah menuju dapur. Dia melihat Natasha yang membelakanginya sedang memasak sesuatu yang dulu sering dia makan.Joe memperhatikan Natasha yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya yang kebesaran dan celana dalam berenda membuat tampilan Natasha sangat seksi.Wanita itu dengan lincah bergerak ke kiri dan kanan lalu dia mengambil piring yang letaknya ada di atas kepalanya, membuatnya harus berjinjit dan secara otomatis celana dalamnya terekspos sempurna, membuat mata Joe menjadi panas.Padahal semalam dia sudah melihat bagian dalamnya namun seakan tak bisa berpaling dari setiap lekuk tubuh Natasha. Dia menjadi seperti lelaki brengsek yang senang melihat bokong indah wanita. Apa lagi wa
Perth, 2PM"Oh, bagus sekali kalian bersenang-senang di atas penderitaanku!" seru seorang pria yang membuat semuanya menoleh.Seketika James menegang, melihat mata Zach yang tertuju padanya."Untuk apa kau ke sini?!" tanya Lea."Kau akan berterima kasih setelah aku memberitahukan tujuanku ke sini," ucap Zach walau pandangannya menatap James."Sudah aku katakan berapa kali padamu, aku tak akan percaya perkataanmu! Aku lebih percaya adikku daripada dirimu!" ketus Lea."Sayangnya aku sedang tak membahas adikmu. Aku membahas dirimu dan calon suamimu," ucap Zach yang kemudian duduk di antara James dan Lea."Ehem!! Aku merasa tersinggung jika mendengar kata calon suami, Lea. Karena akulah orangnya," sela James berusaha menanggapinya dengan santai walau Lea menatapnya dengan tajam."Jangan bercanda, James!" Lea mendelik lalu kembali fokus pada Zach. "Katakan, ada apa dengan, Joe?"James tiba-tiba berdiri dengan sengaja
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."