Beranda / Romansa / The Jerk / Chapter 2: hospital

Share

Chapter 2: hospital

Penulis: Chocolatte
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 17:47:35

   Hana baru saja tiba di rumah sakit pagi ini. Berniat memulai harinya dengan bekerja seperti biasanya. Bertemu beberapa perawat dan dokter lain lalu saling menyapa. Kemudian melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter.

   Namun, baru saja wanita itu menginjakkan kaki di rumah sakit tempat ia bekerja, Hana sudah dikejutkan dengan suara sirine mobil ambulan yang terdengar nyaring. Wanita itu menatap penuh tanya saat mobil yang dominan bewarna putih itu terparkir di depan rumah sakit dengan sirine yang masih menyala. Seperti baru saja tiba di sana.

   Ternyata dugaan Hana tepat. Dari pintu belakang ambulan keluar seorang perawat laki-laki yang terburu-buru mengambil hospital bed lalu membawanya. 

   "Dokter Hana, bisa kau membantuku?"tanya perawat pria itu. Hana menganggukkan kepalanya. Setelah meletakkan tas di resepsionis, wanita itu segera mendekati ambulan. Ternyata di sana juga telah ada 2 orang orang perawat lain.

   Hana dapat melihat tubuh tinggi seorang pria dibawa keluar dari dalam ambulan. Pria yang sangat tampan. Mata pria itu terpejam. Di sekitar dahi hingga dagu terlihat darah segar yang mengalir namun tidak mengurangi ketampanannya.

   "Apa dia baru saja kecelakaan?"tanya Hana.

  Salah satu perawat berjenis kelamin wanita menjawab, "Benar, dok. Mobil pasien bertabrakan dengan sebuh truk."

   "Sudah melapor pada polisi?"tanya Hana lagi.

    "Sudah, dok. Polisi sedang dalam perjalanan ke sini."

   Hana menganggukkan kepalanya paham. "Sekarang, ayo kita tangani dia. Kita akan membawanya ke ruang UGD. Dan kau, pergilah siapkan ruang UGD. Pastikan ruangan mana yang sedang kosong agar dapat kita gunakan."

   Perawat pria yang ditunjuk Hana tadi menganggukkan kepalanya. Dengan segera ia melakukan apa yang diminta wanita itu padanya. 

   Sementara perawat itu pergi, Hana dan kedua perawat lain yang masih bersamanya membawa pasien kedalam rumah sakit. Wanita itu ikut membantu mendorong hospital bed yang membawa korban menuju UGD. Di tengah perjalanan, ponsel perawat wanita berbunyi. Ia mengangkat panggilan di ponselnya sementara Hana dan si perawat pria tetap melanjutkan mendorong hospital bed pasien.

   "Alex baru saja menelponku. Dia mengatakan ruangan UGD 1A kosong jadi dokter bisa menggunakannya saat ini."ucap perawat wanita itu setelah selesai berbicara di telepon.

  Hana menganggukkan kepalanya. "Baiklah."

   "Tapi, dokter Hana aku harus segera pergi. Dokter Erick sebentar lagi akan mengadakan operasi. Dia membutuhkan bantuanku. Aku juga harus menyiapkan ruang operasi."

    "Tidak apa-apa, kau bisa pergi sekarang."ucap Hana yang membuat perawat itu tersenyum.

   "Terimakasih, dok."ucap perawat itu sebelum akhirnya ia berlari ke arah yang berlawanan dengan Hana.

    "Dokter Hana."

    Hana menoleh saat ada yang memanggil namanya. Di belakangnya saat ini berdiri seorang dokter wanita paruh baya yang tengah menatapnya.

   "Dokter Sherin? Ada apa?"

   "Maafkan aku, apa aku bisa membawa David bersamaku? Ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya. Setelah selesai, aku akan mengembalikannya padamu."tanya Dokter Sherin.

   Hana menatap David sejenak lalu kembali menatap dokter Sherine. "Tidak apa-apa kau bisa membawanya."

   "Tapi, dokter. Apa kau bisa membawa pasien sendirian?"tanya David yang sepertinya merasa tidak enak.

   Hana sedikit tertawa. "Hey aku mendorongnya menggunakan hospital bed, Bukan menggendongnya. Lagian pula, ruangan UGD sudah dekat. Pergilah!"

   David yang mendengar Hana berbicara seperti itu menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum tipis walaupun masih ada sebersit rasa tidak enak dalam hatinya. Pria itu kemudian pergi bersama dokter Sherin tentunya setelah mereka berdua pamit kepada Hana.

   Hana menghela napasnya pelan. Sekarang ia sendiri yang akan mengurus pasien ini. Bahkan wanita itu belum tahu identitas pasti dari pria yang masih tidak sadarkan diri ini.

   Tak ingin membuang waktu lagi, Hana mendorong bed hospital menuju ruang UGD. Sesekali ia memandang wajah pasien tanpa nama itu. 

   Jujur saja, pria ini adalah pasien tertampan yang pernah Hana temui. Dengan garis rahang yang tajam bak patung dewa yunanu, kedua alis hitam tebal yang menaungi matanya, serta hidung tinggi nan mancung yang semakin menyempurnakan bentuk wajahnya. 

   Hana menghentikan langkahnya karena telah sampai di depan ruang UGD. Wanita itu membuka pintu UGD lalu disambut oleh seorang perawat pria yang kemudian membantunya membawa masuk pasien. Lalu Hana menutup pintu ruang UGD dan mulai menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.

***

    Seorang pria tampan tampak mondar-mandir di depan ruangan UGD. Dia adalah Louis Thomson. Sahabat merangkap tangan kanan Dallas. 

   Louis sama sekali tidak menyangka Dallas akan terlibat kecelakaan seperti ini. Ini adalah yang pertama kali sahabatnya itu mengalami kecelakaan. Walaupun Dallas sering ugal-ugalan saat berkendara, tapi pria itu tidak pernah terlibat kecelakaan apapun sebelumnya.

   Louis mendaratkan pantatnya di salah satu kursi panjang yang tersedia di koridor Rumah Sakit. Pria itu menghela napasnya. Entah mengapa, Louis merasa ada hal yang tidak beres dengan kecelakaan Dallas. Karena itulah, pria itu berniat untuk menyelidiki hal ini.

   Perhatian Louis dialihkan oleh pintu ruang UGD yang terbuka. Dari dalam sana, muncul seorang wanita yang ia yakini adalah dokter yang menangani Dallas. Dokter wanita itu mendekati Louis dan membuka masker yang menutupi wajahnya.

   "Maaf, apa anda keluarga pasien?"tanya dokter tersebut.

   Louis menganggukkan kepalanya. "Saya sahabat Dallas. Bagaimana keadaanya saat ini?"

   "Bisa minta waktunya sebentar?"

   Louis menganggukkan kepalanya sekali lagi. Ia kemudian diajak oleh dokter cantik itu  ke ruangannya. 

   "Silahkan duduk."ucap dokter wanita itu. Ia membawa sebuah map di tangannya.

   "Saya Hana. Dokter yang menangani tuan Wheeler."

   Louis tidak membalas. Namun, pria itu memperhatikan Hana serius. Seperti memberi kode agar wanita itu melanjutkan pembicaraannya.

   Hana mengeluarkan 2 lembar kertas film dari dalam map yang ia bawa tadi lalu meletakkannya di atas meja agar Louis juga bisa melihat benda itu. Di dalam kertas film itu, terdapat hasil rontgen Dallas.

   "Seperti yang tertera di sini, pasien mengalami patah tulang pada bagian tulang selangka. Hal ini mungkin terjadi karena benturan yang ia dapatkan saat kecelakaan. Karena itulah, saya memanggil anda kesini untuk meminta persetujuan tentang proses operasi yang akan dilakukan pada tuan Wheeler. "

   Louis memandangi hasil rontgen yang terletak di ats meja. "Jika itu yang terbaik untuknya. Maka lakukanlah."

   Hana tersenyum. "Anda bisa mengurus segala hal tentang operasi pasien di meja administrasi sementara kami akan segera menyiapkan ruangan operasi untuk pasien."

   Louis menganggukkan kepalanya. Ia kemudian pamit lalu pergi keluar dari ruangan Hana. Mungkin ingin mendatangi meja administrasi seperti yang dikatakan Hana sebelumnya.

   Sepeninggalnya Louis, entah mengapa Hana merasa ada sesuatu yang ganjil. Entah mengapa, Louis tampak sedikit familiar baginya. Seperti mereka pernah bertemu sebelumnya. Kapan dan di mana itu Hana masih tidak tahu.

   Hana menyusun hasil rontgen milik Dallas. Ketika hendak menyimpannya kembali kedalam map, wanita itu memandangnya sejenak. 

   "Wheeler? Kenapa rasanya nama itu juga tidak asing? Ah ada apa ini? Kenapa kedua orang itu terasa begitu familiar bagiku?!"

   

   

  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Jerk   Chapter 33 : love? Or curious?

    Louis memandang ke arah Dallas. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Ekspresi yang terganbar di wajahnya seolah-olah menunjukkan bahwa ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. "Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Dallas sensi. Louis masih saja diam. Pria itu tampak berpikir keras. Dilihatnya dengan teliti wajah pria yang sedang setengah berbaring di atas ranjang rumah sakit itu. Louis mencoba mencari jejak kebohongan maupun lelucon di wajah tampan Dallas. Namun, yang ia temukan hanyalah tatapan serius yang sangat jarang sekali ia lihat di wajah Dallas. Ekspresi yang benar-benar langka. Louis mencoba mencerna satu persatu kata yang diucapkan oleh Dallas. Ia mencoba menghubungkan semuanya dengan keadaan sahabatnya itu saat ini. Dan, semua hal tersebut terlihat masuk akal. Dokter Hana bukanlah sosok wanita biasa yang bisa didapatkan Dallas dengan cara yang mudah. Jika biasa

  • The Jerk   Chapter 32 : Dr. Hana made me do it

    Louis baru saja terlepas dari pekerjaannya yang melelahkan di kantor. Begitu banyak hal yang harus ia lakukan selagi Dallas tengah dirawat di rumah sakit. Pria itu berniat pulang ke rumahnya. Ia membayangkan bagaimana secangkir coklat panas akan menemani dirinya nanti. Belum lagi ranjang empuk yang selalu siap sedia menampung tubuh tingginya. Namun, semua khayalannya sirna seketika saat ia mendapat panggilan telepon dari Dallas. Sebenarnya, Louis bisa saja mengabaikan panggilan masuk dari pria itu. Dia juga sudah biasa melakukannya. Hanya saja, kali ini berbeda. Suara panik Dallas dari seberang telepon memaksa mata Louis terbuka lebar dan membuat pria itu segera tancap gas menuju rumah sakit. Ia benar-benar panik. Khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya yang sedikit kurang ajar itu. Tidak biasanya seorang Dallas Wheeler yang selalu terlihat santai dalam segala keadaan akan bersikap panik sep

  • The Jerk   Chapter 31 : difficult to understand

    "Bagaimana bisa kau terus saja mengacuhkanku? Apa aku tidak semenarik itu di matamu, dokter Hana?"tanya Dallas. Tatapan pria itu terlihat semakin dalam dan berbeda. "Apa kau tidak pernah sedikitpun merasa tertarik padaku, dokter Hana?"tanya Dallas sekali lagi bahkan sebelum Hana sempat menjawab pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya. Hana tertegun. Wanita itu memalingkan wajahnya. Entah mengapa, ia tiba-tiba tidak betah melihat ke arah mata Dallas yang tengah menatapnya. Ia meremas ujung jasnya yang bewarna putih. Mencoba meredam kegelisahan yang mulai menguasai sebagian dirinya. Hana tidak ingin terlihat bodoh di depan Dallas hanya karena kata-kata yang sialnya, berhasil memberi dampak yang cukup besar bagi dirinya. Dallas terus saja memandang ke arah Hana yang bahkan telah memalingkan wajah darinya. Sikap Hana yang seperti itu, menciptakan sebuah perasaan aneh di dadanya. Perasaan asing

  • The Jerk   Chapter 30 : story in the garden

    Hana baru saja selesai memeriksa seorang pasien beberapa menit yang lalu. Saat ini, dokter muda itu tengah berjalan menuju ruang kerjanya untuk mempersiapkan operasi yang akan ia lakukan 1 jam mendatang. Wanita itu sesekali tersenyum saat berpapasan dengan staff maupun pasien di DW hospital. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.25 sore. Banyak pasien yang memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar koridor maupun taman rumah sakit untuk sekedar menghilangkan rasa bosan, tentu setelah masing-masing pasien tersebut telah mendapat izin dari dokter yang merawat mereka. Langkah Hana terhenti saat matanya menangkap sosok familiar yang tengah duduk di atas sebuah bangku panjang di taman DW hospital. Wanita itu melihat sosok pria tersebut dari arah samping. Namun, ia langsung bisa mengenalinya bahkan dari jarak tempat ia berdiri saat ini. Hana memutuskan untuk mendekat ke arah pria tersebut yang terlihat tengah termenung

  • The Jerk   Chapter 29 : interested

    "Aku tidak perduli!" Itu adalah kalimat terakhir yang Hana ucapkan sebelum keluar dari kamar Dallas. Wanita itu dengan terang-terangan menunjukkan penolakannya terhadap usulan yang diajukan pasien tampannya itu. Namun, di sinilah ia sekarang. Duduk serius dengan sebuah laptop di hadapannya. Kedua mata bulatnya menatap serius ke pada layar laptop tersebut. Ia tampak mencari beberapa informasi dari sana. Hana tengah sibuk mencari informasi seputar Hawai. Tentang apa saja hal menarik yang berada di negara bagian Amerika serikat tersebut. "Ini lumayan," komentar Hana seraya menatap fokus ke layar laptop. "Pantai di sana juga sangat terkenal. Sepertinya akan menyenangkan jika aku berkunjung ke sana," sambungnya. Tiba-tiba Hana terdiam. Hawai adalah saran dari Dallas. Bukankah tadi ia mengatakan bahwa ia tidak perduli dengan tempat yang dikatakan pria itu? Lalu, mengapa se

  • The Jerk   Chapter 28 : the man from the toilet

    "Selamat pagi, dokter Hana." Hana tersenyum menanggapi sapaan para staff rumah sakit saat ia tiba di sana. Sesekali ia juga membalas sapaan mereka. Sesekali juga, ia hanya membalasnya dengan senyuman. "Pagi, Hana," sapa Erick saat ia tidak sengaja bertemu dengan wanita itu di koridor rumah sakit. Pria itu membawa segelas kopi hangat di tangannya. Hana menghentikan langkahnya. Ia tersenyum tipis seraya membalas sapaan Erick. "Pagi, Erick," jawab Hana singkat. "Kau sudah sarapan? Mau sarapan bersama sebelum bekerja?"tawar Erick pada Hana. Namun, wanita itu menolak ajakannya halus. "Aku sudah sarapan tadi. Mungkin lain kali," papar Hana. Erick menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah, jika begitu. Aku ingin pergi ke cafeteria, membeli sepotong sandwich. Sampai jumpa," ucap pria itu sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Hana. &nbs

  • The Jerk   Chapter 27 : heartbeat

    "Hallo, dokter Hana." Hana mengerutkan dahinya. Suara seorang pria terdengar dari seberang telpon. Suara itu terkesan familiar bagi Hana. Seperti ia pernah mendengar suara orang itu sebelumnya. "Siapa ini?"tanya Hana penasaran. Namun, pria itu lagi-lagi diam. Selama hampir beberapa menit, Hana hanya mendengar keheningan dari seberang telpon. "Hey, apa kau ini penipu?"tanya Hana waspada. Pria di seberang telepon tertawa renyah membuat Hana mengerutkan dahinya. Wanita itu tidak merasa ada yang lucu dengan apa yang ia katakan. "Untuk apa aku menipumu? Aku tidak punya alasan untuk melakukan hal itu."jawab pria itu di akhir tawanya. "Tentu saja untuk uang. Bukankah sudah banyak kejadian orang tertipu karena orang asing yang menelponnya,"papar Hana. "Aku sudah punya segalanya. Aku tidak perlu menipumu hanya untuk mendapatkan uang."

  • The Jerk   Chapter 26 : Hana's number

    Dallas mengutak-atik remote yang ia pegang. Pria itu berulang kali mengganti siaran di layar televisi. Berharap akan menemukan sebuah acara yang dapat menghibur dirinya. Namun, sayangnya sudah hampir sejam ia tidak menemukan acara yang ia maksud. CEO muda itu melempar remote ke atas ranjangnya sembarangan. Ia kemudian menghela napasnya kasar. Sudah hampir jam 10 malam. Namun, kedua matanya masih belum bisa tertidur. Dallas bertanya-tanya, apa obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit tidak berpengaruh padanya. Karena seharusnya, ia mengantuk dan tertidur setelah mengkonsumi obat-obatan tersebut. Namun, nyatanya, bahkan menguap saja ia tidak. Dallas memperhatikan ke sekelilingnya. Ia benar-benar merasa bosan. Tidak ada satupun hal menarik yang dapat ia temukan di dalam kamarnya. Bahkan ponsel mahal milik pria itu juga tidak membantu sama sekali. Louis yang biasanya menemani Dallas juga k

  • The Jerk   Chapter 25 : the Call

    "Hufffttt!!"ucap Hana lelah seraya menghembuskan napasnya kasar. Wanita itu melangkah gontai ke dalam rumahnya. Langkah kakinya terhenti ketika melihat ke arah ranjang. Rasanya, Hana ingin sekali menghempaskan badan ke atas ranjang empuk beraroma lavender itu. Akan tetapi, ia mengurungkan niatnya. Tubuh Hana berkeringat setelah seharian bekerja. Ia juga baru saja pulang dari rumah sakit. Tempat di mana bakteri dan penyakit dapat berkumpul. Tentu saja, Hana tidak ingin jika smua bakteri yang ia bawa menempel pada ranjang bewarna ungu kesayangannya. Setelah menyimpan tas dan ponselnya, Hana lalu melangkah ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dengan air hangat sekaligus memberikan kesegaran pada dirinya yang begitu kelelahan. Selang 30 menit kemudian, Hana keluar dari kamar mandi. Wanita itu segera mengenakan baju tidur yang nyaman. Tidak lupa pula, Hana memakai skincare night routin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status